Satu bulan telah berlalu...
Sebulan yang lalu, saat aku masuk sekolah kembali setelah insiden kabur sekolah bersama Felix. Kami... Maksudku aku dengan Felix dipanggil ke kantor. Seperti biasa mereka pasti akan memberikan hukuman. Hukuman itu mungkin agak berat bagiku... Skorsing sekolah selama seminggu membuatku sangat stress. Bagaimana tidak. Bisa-bisa beasiswa yang kudapatkan dengan susah payah akan dicabut begitu saja. Tapi, untungnya aku masih diberi kesempatan kedua. Rumah itu diwariskan kepadaku... Aku tidak ingin bertemu dengan bibi atau pun Eunha. Rasanya menyakitkan saat melihat mereka berdua. Kau tahu apa yang kulakukan dirumah selama masa skorsing? Aku hanya melakukan bersih-bersih rumah sampai aku tetap membersihkan rumah meskipun rumah itu masih bersih. Uang kudapatkan dari orang-orang yang menyumbangkannya kepadaku, aku juga mencari kerja part time dan sekarang aku sudah bekerja disebuah supermarket dekat rumahku. Terkadang aku keluar rumah dan ke warnet untuk streaming One Piece agar otakku tidak terlalu jenuh. Felix? Aku sudah jarang bertemu dengannya. Terakhir kali aku bicara dengannya saat dikantor polisi kemarin, setelah itu dia sama sekali tidak menegurku, melirik pun tidak.
Setelah itu aku kembali bersekolah, dan Felix duduk disampingku tanpa mengeluarkan kata sepatah pun. Belajar dengan normal tanpa ada masalah datang kembali. Namun, perlakuan murid-murid itu terhadapku semakin menggila. Mereka bahkan menukar air minumku dengan air mentah.
"Chaewon" panggil seseorang tiba-tiba saat aku hendak meminum air minumku.
"Hyunjin? Ada apa?" mengapa primadona seperti dia memanggilku?
"Jangan minum itu" ucapnya dengan nada khawatir, entah apa yang ia khawatirkan dariku.
"Emang kenapa?" tanyaku untuk mengetahui mengapa aku tidak boleh meminum air ini.
"Itu air keran, jangan diminum" jawab Hyunjin.
"Air keran? Bukan kok. Orang gua ngisi airnya pake air mateng." jawabku kembali.
"Tadi gua liat geng-gengnya Yena ngebuang air di botol lu. Terus diisi lagi pake air keran." ungkap Hyunjin jujur, sebab aku melihat beberapa jentik-jentik di dalam air itu. Aku pun langsung membuang air tersebut dan membeli air dikantin, karena aku sudah bekerja, jadi aku bisa membayar utang-utangku kepada bibi kantin. Kabar Jisung? Apakah aku harus membicarakan si bajingan hidup itu? Kurasa tidak.
Sebulan telah berlalu. Tiba-tiba saja Felix seperti menjauhiku. Mungkin ia tidak ingin dekat-dekat oleh orang yang telah merusak kehidupannya. Bahkan ia meminta tukar tempat duduk dengan Hyunjin agar bisa duduk dengan Changbin sahabat barunya ketika Bang Chan pergi ke Australia. Aku berpikir, mungkin Hyunjin akan menolak mentah-mentah permintaan Felix, sebab ia tidak mungkin ingin duduk bersamaku, tahulah kalian bahwa si Hyunjin itu seorang primadona yang perempuan mana pun pasti ingin menjadi kekasihnya terkecuali aku tentunya, tapi kenyataannya ia langsung beranjak pergi dari tempat duduknya dan langsung duduk disampingku.
Duduk bersamanya sungguh risih, sebab tatapan mata tajam para manusia-manusia ikan itu langsung tertuju padaku. Tapi...
"Napa lu semua liat-liat kesini? Gua tau gua ganteng, gak usah diliatin kayak gitu." perkataan Hyunjin membuat satu kelas langsung menghentikan tatapan tajamnya itu kepadaku. Seharusnya ia tahu bahwa mereka menatapku, bukan menatapnya. Tidak mungkin mereka menatapnya dengan tatapan seperti itu.
"Woi" tegur Hyunjin sambil mencolekkan sikunya kepadaku. Aku langsung menoleh kepadanya dengan tatapan penuh tanya.
"Tadi gua udah ngelindungin lu dari tatapan manusia-manusia itu. Sekarang gua langsung ke intinya aja. Gua nyontek pr sejarah yang kemaren dong." ucapnya terus terang dengan tatapan tak bersalah.
"Apa?" tanyaku lebih jelas.
"Gua nyontek pr sejarah yang kemaren. Gak mungkin orang kayak lu belum ngerjain pr." jawabnya kembali. Dia sudah gila ya? Jadi maksudnya itu. Pantas saja.
"Kalo gua gaka mau gimana?" bantahku untuk sedikit memancingnya.
"Ayolah gua cuma minta sekali doang, habis itu gua gak akan nyontek ke elu lagi dah. Gua juga udah ngasih tau lu soal minuman lu yang diganti sama air keran itu. Pliis lah bantu gua... Kali ini aja..." mohonnya. Dengan wajah malas, aku pun mengeluarkan buku sejarahku dan memberikan kepadanya tanpa sepatah kata pun. Ekspresinya langsung senang saat mendapatkan buku sejarahku itu.
"Gomowo (terima kasih (non baku))" ucapnya dengan senyuman lebar.
Dan ia langsung menyalin jawabanku secepat kilat.
Setelah itu ia mengembalikannya tepat waktu ketika guru sudah memasuki kelas. Dan berterima kasih kembali padaku. Aku hanya membalas dengan senyuman tipis. Akhirnya kami belajar seperti biasa tanpa ada masalah...
-Next-
Ps: mungkin kalian udah bosen baca ucapan maaf author belakngan ini, habisnya bingung mau ngomong apa lagi... Update telat banget sebab minggu depan udah USBN dan belajarnya bener-bener harus ekstra. Doakan saja author agar mendapat nilai terbaik dan lulus dengan nilai terbaik... Makasih juga buat kalian yang udah baca I'am you (Chaelix). Tanpa kalian, ff ini gak bakalan bisa ampe 5K yang baca. Terima kasih banyak buat kalian semua...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am you 『Chaelix』✔✔
Romance[ COMPLETED ] Terpaan angin ini sungguh menyejukkan... Jadi begini rasanya berdiri di ujung atap gedung lantai 4? Apakah saat menghadapi kematian senikmat ini rasanya? Diterpa angin musim dingin... Menikmati pemandangan dari beberapa pelosok daerah...