Sampai di rumah Kira langsung memarkirkan motornya secara sembarangan. Dia berlari memasuki pintu rumah yang terbuka bertepatan dengan bibi yang juga akan keluar dengan Keyra yang ada dalam gendongannya. Mata Keyra sudah tertutup rapat. Tubuhnya juga sangat lemah.
" Bi, kenapa Kira bisa jatuh dari tangga?" tanya Kira sembari mengambil alih gendongan Keyra.
" Bibi nggak tau Ra, waktu bibi lihat Keyra udah tergeletak di tangga paling bawah dan nggak sadarkan diri."
" Key," panggil Kira pelan sambil menepuk pelan pipi Keyra.
Tubuh Kira merosot hingga dia terduduk di lantai saat Keyra tak merespon panggilannya. Kira terus memanggil-manggil nama Keyra. Pandangan Kira sudah mengabur oleh air mata. Kepanikannya makin bertambah kala melihat tangannya yang menjadi tumpuan kepala Keyra kini penuh oleh darah. Bibir Keyra juga sudah memucat, tak ada lagi senyum yang Kira lihat dari wajah adik kecilnya.
Dengan sekuat tenaga Kira bangkit dengan Keyra yang masih dalam gendongannya. " Bi, ayo kita ke rumah sakit," ucapnya masih dengan deraian air mata.
Kira membawa tubuh Keyra menuju mobilnya yang terparkir di depan rumah. Air matanya terus mengalir deras kala rasa takut itu muncul ditambah lagi darah Keyra yang menetes makin banyak.
" Key, kakak mohon kamu harus kuat," lirih Kira.
Kira bersiap untuk membuka pintu mobil namun sebuah tangan menahan tangannya. " Lo nggak bisa nyetir mobil dalam keadaan begini."
Kira sudah menangis sejadi-jadinya. " Kak, tolong Keyra kak,...tolong." Dengan emosi yang makin bergejolak, Kira menatap Renan. " Please kak, tolongin aku."
Tubuh Kira merosot bersamaan dengan Renan yang berusaha menahan tubuh rapuh itu namun gagal. Keduanya terduduk di dekat mobil. Kira menunduk menatap Keyra yang ada di pangkuannya. Dia sedikit mengguncang tubuh Keyra. " Bangun key, ini kakak."
Semuanya masih sama, Keyra tidak merespon panggilan Kira bahkan matanya masih setia tertutup. Kira membawa tubuh Keyra ke pelukannya. Tangisnya kembali pecah.
" Ra tenangin diri Lo dulu," Renan memegang kedua bahu Kira.
" Kak tolong, aku nggak mau kehilangan Keyra."
Renan sempat berdecak melihat Kira yang tidak bisa mengendalikan dirinya. Kemudian Renan menangkup kedua pipi Kira. Dihapusnya air mata Kira yang terus mengalir dengan kedua ibu jarinya. " Lo tenang dulu, jangan histeris kayak gini, gue pasti bakal bantu Lo."
Renan segera mengambil alih tubuh Keyra dari pangkuan Kira. Kira ikut bangkit dan masuk lebih dulu ke jok bagian belakang mobil untuk bersiap menerima Keyra. Renan juga masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi. Mobil itu pun melaju menuju rumah sakit.
***
" Key, kamu pasti kuat key, jangan tinggalin kakak sendiri."
Suara Kira terdengar pilu. Sudah satu jam sejak Keyra masuk ke dalam UGD dan sampai sekarang dokter yang menangani Keyra belum juga keluar. Kira tak henti hentinya menangis. Kejadian ini sungguh membuatnya takut. Takut merasakan kehilangan untuk kedua kali. Kejadian yang seumur hidup tidak pernah Kira bayangkan akan menimpa Keyra. Dia pikir Keyra tadi akan datang dan melihatnya menggunakan gaun batik. Kira sudah membayangkan betapa bahagianya Keyra saat itu tetapi kenapa takdir justru berkata lain.
DIA renggut tawa Keyra dan menutup mata Keyra sebagai gantinya. Ingin rasanya menyalahkan takdir, tapi itu semua tidak ada gunanya karena semua sudah terencana dengan baik oleh yang diatas. Kira menggenggam erat ponselnya. Dia kesal terhadap papanya. Disaat saat seperti ini dia susah dihubungi, kenapa egonya terlalu tinggi padahal jelas jelas apa yang dia benci kini tengah terbaring tak berdaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare ( Completed)
Teen Fiction" mulai sekarang Lo jadi cewek gue. Meski gue nggak pernah menginginkan ini." Ditembak oleh seorang cowok terpintar dan terpopuler disekolah mungkin akan sangat membanggakan bagi seorang cewek. Tapi berbeda dengan kirania, cewek yang satu ini justru...