Chap 19

1.5K 232 31
                                    

Felix benar-benar menjauhiku. Kau tahu, hatiku sangat terluka saat ia memalingkan wajahnya dariku. Saat aku menatapnya dan berusaha memberikan salam dengan senyuman, ia tidak membalasnya, malah membuang mukanya kesembarang arah. Mungkin perkiraanku benar... Ia hampir sama dengan Jisung... Namun ia berbeda, saat itu ia menolongku dengan tulus, bahkan waktu aku hampir di bawa oleh para preman-preman itu, tanpa rasa takut, ia menonjok para preman-preman itu. Aku juga ingat saat ia memberiku susu kaleng karena aku tidak menyukai cola, entah itu sebuah kebetulan atau tidak. Tiba-tiba aku langsung mengingat semua kejadian-kejadian yang kualami dengan Felix, rasanya berbeda saat waktu aku dikhianati oleh Jisung. Saat aku dikhianati oleh Jisung, aku malah tidak terlalu mengingat semua kejadian yang kualami dengan Jisung, berbeda dengan Felix. Aku ingat bagaimana ia bicara denganku, penuh kewibawaan dan kesayangan. Aku bahkan mengingat saat ia membelikan ku sebuah bando bunga yang sampai sekarang masih ku simpan. Aku juga ingat bagaimana ia berusaha melucu didepanku, dimana ia memasuki kulit jeruk ke giginya dan nyengir bagai seorang badut. Yang paling kuingat dari dia adalah, saat ia menggenggam tanganku dengan lembut, tidak ada pemaksaan sama sekali dan itu sangat membuatku nyaman. Rasanya ia tidak mungkin mengkhianatiku, tapi mungkin aku yang terlalu gampang di bodohi, hanya dengan sebuah sogokan bermain ke taman bermain saja aku sudah terlena kepadanya, hanya dengan ia menungguku saat aku mengganti baju, aku sudah jatuh hati kepadanya. Mungkin ada benarnya juga kata orang-orang... Aku itu memang bodoh... Idiot lebih tepatnya.

KRIIIIING!!!

Bel istirahat berbunyi. Bagiku waktu belajar sangatlah cepat, bahkan aku merasa seperti belajar ala-ala the Flash saking cepatnya.

Aku membereskan bukuku. Mataku sedikit melirik ke arah Felix yang sudah pergi bersama Changbin. Kini aku hanya bisa melirik punggungnya saja dari kejauhan. Sudahlah lupakan saja!

"Cieee cieee... Ceritanya lagi marahan nih cieee" suara itu benar-benar mengganggu. Entah mengapa orang disampingku ini terus meledekku seperti itu. Bahkan sesekali ia bilang seperti itu saat jam pelajaran berlangsung. Padahal aku sudah mengabaikan omongannya itu, tapi tetap saja ia meledekku seperti itu secara terus menerus. Siapa lagi kalau bukan Hyunjin si manusia sok ganteng yang kenyataannya emang ganteng.

Aku meliriknya sinis agar menghentikan tawanya yang sekarang meledak-ledak. Dan ia segera menutup mulutnya saat melihat mataku yang sudah terpancar laser Superman.

"Okay... Mianh (maaf). Gua cuma bercanda kok. Btw, makasih yaa tadi contekannya. Tanpa lu, mungkin gua tadi udah disuruh naik turun tangga dari lantai satu sampe lantai 4." ucapnya dengan senyum canggungnya. Aku tak membalas omongannya karena sudah terlanjur kesal.

Aku langsung keluar kelas untuk menuju kantin. Namun, langkahku terhenti saat melihat Jisung sedang mengobrol dengan teman sekelasnya didepan kelas mereka. Aku menatapnya sejenak dan tiba-tiba saja tatapannya langsung mengarah kepadaku. Tatapannya sudah berbeda, berbeda dari Jisung yang aku kenal. Aku melewatinya begitu saja sambil menunduk. Saat itu Jisung berbicara kepada temannya tentangku, namun aku tidak mempedulikan apa yang ia bicarakan dan tetap berjalan menuju kantin.

Sudah beberapa meter aku menjauhi Jisung, tiba-tiba saja para siswa dan siswi berlari berlawanan dari ku berjalan. Refleks aku melihat ke arah yang mereka tuju. Kulihat mereka semua bergerombol didepan kelas Jisung. Sebenarnya aku agak penasaran mengapa mereka bergerombol didepan kelas Jisung. Tapi rasa laparku sudah tak tertahankan dari pada rasa penasaranku. Akhirnya aku lebih memilih menuju ke kantin dari pada melihat sesuatu yang mungkin tidak penting.

-Skip-

Aku kembali ke kelas, sebab bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Saat itu aku langsung disambut dengan tatapan-tatapan tajam para murid yang berada di kelas, terutama anak perempuan. Entah mengapa mereka menatapaku lebih tajam dari pada biasanya. Bahkan aku sudah duduk di tempat dudukku, mereka masih saja memperhatikan gerak-gerik ku. Dan yang paling mengejutkan adalah, geng-geng Yena langsung menghampiri mejaku.

"Heh lo!" panggil salah satu dari mereka, namun aku tidak menggubrisnya.

"Heh! Budeg ya? Atau bisu? Atau dua-duanya?" ucap Yena dengan suara yang kukenal dengan jelas. Aku langsung menatap mereka tajam.

"Apa mau kalian?" kutatap mereka bergantian. Terlihat Yena dengan wajah meremehkannya, Hyewon dengan senyuman sinisnya dan Eunbi dengan wajah angkuhnya.

"Kita cuma mau kasih pelajaran aja ke elo" ucap Eunbi.

"Pelajaran apa?" mataku masih menatap mereka tajam. Namun seketika kelas langsung mengalihkan pandangan mereka menuju ke pintu. Ada yang masuk... Hyunjin... Ia baru masuk kelas. Tapi yang membuatku terkejut adalah... Wajahnya yang memar seperti habis dipukuli oleh narapidana.

Plester yang terlihat didahinya. Ujung bibirnya berwarna ungu dengan luka merah. Mata kanannya terlihat seperti panda sebab memar yang parah. Aku tidak tahu apa yang membuatnya sampai seperti itu. Mendadak aku sangat khawatir dengannya dan sempat menyesal mengapa tadi aku mengabaikan perkataan terima kasihnya.

Hyunjin berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celananya. Ia menuju ke arah tempat duduk nya disampingku. Orang-orang geng Yena langsung kembali ke tempat duduknya begitu saja tanpa memberikan kata sepatah pun. Hyunjin duduk dengan wajah santai. Saat itu aku ingin menanyakan soal tentang wajahnya mengapa bisa sampai seperti itu. Namun, guru langsung datang dan aku menahan pertanyaaku itu...

-Next-

Ps: gapapa yaa nyicil sedikit demi sedikit sebelum USBN wkwkwk.

I'am you 『Chaelix』✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang