hhggv

1K 59 5
                                    

Ayam sudah mengeluarkan suaranya sedari tadi, matahari mulai menyingsing naik mengeluarkan semburat cahaya nya, menyinari dunia yang sudah siap untuk berkativitas.

" mo ikut nganter abang mi.. " rengeknya

" Izza, kamu mau bolos sekolah? Mau nilai kamu turun? Anjlok terus ga naik kelas? " ancam umi nya

" aaa umi.. abang, aku mau ikut nganter abang " puppy eyes andalannya kembali keluar

" Izza.. nanti abang kesini lagi, abang janji kok " aku tersenyum, menandakan keseriusan ucapannya

"Janji? " Izza menampilkan kelingking kanannya dan langsung aku tautkan dengan kelingking kanan

" iya sayang.. "

Izza langsung memeluk aku yang kini berada di depannya, di balik sikap ku yang super judes dan misterius nyatanya aku bisa selembut ini.

" yaiyalah.. abang masih punya hati Za, walaupun abang judes dan ga perduli sama lingkungan sekitar setidaknya abang ga membuat risih kalian dengan sikap abang " aku melepas pelukan ku dan mengusap kepala Izza

" kok abang tau sih apa yang Izza pikirin? " Izza pura pura bertanya, ayolah.. Izza tak pernah lupa kalau kaka nya ini pandai menebak semua kondisi dan perasaan

" sekarang kita sarapan dulu, Izza lepas mukenamu dan cepat pakai seragam sekolah " Izza langsung mengiyakan apa yang di perintah uminya

Semuanya berkumpul di meja makan untuk rutinitas pagi, sarapan sebelum semuanya kembali menjalankan aktifitas masing masing.

" umi sama abi gabisa nganter kamu ya.. ada meeting mendadak pagi ini "

" gapapa mi.. " aku tersenyum simpul

" bagaimana pekerjaan mu? "

" Alhamdulillah lancar bi.. "

Setelah selesai sarapan, kami melanjutkan pekerjaan mereka masing masing. Abi dan umi baru saja berangkat ke kantor sedangkan Izza baru bersiap untuk berangkat sekolah.

" diantar ya.. " tawarku, aku ingin bersikap manis hari ini padanya

" emang ga telat ke bandara nya? " tanya nya, tumben manis

" sempet kok, sekalian ketoko beli oleh oleh "

" ga mau ke... " Izza menjeda ucapannya, takut melukai perasaan ku mungkin

" maaf " lirih Izza, perasaannya begitu peka terhadapku

" sekarang kita berangkat "

Tak ada yang memulai pembicaraan di mobil, hanya ada alunan lagu Justin Bieber - Nothing Like Us dan suara lalu lintas yang cukup ramai hari ini.

" suka banget sama lagu itu "

Aku menghela nafas, pertanyaan yang membuat bayangan nya kembali terngiang di pikiranku.

" lagu favoritnya "

" romantic " ia berucap sok inggris, yah walau kenyataannya ia ahli bahasa inggris

" masih bocah, diem " ketusku, umur segitu sudah mengerti tentang cinta?

Sifat judesku kembali keluar, walau itu mungkin menyakitkan hati nya atas ucapan ku yang sedikit sarkastik. Sedikit? Entahlah

" kamu masih kecil, belum pantas mikirin gituan, tugas kamu cuma belajar " aku meluruskan ucapanku, agar ia tak salah paham

" iseng doang, abisnya ada orang yang beberapa hari ini sering muter lagu itu tiap malam dikamar "

Oh tidak, bocah ini menyinggungku. Tapi memang itu kenyataan nya, lagu itu menjadi alunan malam ku beberapa waktu ini.
Diam saja, daripada membalas ucapannya yang akan membuatku terpojok.

15 menit setelah perdebatan itu, aku menghentikan mobil tepat di depan sekolah yang hampir semuanya bernuansa hijau.

" langsung ke bandara? " tanya nya

" ke toko dulu beli oleh oleh "

" kenapa ga sekalian tadi pas kita berangkat, kan ngelewatin
Aku menjeda ucapanku, menghela nafas dan

Ya Habibal QolbiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang