Kita menjadi Teman

998 54 8
                                    

" Hil " panggil Rasyid

" Hh.. apa? " tanya Hilda menatap Rasyid sekilas dan kembali fokus pada kertas soal

" aku mau ngomong sama kamu "

" ngomong aja, pake izin segala "

" ntar aja deh, pas udah selesai "

" ngomong aja, ini bentar lagi juga mau selesai " ucap Hilda

" tapi masih ada satu mata pelajaran lagi " jawab Rasyid memperlihatkan beberapa lembar kertas ulangan

" yaudah sekalian aja sini " ucap Hilda mengambil kertas ulangan yg di pegang Rasyid

" gak mau istirahat dulu, istirahatin otak kamu dulu "

" gak usah, sekalian aja. Kalo nanti aku gak inget lagi materi nya "

" materi itu di pelajari bukan di hafal "

" sama aja, sama sama di suruh di masukin ke otak juga " jawab Hilda ngasal

" kamu tuh ya... ada aja jawabannya, gak pernah berubah kamu Hil... " ucap Rasyid menghela nafas panjang

" emang aku power ranger yg bisa berubah " ngocol Hilda

" tuh kan... kalah terus aku kalo debat sama kamu "

" debat?. kamu pikir ini ranah pemilu, pake debat debat segala. Lagian kapan kamu pernah debat sama aku? " tanya Hilda

" dulu... waktu kita.... " jawab Rasyid menjeda ucapannya dan menghela nafas panjang

" masih inget " lirih Hilda

" gak akan pernah terlupakan Hil, kamu dan semua kenangan kita selalu tersimpan rapi di ingatanku " jawab Rasyid

Degh!
Jantung ini berpacu di atas rata rata, matanya menatapku lekat, entah apa yg merasuk dalam diri ini, perasaan hangat yg menjalar sekujur tubuh. Tatapan mata yg dulu aku rindukan, apakah rasa ini akan timbul lagi? Tidak..aku harus menjaga hatiku untuk Ahkam... arrgghh... Ahkam lagi? Hey bodoh... dia membencimu, Ahkam sendiri yg bilang '' aku akan menjadi orang bodoh jika terus terusan mengharapkan orang yg tak mempunyai rasa padaku ". Kalian mengerti maksudku? Artinya aku juga akan menjadi orang bodoh jila mengharapkan orang yg tak mempunyai rasa padaku. Ahkam sudah membenciku, itu berarti Ahkam tak mempunyai perasaan lagi padaku, ralat, dia punya perasaan padaku, tapi benci, bukan sayang. Jangan pernah berharap lebih jauh untuk bisa bersatu dengannya, lupakan dia bodoh.

" Hey... " panggil Rasyid melambaikan tangannya di depan muka Hilda

" Hh... apa? " jawabnya sedikit telat

" kenapa?, kamu mikirin masa lalu ya " goda Rasyid

" enak aja... "

" yaudah, jangan ngelamun lagi...cepetan selesain "

" iya bawel "ucap Hilda pelan namun masih terdengar

" aku denger Hil "

Hilda memutar bola matanya malas dan menghela nafas kasar. Ia kembali fokus dengan ulangan nya, satu jam Hilda berkutat dengan soal soal yg cukup membuat otak bekerja.

" akhirnya selesai juga " ucap nya merapikan kertas ulangan

" udah? " tanya Rasyid menutup novel yg tengah di bacanya

" udah...nih " jawab Hilda menyerahkan kertas ulangannya pada Rasyid

Rasyid sibuk memeriksa kertas ulangan Hilda. suasana hening, hingga tanpa sengaja Hilda membuka suara.

" mau ngomong apa tadi? " Ceplos Hilda

* aduh... kenapa sih ni mulut lemes banget. Batin Hilda menutup mulutnya.

Ya Habibal QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang