Dingin

1.2K 100 15
                                    

¤
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
¤

Mentari bersinar dengan semangatnya, mulai menyinari bumi khatulistiwa dengan segudang aktifitas yg siap dilakukan.

" matamu masih bengkak gitu? hitam pula " tanya Umi memulai pembicaraan di meja makan.

" iya mi.. masih belum bisa istirahat full, makanya ini mata masih mata panda " jawab Hilda

" makanya kamu jangan kecapean, istirahat aja di rumah " ucap Umi

" iya umi... Ahkam mana mi? " tanya Hilda

" Tadi malem dia nginep di rumah ayah bareng Azmi sama yg lain juga, kangen katanya. Tapi sebentar lagi dia bakal kesini buat berkemas " jawab umi

" Berkemas? " tanya Hilda bingung

" Iya... dia mau pulang besok, udah rindu sama pondok katanya. Oh iya umi hari ini mau ke Banjar sama tante Dewi sama bunda juga, ada yg di urus. Kamu jangan kemana mana ya, kondisi kamu kan masih belum fit, abangmu udah balik ke Samarinda ada kerjaan mendadak, kalau kamu mau pergi harus di temenin sama Ahkam " ucap umi yg seakan tahu kalau Hilda hari ini akan pergi

" Iya mi... "

¤¤¤¤

" Umi berangkat ya... Ahkam ingat pesan umi tadi ya nak " ucap umi saat hendak berangkat

" Nggeh umi... " jawab Ahkam

" Assalamualaikum " pamit umi

" Waalaikumsalam " jawab Ahkam dan Hilda

Tanpa kata kata Ahkam langsung masuk ke rumah dan berkemas untuk pulang besok, meninggalkan Hilda sendirian di teras rumah, yah.. mungkin masih sakit hati atas kejadian tadi malam. Hilda yg mengerti akan situasi ini benar benar merasa bersalah.

" Assalamualaikum " ucap Hilda mengetok pintu kamar Ahkam

" Waalaikumsalam, gak di kunci " jawab Ahkam

Hilda membuka perlahan knop pintu kamar, tanpa berani masuk, ia berdiri di ambang pintu. Ahkam yg melihat itu tak memperdulikan Hilda, tak ada niat menyuruhnya masuk, ia terus sibuk mengemasi barang barangnya ke dalam koper.

" Boleh aku bicara sama kamu? " tanya Hilda walau sedikit gugup

" dimana? " tanya nya dingin

" terserah kamu " jawab Hilda

Tanpa bicara, Ahkam melangkah keluar kamar menuju ruang tamu dan di ikuti Hilda. Ahkam duduk sambil membaca novel tanpa berniat ingin bertanya apa yg akan di bicarakan Hilda.
Sementara Hilda, ia bingung harus memulai dari mana, fikirannya melayang entah kemana, ia meremas ujung khimar nya sedari tadi sambil berfikir keras.

" kalau tidak ada yg di bicarakan saya akan kembali ke kamar " ucap Ahkam Formal dengan nada datar sambil menutup novelnya.

" Tunggu " cegah Hilda kala melihat Ahkam yg beranjak dari tempat duduknya.

" Aku minta maaf " cicitnya sembari terus menunduk tanpa berani menatap Ahkam

" minta maaf lalu mengulanginya lagi, untuk apa?. Selesaikan saja dulu kencan anda dengan para lelaki itu. Jika sudah bosan dengan mereka baru jadikan saya sebagai pelampiasan anda " ucap Ahkam dingin tanpa menoleh ke arah Hilda.

Ya Habibal QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang