Keesokan harinya Chaewon pergi kesekolah. Tadi pagi Jisung bilang kalau dia tidak bisa masuk sekolah karena kerja shift malamnya yang dari pukul 11 malam sampai pukul setengah 7 pagi. Ia tidak kuat untuk sekolah dan akan tidur. Terkadang Jisung memang tidak masuk sekolah sebab kerja shift malamnya. Kemarin juga Yena bilang kalau dia tidak bisa masuk sekolah, karena ada urusan keluarga mendadak.
『Chaewon POV』
-On-Hari ini aku bisa berangkat lebih pagi, sebab aku tak perlu memasak untuk bibi dan Eunha, dari kemarin mereka belum pulang-pulang. Aku tidak tahu apa sebabnya, tapi aku bersyukur mereka tidak pulang.
Ketika berjalan menuju halte bus. Entah rasanya seperti ada yang mengikutiku dari belakang. Jujur saja aku sedikit takut untuk melihat kebelakang. Pernah saat aku kecil, ketika aku berjalan saat malam-malam dimana aku harus membeli obat untuk Eunha yang sakit demam di sebuah apotik. Seperti ada yang mengikutiku, namun saat aku melihat kebelakang, tidak ada siapa-siapa, benar-benar sama sekali tak ada seorang pun dijalanan. Saking takutnya, aku kembali ke rumah sambil berteriak dan lari sekencang mungkin, apotik masih jauh dan aku memutuskan untuk berlari masuk kerumah. Dan pada saat itu juga aku dikurung di ruang bawah tanah dan tidak diperbolehkan untuk makan selama beberapa hari.
Tapi kan... Sekarang kan sudah pagi, tidak mungkin itu hantu. Langkah ini terdengar jelas. Benar-benar terdengar jelas di kedua telinga ku. Mencoba menengok kebelakang adalah salah satu cara untuk mengusir rasa gusarku.
Langkahku berhenti diiringi suara langkah kaki yang semakin mendekat. Padahal sudah lama sekali, dan itu juga saat aku berumur 6 tahun, dimana masa-masa percaya terhadap hantu mulai muncul. Tapi rasa ini mungkin tak pernah lepas dari ku.
"Hei" suara itu terdengar tepat di depan kupingku, bahkan hembusan nafasnya terdengar jelas bercampur dengan suara berat yang khas. Spontan aku loncat, dan sepertinya lenganku tak sengaja mengenai tepat wajahnya. Tapi aku tak peduli. Ku coba untuk berlari. Namun aku seperti tertahan di tempat itu, lenganku ditahan dengan tangan besar.
"Kyaa! Lepas!" teriakku tak karuan. Namun, aku langsung terdiam ketika melihat siapa yang memegangi lenganku. Felix, tetangga baruku. Aku hampir lupa kalau rumahku dan rumah Felix berhadapan. Seketika wajahku memerah saat melihatnya yang hanya menatapku datar tanpa ekspresi.
"Eh Felix" ia melepas genggamannya dan aku pun langsung menarik tanganku.
"Hm" jawabnya dengan ciri khas suara berat nan unik.
"Pagi" ucapku menunduk kepadanya agar tidak terlalu canggung.
"Pagi" jawabnya membalas tundukkan ku tadi.
"Mau bareng?" tanyaku kepadanya yang seperti berpikir.
"Iya" pada akhirnya aku tak berangkat sendirian. Berjalan menuju halte bus bersama Felix, seorang primadona baru disekolahku setelah Hwang Hyunjin.
"Lu biasa berangkat pagi-pagi gini?" tanyanya. Aku baru menyadari dari pertama kali aku berbicara dengannya. Kita berbicara dengan bahasa non formal, tidak seperti selayaknya orang yang baru saling kenal.
"Nggak juga sih. Gua jarang berangkat pagi ini." jawabku yang dengan spontan membalas dengan bahasa non formal. Rasanya lebih nyaman bila aku berbicara non formal kepadanya.
Tak terasa tiba-tiba kita sudah berada di depan halte bus. Tepat pada waktunya, bus pun datang dengan tujuan ke sekolah.
Tanpa menunggu lagi, aku dan Felix langsung saja masuk ke bus.
~Off~
Di bus, Chaewon duduk dibangku paling belakang bersama Felix yang berada disampingnya. Karena Chaewon tidak tahu harus bagaimana, ia pun mengeluarkan earphone dan menancapkan di handphone genggamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am you 『Chaelix』✔✔
Romance[ COMPLETED ] Terpaan angin ini sungguh menyejukkan... Jadi begini rasanya berdiri di ujung atap gedung lantai 4? Apakah saat menghadapi kematian senikmat ini rasanya? Diterpa angin musim dingin... Menikmati pemandangan dari beberapa pelosok daerah...