Chap 1

3.9K 374 81
                                    

BYUUUR!

Siraman air itu tumpah ke wajah cantik gadis itu yang sedang terlelap. Tersentaklah ia hingga berjengit tubuhnya, dan terduduklah ia sembari mengusak air yang tumpah ke wajahnya.

"Hei bangun kau! Masih tidur aja jam segini! Udah numpang gak tau diri lagi!" omel wanita paruh baya yang di duga pelaku yang sudah menyiram air ke wajahnya secara membabi buta.

Dirinya tercenung sejenak, jantungnya masih berdegup kencang. Terlalu tiba-tiba untuknya yang baru saja terlelap beberapa jam yang lalu.

"Oh iya, Chaewon kau juga harus mengerikan kasurmu itu! Awas sampai tidak dijemur" ancamnya. Chaewon hanya diam termenung, ia masih terkejut dengan kejadian tadi.

.

.

.

"Ini makanannya" Chaewon menyediakan beberapa lauk pauk dan sebaskom nasi kepada keluarga kecil bibinya. Ah tenang saja, tidak ada banyak orang, bahkan tidak lebih dari dua orang. Hanya ada anak perempuan bibinya dan bibinya, ditambah dengannya menjadi tiga orang. Namun, sayangnya dirinya bukanlah termasuk dari keluarga itu.

Setelah menyiapkan makan keluarganya, ia pun pergi ke dapur untuk mengambil selembar roti tawar yang sudah berjamur, yang akan dimakannya. Karena ia tahu, kalau ia ikut makan pasti akan menjadi masalah. Itu sudah biasa, meskipun ia kadang keracunan, tapi hal itu tidak akan mengubah pola makannya yang selalu makan roti berjamur. Bila beruntung, mungkin ia bisa memakan sisa nasi yang sudah basi dengan garam agar sedikit ada perasa. Chaewon tahu, itu sangat tidak sehat, namun bila ia tidak memakannya, dirinya bisa mati kelaparan, sebab keluarga bibinya hampir tak pernah memberi makanan yang layak untuknya. Setidaknya ia masih bertahan meskipun harus memakan makanan basi dan berjamur.

"Yak! Kim Chaewon!" seruan bibinya membuat Chaewon menghentikan langkahnya dan membuatnya menghela napas sembari memejamkan kelopak matanya, kemudian menoleh dengan wajah malas.

"Apa lagi?" jawabnya yang agak ketus.

"Lihat nasi goreng ini! Ada rambut di dalamnya! Kamu pasti gak nguncir rambutmu waktu masakkan! Aku tidak mau tahu kau harus masak ulang" omelnya sambil menunjukkan sehelai rambut Chaewon yang ia pegang dengan kedua jarinya seakan-akan jijik hanya karena satu helai rambutnya saja.

Chaewon mendengus, kemudian menatap dengan tak suka.

"Tinggal buang aja apa susahnya sih? Bibi juga gak akan keracunan cuma karena satu helai rambutku."

BRUUK!

Tiba-tiba saja semangkuk sup melayang di kepalanya, beserta piring plastik yang membentur kepalanya hingga matanya terasa sakit. Dirinya berjengit terkejut, matanya membulat tak percaya sembari merasakan sensai mengalirnya sup rumput laut itu.

"Kakak gak bisa masak ya! Sup ini rasanya aneh, gak enak, menjijikan, kayak kakak!" umpat sepupunya yang ikut-ikutan mencercanya. Padahal usianya lebih muda 3 tahun daripada Chaewon.

Chaewon menekuk alisnya dengan guratan emosi yang terpancar pada wajahnya.

"Emangnya kamu sendiri bisa masak?! Masak mie aja sampe gosong!" balas Chaewon dengan nada yang ditinggikan, dirinya tak tahan juga diperlakukan seperti ini terus menerus. Bukannya ia melawan, namun merekalah yang memaksa Chaewon hingga bersikap kurang ajar seperti ini.

Bibinya menatapnya dengan pandangan remeh dan terkejut hingga mulutnya terbuka sedikit.

"Anak ini lama-lama ngelawan ya. Bisa-bisanya kamu ngomong gitu ke Eunha!? Pergi sekarang, Dasar anak haram!" umpatnya seketika hingga membuat hati Chaewon mencelos. Ia pun mengulum binir kesal, diam-diam tangan kecilnya itu terkepal hingga memerah.

Dirinya mendengus dengan kesal hingga napasnya berderu getar. Tatapannya yang berkaca menusuk kedalam Netra bibinya, tanpa berkata apa-apa lagi, Chaewon langsung pergi keluar dari rumahnya sambil menenteng tasnya. Dengan wajah yang berusaha menahan tangis.

Bila disuruh hidup atau mati... Mungkin lebih baik aku mati saja!

Tanpa sadar, air matanya pun jatuh dari pelupuk matanya nan indah. Ia masih tetap berjalan menuju sekolahnya sambil mencoba menahan air matanya hingga terasa perih di dalam hatinya.

Ia harap ada seseorang yang ingin mengeluarkannya dari posisi menyiksa ini. Siapapun itu, dirinya ingin terlepas dari segalanya.

.

.

.

"Selamat pagi semuanya..." ucap sang guru kepada kelas yang Chaewon tempati.

"Selamat pagi" balas mereka semua.

"Hari ini kita kedatangan murid baru dari luar negeri" ucapan guru itu langsung membuat riuh sekelas.

"Siapa yaa?"

"Cowok atau cewek" bisik-bisik mereka kepada yang lain. Chaewon hanya diam tak menggubris ucapan guru tersebut.

"Silahkan masuk" setelah guru mngucapkan itu. Mata semua siswa langsung tertuju kepada pintu masuk kelas. Seorang lelaki, dengan surai pirang yang tampak mengkilap, dengan peraeakan wajahnya yang bisa dikenal dalam sekilas bahwa ia bukanlah asli orang dalam negeri, sebab ada freckles yang tersebar di bagian pipi dan hidungnya.

"Ayo beri salam Felix"

Anak lelaki itu pung menghamparkan pandangannya, menerpa para siswa bagai angin yang menyapu padang ilalang. Kemudian dirinya menarik napas dengan pelan.

"Halo, aku Lee Felix dari Australia. Salam kenal." ucapnya singkat tiada basa-basi sama sekali. Chaewon sempat mengernyit. Merasakan ada yang janggal dari lelaki yang baru saja datang ke kelasnya, dan dalam sekejap ia pun menyadari sesuatu.

Bukan hanya dirinya, bahkan satu kelas pin menyadari itu.

Lee Felix, lelaki berkuturunan Aussie itu, sungguh amat mirip dengan Chaewon.

Lihatlah wajahnya? Bahkan Chaewon sampai ternganga ketika melihat garis wajahnya yang begitu persis dengan garis wajahnya. Yang membedakan hanyalah gender mereka, yaitu Chaewon perempuan, dan Felix adalah lelaki.

Beberapa orang menengok ke Chaewon, lalu ke Felix secara berulang-ulang. Tatapan mereka kini saling bertemu. Bukan tatapan yang romantis, tepatnya tatapan heran yang konyol. Chaewon mentapanya sambil mengulurkan kedua jarinya dari matanya, ke Felix, membuat Felix heran.

Entahlah, Chaewon hanya iseng melakukan itu sebab merasa Felix terlalu mirip dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entahlah, Chaewon hanya iseng melakukan itu sebab merasa Felix terlalu mirip dengannya.

"Baik Felix silahkan duduk di tempat yang kamu mau" tanpa basa-basi Felix langsung menuju tempat duduk disamping Chaewon yang kosong. Beberapa orang menatap Chaewon dengan tatapan seakan-akan berkata  'dia sangat beruntung' Seperti itu.

Seketika tiba-tiba Felix tersenyum kepada Chaewon sambil berkata "kita mirip yak hehehe" tawanya agak canggung.

Melihat intereaksi Felix kepadanya, membuat dirinya agak canggung,dan pada akhirnya ia hanya mengulum saja sembari menjawab seperlunya."I-iya."

Mereka pun akhirnya belajar dengan tenang seakan tak terjadi apa-apa. Tapi... Apakah keesokan harinya akan baik-baik saja...

-Next-

I'am you 『Chaelix』✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang