『 Flashback 』
-On-.
.
.
『 Minju pov 』
-On-Kalau ada yang bertanya siapa perempuan yang paling beruntung sedunia, jawabannya adalah aku...
Aku lahir dari keluarga terpandang. Lebih tepatnya keluarga yang bisa dibilang kaya raya. Ayahku bahkan mempunyai lima Lamborghini dan tiga Ferari dengan warna yang berbeda-beda. Sampai sekarang aku tidak tahu untuk apa memiliki mobil sebanyak itu. Selain itu juga ibu adalah seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit besar, tepatnya rumah sakit milik ayahku. Meskipun mereka sibuk bekerja, bukan berarti aku tidak mendapat perhatian dari mereka. Mereka memang jarang berada di rumah, namun setiap aku berbicara dengan mereka, mereka akan memberikan suatu pengajaran yang sangat berarti.
"Sekaya apa pun dirimu atau pun secantik apa pun dirimu, jangan pernah sombong." itulah ucapan yang sangat melekat dihatiku diantara ucapan-ucapan lainnya.
.
.
.
Beberapa tahun kemudian... Aku pun masuk SMP favorit semua orang. Saat masuk SMP pun aku menjadi perwakilan murid dengan nilai tertinggi saat penerimaan murid baru. Aku juga memiliki banyak teman diberbagai kalangan, dari kalangan bawah sampai kalangan atas, tapi dimataku mereka semua sama.
Kehidupanku benar-benar berjalan dengan normal tanpa ada hambatan. Namun, setelah itu...
"M-minju..." tiba-tiba saja seorang laki-laki paling populer diangkatanku, mengajakku berbicara berdua.
"Ada apa Jaemin?" tanyaku sambil menatap bingung wajahnya yang merah.
"Aku pengen ngomong sesuatu" ucapnya yang terlihat gugup.
"Mau ngomong apa?" lagi-lagi wajahnya terlihat sangat gugup dari sebelumnya.
"Aku suka kamu... Kamu mau gak jadi pacar aku?" seketika mataku terbelalak, mulutku sedikit terbuka, tidak percaya aku akan mendapatkan pernyataan cinta dari idola semua perempuan disekolah ini. Seketika jantungku berdegup saat matanya menatapku dalam-dalam. Tatapan macam apa ini? Mungkin sekarang wajahku juga ikut memerah. Namun...
"Mianhae (maaf) Jaemin. Aku gak bisa nerima kamu." wajah Jaemin terlihat terkejut sekaligus bingung.
"K-kenapa? Apa aku kurang cukup baik buat kamu?" tanyanya.
"Bukan begitu. Aku tahu kamu itu orang yang sangat populer, pintar, tampan dan bertalent. Tapi... Aku ngerasa ini terlalu cepat buat kita pacaran. Mendingan kita temenan aja ya?" ucapku memberi solusi. Memang aku merasa kalo ini terlalu cepat dan aku juga tidak siap. Lagi pula kalau pun pacaran nanti saat SMA saja, agar bisa lebih dewasa untuk menanggapi hal-hal yang serius.
"Jadi gitu yaa? Sekarang lu boleh pergi dari hadapan gue sekarang..." dalam sekejap, bicaranya yang sangat manis tadi berubah menjadi sangat menyeramkan. Apakah dia marah karena aku bicara seperti itu? Tapi memang jujur kalau aku tidak begitu siap dengan yang namanya pacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am you 『Chaelix』✔✔
Любовные романы[ COMPLETED ] Terpaan angin ini sungguh menyejukkan... Jadi begini rasanya berdiri di ujung atap gedung lantai 4? Apakah saat menghadapi kematian senikmat ini rasanya? Diterpa angin musim dingin... Menikmati pemandangan dari beberapa pelosok daerah...