Chap 14

1.6K 246 10
                                    

"Kenapa? Tak boleh kah aku menyebut nama anakku yang kuberikan dengan penuh kasih sayang?" ia seperti mencoba meledek Felix.

"Karena itu aku jadi tak ingin dipanggil Yongbok. Karena Abeoji (Ayah) yang memberikan nama busuk itu" Felix kesal dengan ledekkan ayahnya kepadanya.

"Baik-baik... Ayah minta maaf... Dan juga maaf atas segala yang ayah lakukan" meskipun ayahnya sudah berkata seperti itu, Felix masih menatap benci seorang yang pernah merawatnya dengan penuh kasih sayang dan juga membesarkannya meskipun hanya sampai 5 tahun. Meskipun seperti itu, Felix tidak akan pernah melupakan saat dimana ayahnya masih normal dan masih menjadi manusia yang baik.

Ayah Felix berpaling melihat dari Felix ke Chaewon yang hanya diam sambil menatapnya bingung. Seketika senyuman itu kembali lagi. Ia menatap Chaewon dengan tatapan tajam diiringin senyuman khasnya.

"Kau datang bersama anaknya Hanseok ya?" tanyanya mendadak kepada Felix. Tatapan Felix semakin tajam melihat orang yang sudah tua disini. Seketika Chaewon mengingat ucapan Yena, mengingat kalau nama ayahnya adalah Kim Hanseok dan ibunya Lee Semee. Apakah yang dimaksud lelaki tua yang didepannya ini adalah ayahnya?

"Namamu?" tanya lelaki tua itu kepada Chaewon dibalik sell tahanan ini.

"Kim Chaewon" jawab Chaewon kikuk.

"Chaewon yaa... Nama yang Bagus... Aku langsung mengenalimu sebab wajahmu sangat mirip dengan Hanseok. Kau tahu Hanseok kan?" tanya lelaki tua itu kepada Chaewon yang hanya dijawab anggukan singkat.

"Dia sahabatku semasa kecil. Bahkan hingga sekarang ia masih tetap menjadi sahabat karibku yang tidak akan tergantikan. Meskipun ia sudah tidak ada di dunia ini" nadanya sedikit sedih saat itu.

"Maaf, bolehkah kau menjelaskan apa yang terjadi denganmu?" tanya Chaewon membuat seringai bagai harimau itu terpancar jelas dari wajah sang tahanan itu dibalik sell.

"Aku akan menjelaskannya secara singkat" potongnya sengaja.

"Hanseok adalah sahabatku, sahabat dari kecil. Namun, ia berubah semenjak ia mengerti apa yang terjadi dengan dunia yang penuh kebusukkan ini. Ia seperti orang yang haus darah. Membunuh orang demi keadilan baginya. Aku sempat berpikir kalau itu adalah perbuatan dosa besar setelah perzinaan. Namun, setelah aku mengerti apa maksudnya, aku pun membenarkan tindakannya. Tidak seharusnya seorang ibu membanding-bandingkan anaknya dan saudara yang menindas saudara kandungnya sendiri. Dan istriku ternyata termasuk kategori yang kumaksud, dan anak-anakku juga termasuk seperti itu. Membunuhnya adalah hal terbaik untuk menyingkirkan sampah dunia seperti mereka, meskipun aku membunuhnya dengan setengah hati. Tapi aku lega membunuh mereka. Itulah yang terjadi denganku... Menjadi psikopat bersama sahabatku yang adalah pembunuh berantai dengan istrinya yang seorang lacur yang sebenarnya selalu membunuh orang yang membayarnya menjadi lacur. Istrinya adalah ibu yang baik namun ia tidak bisa membesarkanmu sebab penyakit yang sudah menggerogotinya sejak ia masih kecil. Ia hanya bisa melihatmu terakhir kali saat kau berumur 2 tahun. Semuanya sudah jelas kan?" ceritanya yang lumayan panjang. Ia terkejut sambil menahan air mata yang ingin jatuh dari pelupuk matanya.

"Lalu... Mengapa kau tidak membunuh ku saja sekalian?" tanya Felix dengan nada dingin ciri khasnya dan suara berat.

"Karena kau adalah yang tertindas. Ibumu membandingkan dengan kakak-kakakmu dan kau di tindas dengan kakakmu sendiri. Jangan pikir ayah tidak mengetahui itu." Ayah Felix menatap Felix dengan tatapan seorang ayah. Terpancar dari tatapan matanya, ia sangat merindukan anaknya itu.

"Pembohong!" sentak Felix membuat Chaewon kaget. Gak teriak aja ngagetin, teriak begini tambah ngagetin+nyeremin. Batin Chaewon ngeri menatap Felix yang sangat kacau.

"Terserah kau. Tapi kau harus ingat satu hal..." potong seorang lelaki yang wajahnya benar-benar sudah berkerut dihiasi senyuman tulusnya kepada seorang anak yang benar-benar ia anggap anak.

"Aku akan selalu menyayangi mu" kini senyumannya benar-benar tulus kepada Felix. Terpancar wajah Felix yang benar-benar kusut meskipun sudah mendengar kata-kata tulus dari ayahnya.

"Waktu kalian sudah habis" ucap penjaga itu. Felix dan Chaewon langsung pergi begitu saja.

"Gua masih mau nunjukkin sesuatu lagi" ucap Felix membuat Chaewon penasaran.

"Nunjukkin apa?"-Chaewon.

"Liat aja nanti" jawab Felix.

Mereka sampai ke suatu tempat setelah berjalan beberapa meter dari penjara itu. Dan tempat ini tidak kalah mengejutkan dari tempat sebelumnya. Tadi kita ke penjara, sekarang kita ke kuburan? Chaewon masih berpikir. Dan akhirnya mereka berhenti didepan sebuah makam yang berteuliskan 'keluarga Lee'. Chaewon pun mengerti apa maksudnya. Keluarga Felix meninggal sebab ayahnya mempengaruhi ayahnya Felix untuk membunuh keluarganya.

"Mianhaeyo... " ucap Chaewon menunduk berusaha menutupi air matanya yang sudah jatuh.

"Bukan salah lu kok... Gua gak mau nyalahin lu, karena emang lu gak bersalah. Orang tua lu yang bersalah, jangan terlalu dipikirin." Felix pun mencoba menghibur Chaewon yang sudah sesenggukan.

"Karena itu salah mereka. Jadi sekarang harus gua semua yang nanggung" ucapnya ditengah-tengah isaknya.

Aku bingung... Sekarang apa yang harus kulakukan untuk mencoba menebus dosa ini... Apakah mati adalah jalan terbaik untuk menyelsaikan ini semua... Dulu aku berpikir kalau bunuh diri bukanlah solusi... Namun pikiran itu seketika berubah. Dan aku akan membenarkan bahwa bunuh diri adalah solusi yang baik...

-Kim Chaewon-

-Next-

Ps: gimana rasanya update ff ini 2 kali? Apakah lebih Bagus atau mala aluarnya jadi aneh gara-gara idenya dadakan begini? Entah kalian seneng atau nggak. Update dua kali cuma buat ngerayain 2K-nya ff ini hehehe. Makasih banyak yang udah baca ff ini dan Setia menunggu ff yang gak jelas kayak gini. Kahamsamnida...

I'am you 『Chaelix』✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang