Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barokatuh
Gak perlu basa basi, langsung next part aja ya
Bekicot, eh cekidot, eh check this out
Tak terasa, air mata ini meluncur di pipiku, entah apa yg kurasakan sekarang. Bersyukur, karena Ahkam akhirnya mengetahui semuanya. Sedih, Ahkam akan ke Yaman. Apa yg harus ku lakukan sekarang? Baru saja rasa ini tumbuh kembali, kini harus kembali berpisah, bahkan beda negara. Apakah tuhan tidak merestui jika aku bersatu dengan Ahkam?. Mungkin ini cara tuhan memisahkan kami, mungkin kami memang tak akan pernah bersama. Rasa ini harus kembali ku kubur, itu mungkin jalan yg terbaik. Air mata ini terus saja mengalir, aku mencintainya, baru saja masalah ini selesai, kini cobaan apa lagi yg engkau berikan, kini dia akan pergi meninggalkanku. Mungkin sekarang aku harus benar benar melupakannya. Ku usap kasar air mataku dan mulai membalas pesan Ahkam. Ku hapus kembali apk ig agar aku bisa benar benar melupakannya. Semoga yg ku lakukan ini benar. Aku tak boleh terus terusan seperti ini. Banyak hal yg bisa ku lakukan untuk melupakan sejenak sakit ini. Aku melangkah keluar kamar dan berjalan ke dapur untuk memasak makan malam buat Umi nanti.
" Assalamualaikum " ucap seseorang dari luar
" Waalaikumsalam " jawab ku sembari menuju ke sumber suara
" Eh umi... " sambil mencium tangan Umi
" kamu udah pulang.... "
" iya mi.... Umi abis dari mana? " tanya ku
" jemput abi mu di bandara sama ka Tia " jawab Umi
" kok gak ngajak sih.... " rengek ku memanyunkan bibirku
" Umi gak mau ganggu kamu sama temen temenmu, jadi umi minta temenin sama Tia, sekalian nganter Mas Irwan ke bandara, ada kerjaan di luar kota "
" terus mana abi sama ka Tia? " tanya ku
" abi mu masih di luar ngobrol sama ayah, ka Tia pulang dulu... ntar malem dia nginep disini katanya, kasian kan dia sendirian di rumah " jawab Umi
" ayah juga nginep? "
" iya... udah mau magrib juga, mau pulang nanggung. Kamu masak? Enak banget kayaknya "
" iya mi... "
**** Makan malam
Tok...tok..
" Assalamualaikum " ucap seseorang dari luar
" Waalaikumsalam " jawab kami serempak
" biar Hil aja mi yg bukain " ucap ku saat melihat Umi yg berdiri
" Tidur di kamar Hil aja ya ka.. " ucap ku seraya memasuki dapur
" iya... " jawab Tia
" eh Tia.. kirain gak jadi nginep "
" jadi dong tante... "
" makan dulu Tia... " ajak Abi
" iya om... "
Selesai makan, kami berkumpul di ruang keluarga. Kata Abi sih ada yg mau di bicarain.. penting katanya. Entah kenapa jantung ini berpacu lebih cepat dari biasanya, hati ini merasa aneh...sepertinya ada yg tidak baik. Hufth... positive thinking, husnudzon. Semoga semuanya baik baik saja.
Aku kembali memikirkan Ahkam, apakah yg kulakukan itu benar. Aku tak tau apa yg harus ku lakukan, sakit, sesak, hati ini bagai di tusuk ribuan sembilu dan di taburi garam, pedih... pedih sekali...Tapi aku harus kuat. Ini keputusan ku, aku harus menghilangkan semua rasa ini. Memulai hidup baru tanpa Ahkam, aku pasti merindukan semua yg pernah kita lewati, mengingat semua cerita yg kita lalui selama bersama di Kalsel. Ketegasannya saat Azmi memanggilku dengan sebutan tumis pete, kekhawatirannya saat aku sakit, kesedihannya saat merasa bersalah atas genggaman itu, tangisnya saat berdoa meminta ampun pada-Nya, keceriaannya saat menang lomba potret, tawanya saat mendengarku sedang marah, candaan nya saat di toko cemilan, kecemburuan nya saat dia berfikir tentang Bayu, keseriusan nya saat berbicara tentang masa depan kita. Hufth... aku akan merindukan itu semua...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Habibal Qolbi
RandomGak bisa nge'deskripsi'in cerita ini kek gimana, kalo penasaran silakan mampir buat baca. Kalo gak minat di minatin lah. Ini fiksi belaka, follow akun ini sebelum membaca ya. Semoga jadi readers yg setia. Maaf kalo ceritanya amburadul. Hanya hobi se...