"Ternyata ini sifat asli lo?" gumam Zidni menatap kepergiannya.
"Kak?" panggil Neysha menggugah lamunan Zidni.
Zidni terkejut, kembali ia menatap Neysha penuh penyesalan.
"Kak, gue pulang ya? Tapi gue janji besok kesini lagi kok." cecar Neysha.
Suasana kembali hening kini mereka saling bertatapan.
"Kak?" cicit Neysha.
"Iya, gimana?" sahut Zidni.
"Ih kak gue mau pulang."
"Oh ya udah sana, makasih ya."
"Iya sama-sama."
"Gitu doang?! Ya anterin kek apa kek, gak ada sweet nya gitu!" decak Neysha."Apa? Jadi lo nggak ikhlas dek? Oke gue anter ayo!" ucap Zidni menyakitkan.
"Nggak usah! Gue bisa jalan sendiri tanpa lo anter, grab kan ada jadi gue gak perlu bantuan lo! Camkan itu!" tegas Neysha menatap penuh kebencian.
"Ya udah, awas aja kalo lo butuh gue." ancam Zidni.
"Oke ... Gue gak butuh." seru Neysha yang mulai menjauh.
Ketika tepat berada di luar pintu rumah sakit, saat Neysha merogoh semua sakunya ternyata tidak ada ponsel atau uang sepeserpun.
"Payah, semuanya kan ada ditas, tasnya dikelas?" gerutu Neysha menggigit jarinya.
"Masuk jangan?"
"Jangan masuk?" terus saja Neysha mengulang kalimat tersebut dengan panik, jika kembali malu tak kembali butuh?.
Setelah otaknya beroperasi dan idenya muncul, ia menyatakan bahwa harus kembali ke Zidni.
Srettt
Suara gesekan sepatu Neysha terdengar begitu keras.
"Kenapa lo?" tanya Zidni menahan tawa melihat wajah Neysha begitu lelah dan berkeringat.
"Kak ..." lirih Neysha.
"Dah sini duduk dulu tenangin, minum nih." ucap Zidni menyodorkan botol berisi air mineral
Glek glek
Kadang orang ini stres, kadang juga baik. Batin Neysha melirik Zidni yang berada disampingnya.
"Udah? Kenapa kesini lagi?" tanya Zidni.
"Minta ongkos dong?" pinta Neysha memelas.
"Kayanya sebelumnya ada yang ngomong gak butuh deh, apa pendengaran gue yang kurang ya?" sahut Zidni memegang telinganya.
"Ya kuping lo belum dikorek!" cibir Neysha.
"Heh!"
"I-iya kak maaf, maksud gue-, ini kan gara-gara lo juga, bawa gue gak ngomong-ngomong. kalo lo bilang kan gue persiapin semua!" ucapnya yang perlahan menaikan nada suara.
"Mau gue anter?" tanya Zidni lembut.
"Gak usah, gue cuma minta ongkos doang ya paling cepe lah." cengir Neysha.
"Nih."
"Apaan nih masa cuma goceng." kesalnya, melirik tajam Zidni.
"Nih tambahin, udah sana pulang bentar lagi Maghrib."
Dengan sangat terpaksa Neysha pergi dengan wajah kecewa, kecewa karena goceng doang atau sebab yang lain.
Entahlah yang jelas Zidni tetap sama, tetap menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prospect [COMPLETED]
Fiksi RemajaIni hidupku Neysha bisa saja nanti akan berubah nama itu, maaf jika membuatmu terluka Aku berterimakasih kepada seseorang yang telah membuat warna indah di kehidupanku Perkataan menyakitkan kalian, bukan berarti melemahkan tapi itu memotivasi ku u...