Obat?

953 78 9
                                    

Assalamualaikum Wa rahmatullahi Wa Barokatuh

Ana up lagi gaes...gimana? Seneng gak? Happy gak? Nungguin gak? Yaudah lah baca aja langsung. Ini lanjutan part sebelumnya

🍃 Maafkan Aku Menyentuhmu 🍃


Hilda merebahkan diri nya di kasur abu abu, menetralkan jantung nya yg sedari tadi berdegup kencang saat mendengar pertanyaan umi. Suara pintu terbuka membuat nya bangkit dari tempat tidur.

" umi... "

" abis dari mana kamu? " tanya Umi

" em...abis dari sekolah mi.. " jawab Hilda gelagapan

" umi kayak nyium bau rokok waktu kamu pulang tadi " ucap Umi

" masa? " tanya Hilda mencium khimar nya

" kamu ngerokok? " tanya Umi

" umi kok nanya nya kayak gitu, enggak mi... Hil tadi abis dari pasar ada yg harus di beli buat acara perpisahan nanti, pasar lagi rame, dempet dempetan, mungkin gara gara abis dari pasar Hil bau rokok " jawab Hilda

" Hhh...yasudah cepat mandi, umi gak tahan nyium baunya " ucap Umi dan berlalu pergi

****

Selesai makan malam, Hilda berkumpul di ruang keluarga dengan calon mertua nya tentunya. Terlihat pancaran kebahagiaan dari wajah mereka, mereka benar benar bahagia dengan perjodohan ini, Hilda tak mungkin menolaknya, Hilda tak ingin membuat mereka kecewa, Hilda tak ingin menghilangkan senyum bahagia di wajah mereka. Tapi yg Hilda bingung, ia tak melihat calon suami nya, Ck, ralat maksud nya orang yg di jodohkan dengannya.

" umi... " bisik Hilda

" iya sayang.... " jawab Umi

" mana? " tanya Hilda

" apanya yg mana? "

" itu lo...em..anu...itu apa namanya... " ucap Hilda gelagapan

" oh..calon suami kamu, dia lagi ketemu temennya " jawab umi yg tahu maksud dari ucapan Hilda

" umi...jangan calon calonan ah... malu tau " bisik Hilda

" emm.... kamu ini pake malu malu segala, mereka juga bakal jadi orang tua kamu nanti " goda Umi

" umi mah...jangan bikin Hil mati rasa disini "

" tapi umi liat kayaknya kamu udah mulai akrab sama calon mertua kamu " ucap umi

" ih umi... " rengek Hilda

" Umi..Hilda.. kenapa bisik bisik? " tanya Abi

" enggak bi...Hilda nya malu malu... " jawab Umi

" ih umi... enggak bi... " elak Hilda

" kenapa mi? " tanya Abi

" Hilda nya nanyain mana orangnya, katanya gitu " jawab umi

" eng...gak.. bi...umi mah... "

" ciye...malu malu... " goda umi

" umi... " ucap Hilda malu malu dengan mengulum senyum nya yg enggan keluar

" jangan malu malu nak, kami kan nanti bakal jadi orang tuamu juga " ucap ummah tersenyum

" mereka ini temen relasi bisnis ayah sama abi mu " ucap umi memperkenalkan

" oh...umi abi Ummah abah...Hil ke kamar duluan ya..mau tidur " ucap Hilda menyalimi mereka satu persatu

Sebenarnya sih bukannya mau tidur, cuma berasa greget sendiri. Gimana gak greget..gue sendirian jomblo disini. Mending ke kamar cari aman. Batin Hilda

" gak mau nungguin calon suami mu dulu? " tanya abi menggoda

" enggak bi...takut gak bisa tidur " canda Hilda yg di sambut tawa oleh semuanya

" jangan begadang ya... besok kamu kan harus bangun pagi " ucap Umi

" iya mi... " jawab Hilda lalu melangkah pergi

Hilda POV

Ku hempaskan diri ku di kasur, begitu lelahnya hari ini, apalagi besok. Entah kenapa aku begitu nyaman dengan mereka, apa ini benar benar petunjuk agar aku menerima perjodohan ini. Aku mencoba untuk tidur, tapi insom ku kumat lagi, hampir setiap malam selalu seperti ini. Untuk mengundang rasa kantukku, aku kembali menonton film Varun Dhawan sang pujaan hatiku yg belum selesai ku tonton. Sepuluh menit, dua puluh menit, setengah jam, hampir satu jam aku di depan laptop, tapi rasa kantuk tak kunjung datang. Ku mainkan gitar ku, sudah beberapa lagu Arijit Singh ku nyanyikan, tapi rasa ini masih saja tak kunjung menghampiriku. Ku lirik jam dinding, 23:58 wita. Yah...Obat tidur lagi, daripada aku kesiangan bangun besok lebih baik aku minum obat tidur, aku melangkah keluar kamar menuju dapur. Entah kenapa setiap kali aku minum obat tidur dosis nya selalu bertambah. Ku lihat ada seseorang berjalan memasuki dapur, aku seperti mengenalinya, Ahkam? Mungkin hanya penglihatanku saja karena efek obat tidur, lampu di dapur juga di matikan, mana mungkin Ahkam disini. Aku tak ingin ada yg melihatku minum ini. Ku langkahkan kakiku menuju kamarku, bukan rasa kantuk yg datang, tapi rasa pusing..entah kenapa semuanya terasa berputar, ku paksakan saja berjalan ke kamar agar bisa cepat cepat tidur.

****

Ahkam POV

Kini aku kembali lagi ke rumah ini, rumah berlantai dua yg di nilai oleh siswa arsitek sebagai bangunan yg menggambarkan keoptimisan, entah dari mana mereka mendapatkan sebuah opini seperti itu, rumah yg dulu aku disini hanya sebagai tamu dan teman, sekarang aku disini akan menjadi salah satu bagian dari keluarga ini. Jam segini aku masih belum tidur, entah karena terlalu senang dengan perjodohan ini, atau apapun. Walaupun aku belum melihat dirinya seharian ini, tapi setidaknya mengurangi rasa rinduku padanya kalau aku disini. Aku memandang bulan dan bintang yg masih setia menampakkan sinarnya, walau mungkin hanya beberapa orang yg melihat cahaya nya. Ku lantunkan pelan sholawat untuk mengagumi ciptaan Tuhan, aku tak ingin mengganggu kenyamanan mereka tidur. Rasa dingin mulai berhembus, menembus kulit. Aku yg hanya memakai kaos oblong mulai merasakan dingin yg menusuk. Ku langkahkan kaki ku masuk ke dalam kamar, tenggorokan ku mengering karena hawa dingin yg masuk membuatku melangkah keluar kamar dan turun menuju dapur. Ku lihat seperti ada sesosok bayangan yg tengah duduk di ruang makan, manusia bukan? Entah kenapa nyaliku menciut, kemarau di tenggorokan ku pun tak ku rasakan lagi. Aku bersembunyi di sudut ruangan, melihat dia yg berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya... kupastikan dia benar benar manusia, karena kakinya menginjak lantai. Brukk... suara itu membuatku kembali melihat ke arahnya, kaki ini ku langkahkan mendekat ke arahnya. Dia sudah terbaring di lantai dengan rambut yg menutupi wajahnya, kakiku menginjak sesuatu, obat? Apa dia sakit? Sakit apa? kenapa minum obat tengah malam begini?. Setahuku tak ada sakit yg mengharuskan meminum obat tengah malam begini. Panggil orang tuanya? Tak mungkin, mereka sudah tidur semua. Aku memberanikan diri mengangkatnya " Maafkan aku menyentuh mu ". Ku rebahkan dirinya di kasur, menyelimuti nya dan membenarkan rambutnya yg tergerai. Ku tatap seisi ruangan yg penuh dengan warna abu abu ini, laci yg terbuka? Seakan ada tarikan apa yg membuatku perlahan mendekati laci itu, mataku membulat melihat isinya, sekantung penuh. Otakku terus berfikir, mengapa? Sakit apa?. Apa ada sesuatu yg dia sembunyikan?. Aku kembali menatap dia yg tengah terbaring di kasur " pasti ada sesuatu yg kau sembunyikan, aku akan mencari tahu " monolog ku. Sepanjang jalan menuju kamar aku masih terus memandangi obat yg ku temukan tadi. Ada apa sebenarnya?


Bersambung gaes...

Gimana? Udah ketebak gak ceritanya? Dapat gak fell nya? Tunggu kelanjutannya
Maaf kalo part ini kebanyakan ceritanya bukan dialog nya...nge blank juga soalnya...
Budayakan vote setelah membaca
Jangan lupa koment dan follow akun ini
Jangan lupa follow ig @tumispete_

Salammanis

Ya Habibal QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang