PROSPECT- part 32

73 10 2
                                    

Hari ini adalah hari terakhir di hutan itu dan mereka akan menaiki gunung walaupun tidak sampai kepuncak.
Mungkin bagian yang agak tinggi dan terpenting awan berada dibawahnya itulah yang akan mereka lakukan untuk agenda terakhir ini.

Zidni mulai mengabsen satu persatu kelompok yang dibimbingnya.
Semua hadir kecuali Dina, di mana dia?
Dia tidak bisa mengikuti kegiatan ini karena sakit. Baiklah anggota mereka berkurang.
Baru dua langkah mereka berjalan tiba-tiba Gita memanggil Zidni.

"Kenapa?" tanyanya.

"Ini ajak Sindy, enggak ada temennya." ucap Gita. "Oh, oke."

Sindy anggota kelompok kita? Oh no, sungguh Neysha sangat tidak suka padanya untuk sekarang.

Neysha memberikan wajah cemberut seperjalanan, memajukan bibirnya beberapa centi.

"Kenapa?" tanya Rehan pelan.

"Gue gak suka!"

"Jangan gitu Ney, jangan terlalu lama untuk membenci seseorang bagaimana kalau nanti kamu membutuhkan bantuannya? Menghindar? Kan gak mungkin." ujar Rehan. Dia membela Sindy, punya rayuan apasih dia. Benci benci!.

Zidni sebagai pendamping kini sekarang dia selalu mendampingi anggotanya.

Langkah demi langkah mereka lalui, jalanan yang masih licin membuat perjalanan semakin lama.

Uluran tangan dari Zidni di tangkap oleh Neysha untuk lebih mudah menaiki beberapa jalanan yang semakin naik.
Sementara Rehan dan Freedy menjaga dari bawah.

Sungguh benar-benar tidak bisa dilupakan, kelompok mereka menurutnya yang terbaik. Solidaritas yang tinggi membuat perjalanan menjadi lebih seru walaupun berliku.

"Aku hausss," cecar Neysha.

"Nih ..." ucap Zidni dan Rehan.

"Waw terimakasih ..." jawab Neysha mengambil botol dari Rehan. Neysha menolak pemberian Zidni, meskipun Neysha tidak tega melihat wajahnya yang agak kecewa.
Tapi jujur Neysha lebih percaya pada Rehan.

Hitungan empat ... Dan ... Lima. Yeay akhirnya mereka sampai di gunung tertinggi walaupun bukan puncaknya.

Bendera merah putih sudah dikibarkan. Neysha menangis terharu disana sembari memeluk Rehan.
Sungguh ia benar-benar terharu dari bawah mereka menjaga bendera dan kini ia mengibarkan bendera. Neysha mengingat perjuangan pahlawan sekaligus Neha yang kini berada jauh darinya.

"Teriak Neysha teriak panggil orang yang kamu rindukan dari sini, mungkin saja yang kamu panggil akan mendengarnya." ujar Rehan mengusap rambut Neysha, udara dingin yang tadi ia rasakan kini berbeda belaian tangannya membuat hangat.

"Teriak Ney ..." ujarnya lagi, jujur Zidni menatap Neysha tajam dengan penuh pertanyaan.
Neysha mulai melepas pelukannya dan menghadapkan badannya ke arah awan yang ada di bawahnya sekarang.

"Mah ... Mamahhhhhhh ..., Aku rindu mah." teriak Neysha,

"Mamahhhh." teriak Neysha lebih keras sampai membuatnya serak.

"Sudahlah biarkan dia tenang dan bahagia Ney, jangan lupa do'a kan selalu Ney." ucap Rehan menenangkan Neysha.
Ini memang membuat Neysha lega.

"Satu lagi Ney, coba sekarang kamu mandiri." pinta Rehan.

Neysha mengernyitkan keningnya. "Maksud lo?" tanya Neysha heran, apa maksudnya selama ini Neysha mandiri kok tanpa Neha.

"Pesen aku jangan sia-siain orang yang masih ada disamping kamu, contohnya om Prash sekarang dia masih ada tolong kamu nurut sama dia." sahut Rehan begitu detail, kini posisinya menghadap bersama memandang awan.
Kata-kata Rehan begitu menyentuh tidak seperti biasanya. Huh dasar so bijak dia.

Prospect [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang