part 35

46.7K 2.5K 41
                                    

Kira berlari tak tentu arah dengan sesekali menyeka air matanya yang terus memaksa keluar. Dia tidak pernah menyangka, seumur hidupnya baru kali ini dia di permalukan di depan umum seperti tadi. Bahkan di depan teman temannya sendiri. Dipermalukan oleh orang yang berstatus pacarnya.

" Kira, tunggu!"

Rahma dan Diba berlari mengejar laju lari Kira yang sangat cepat. Beruntung koridor sedang sepi sehingga mereka bisa bebas berlari tanpa takut menabrak seseorang. Tapi Kira seolah tuli, dia tetap tidak mau berhenti. Hingga akhirnya Rahma dan Diba berhasil meraih pundak Kira hingga kini Kira berhenti berlari.

"Ra gila ya tuh kak Renan of, sadis benget jadi orang."

" Emang ya, gue baru tau kalau sifat aslinya itu kayak gitu."

" Kenapa, apa kalian juga mau ngetawain gue?"

Katanya tanpa mau berbalik. Rahma dan Diba menghela nafas perlahan tangan Diba bergerak memutar tubuh Kira hingga kini mereka saling berhadapan. " Apa yang harus gue ketawain, justru gue dan teman teman yang lain bangga dan salut sama lo. Tanpa ada persiapan Lo mampu dapet nilai yang menurut gue bagus. Mau nilai tinggi atau rendah itu nggak masalah Ra. Cuma orang orang bodoh yang bakal ketawain Lo, karena gue sama Rahma itu orang pintar makanya gue bakal kasih selamat sama lo. "

Kira tersenyum tipis mendengar penuturan temannya. Mereka mungkin akan berpikiran seperti itu karena mereka sahabat Kira tapi berbeda dengan Renan yang menganggap Kira adalah orang yang sok pintar.

Rahma mendekat dan menyeka air mata Kira. " Semuanya udah lewat, ini nggak perlu dibahas lagi."

" Gue nggak tau salah gue apa sampe dia semarah itu, tapi mungkin gue-nya yang nggak tau diri pake sok-sokan ikut lomba padahal kemampuan gue itu nggak seberapa. Harusnya kemarin gue nolak aja permintaan kak Nandan atau kalau nggak gue juga bisa cari orang lain tapi nyatanya---" kira tak bisa berkata-kata lagi. Air matanya kembali mengalir deras dan tak mampu dia tahan lagi.

" Lo nggak salah Ra, emang kak Renan-nya aja yang nggak punya hati." Diba masih setia menghapus setiap air mata yang mengalir di pipi Kira.

"sumpah ya, tuh orang egois banget marah tapi nggak mau dengerin penjelasan orang dulu. gue rasa dia bukan anak kecil yang harus dibujuk buat dengerin alasan," Rahma ikut merasa kesal.

" udah lah Ma, Lo nggak usah emosi, dia ngatain Kira bodoh gue jamin Allah itu nggak tidur dan Renan akan ngerasain juga gimana rasanya dikatain bodoh," ucap Diba menggebu gebu.

Sejujurnya dia juga ikut marah kepada Renan karena telah menyakiti sahabat baiknya. Meski dia mengagumi Renan tapi siapapun itu jika orang itu telah menyakiti orang orang yang dia sayang, maka Rahma dan Diba juga tidak akan tinggal diam.

"Makasih Lo mau bela gue tapi buat sekarang tolong biarin gue sendiri dulu. Gue bener bener pengen sendiri," Katanya lalu berbalik pergi.

Rahma dan Diba tidak mengejar Kira lagi, mereka membiarkan Kira pergi untuk menenangkan diri sejenak.

***

Setelah kepergian Kira, Raka dan Aldi yang sedari tadi diam langsung menyeret Renan untuk pergi dari kantin dan masuk ke dalam kelas. Mereka mendudukan Renan di bangkunya. Renan tak menolak, dia hanya diam melihat ke depan dengan tatapan kosong.

" Nan gue nggak tau apa yang ada dipikiran Lo," ucap Aldi sambil bolak balik di depan meja renan. " Lo...Lo...sumpah gue nggak ngerti jalan pikiran Lo kali ini." Kata Aldi lagi.

Raka hanya duduk manis diatas meja sambil melipat tangan di dada. " Di dari pada Lo mondar mandir nggak jelas mending sekarang kita keluar biar Renan bisa merenungkan apa yang baru saja di perbuat." Raka turun dari atas meja dan keluar diikuti Aldi. Renan hanya bisa menatap kepergian dua temannya. perkataan terakhir Raka seolah olah mengisyaratkan kalau apa yang Renan lakukan itu salah.

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang