Rindu panggilan itu

930 61 3
                                    

Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barokatuh
Gimana kabarnya? Kayapa habarnya? Narai habar? Piye kabare? Kumaha kabarna? Priben kabare? Apapun bahasanya semoga jawabannya sehat wal afiat gaes...

Lanjut kuy

Hilda POV

Pagi ini aku sudah siap dengan gamis abu abu, lengkap dengan kerudung yg senada. Hari ini kami akan jalan jalan, karena kemarin Fitry baru saja pulang dari Gresik. Aku menunggu jemputan karena rencananya kami tidak memakai motor, orang tua Dani mempersilahkan kami untuk memakai mobil nya.

" Sayang... itu temen temen mu nungguin " ucap seorang paruh baya dari luar kamar yg ku tahu persis itu adalah Umi

" Iya umi... " jawabku dan langsung memakai tas mini backpack ku lalu beranjak ke luar kamar

" Hil... Abi lo di rumah? " tanya Fitry saat aku sudah di depan mereka

" nggak, abi di luar kota sama ayah... kenapa? Ada perlu " tanya ku

" emm...eh enggak " jawab Fitry

" kalian pada mau kemana? " tanya Umi saat melihat ku dan teman teman yg sudah siap

" kita cuma mau main mi, jalan jalan. " jawab ku

" pergi nya naik apa? "

" naik mobil Umi... "

" siapa yg nyetir? "

" aku Umi... tenang...Dani udah punya sim kok " jawab Dani tersenyum simpul

" yaudah hati hati...tapi pulangnya jangan terlalu sore "

" Siap Umi " jawab kami serempak

" yaudah Umi...kita pergi dulu ya... " pamit Fitry sambil menyalimi tangan Umi dan di ikuti yg lain

" Assalamualaikum Umi " ucap kami serempak

" Waalaikumsalam " jawab Umi

****

Di mobil, Dani dan Anita duduk di depan, aku Fitry dan Zahra duduk di tengah, Diky dan Zein di belakang. Sebelum main, kami ke Sekumpul dulu untuk jiarah. Di tempat ini, kenangan dulu terputar kembali di otakku, kejadian dimana saat salah satu penjaga toko mengira bahwa aku dan Ahkam pengantin baru, dan Ahkam mengatakan " tapi kalo udah lulus bakal jadi pengantin " dan pertanyaan " emang gak mau nikah sama aku? " membuat aku senyum senyum sendiri. Apa perkataan itu serius? Apa kamu akan ngelakuin semua yg kamu ucapin itu. Aku tau itu hanya candaan belaka, tapi bolehkah aku berharap itu nyata. Semakin hari perasaan ini semakin kuat, dan perasaan sakit yg dulu kini mulai menghilang.

" woy... ngelamun mulu " ucap Zahra seraya mengibaskan tangannya di muka Hilda

" jangan ngelamun mulu... ayo masuk " aja Fitry sambil menyeret Hilda

Selesai jiarah, kami melanjutkan perjalanan, kami tidak ingin terlalu lelah, jadi kami hanya pergi ke bioskop untuk nonton. Kami sepakat untuk nonton film horror, karena kami tau disini cuma Zahra yg penakut. Dia berulang kali memohon agar mengganti film nya. Tapi nihil...

" gilaa... serem banget film nya... keringetan gue nontonnya " ucap Zahra sambil me lap keringat di dahi nya

" B aja tuh... gak ada serem serem nya " jawab ku acuh

" gak ada serem nya gimana? Itu film matanya di colok pake pisau, ngeri gue " ucap Zahra sambil bergidik ngeri

" eh Ra.... itu apaan di belakang lo..." ucap Fitry

Ya Habibal QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang