part 54

59.7K 2.3K 64
                                    


Renan melepaskan sabuk pengamannya lalu mencondongkan badannya hingga wajahnya tepat berada di depan wajah Kira. Tangannya bergerak menyelipkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Kira . Renan mendekatkan bibirnya ke telinga kira dan berbisik penuh penekanan.

" tapi sayangnya kita bukan Romeo dan Juliet yang mati bersama. Lebih baik Lo diem dan simpan air mata Lo buat nanti."

Renan kembali menarik dirinya ke tempat semula lalu kembali melajukan mobilnya kali ini dengan kecepatan standard.

Kira menyandarkan punggungnya masih sambil meredakan tangisnya. Meski Renan mengatakan itu tapi Kira sudah bertekad dalam hati kalau apapun yang nanti akan dilihatnya dia tidak akan meneteskan air matanya kembali. Kini Kira juga tengah berjuang untuk merelakan Renan pergi dari sisinya. Hanya itu yang bisa Kira lakukan saat ini untuk menunjukkan rasa cintanya.

Nafas Kira sudah mulai teratur dan dia sudah lebih merasa tenang dari sebelumnya meski mata sebabnya tetap tidak bisa dia sembunyikan. Bersamaan dengan itu mobil Renan berhenti di depan sebuah gedung yang megah. Renan lebih dulu turun lalu memutari kap mobil dan membuka pintu mobil Kira.

Renan mengulurkan tangannya ke hadapan Kira. " Ayo turun," suara Renan kini terdengar sangat lembut ditelinga Kira.

Dengan canggung Kira menerima uluran tangan Renan dan langsung digenggam erat oleh Renan. Kira terus dituntun untuk masuk ke dalam gedung. Tanpa Kira sadari tubuh Renan kini sudah dibalut dengan jas. Renan terus menuntun Kira untuk memasuki gedung lebih dalam. Suasana sudah tampak ramai oleh para tamu undangan.

Melihat itu Kira makin dibuat kebingungan, tak tau apa yang harus dia lakukan selama di dalam gedung ini. Sedangkan Kira belum melihat tandan tanda kalau Renan akan melepaskan genggamannya.

" Hai Nan," sapa seorang cewek yang tiba-tiba menghentikan langkah Renan dan membuat Kira juga ikut berhenti tepat dibelakang punggung Renan. Genggaman tangan Renan langsung terlepas dan barulah Kira mendongak. Sinta. Cewek yang hari ini akan resmi menjadi tunangan Renan kini sudah melingkarkan tangannya pada lengan Renan.

" Ayo kita ke panggung, papa udah nunggu lama, acaranya mau dimulai," ucapnya.

Renan mengangguk lalu tatapannya beralih pada Kira. " Jangan pernah pergi sebelum acaranya selesai. Lo harus lihat betapa bahagianya gue malam ini."

Setelah mengatakan itu Renan benar benar pergi meninggalkan Kira sendiri di tengah keramaian. Kira menatap sekeliling hanya ada para tamu undangan yang Kira perkirakan adalah teman bisnis papanya Renan. Tak ada satupun orang yang Kira kenal hingga dia teringat dua sahabatnya. Mereka pasti sudah datang dan sekarang Kira tinggal menemukan keberadaan keduanya. Kira terus celingukan sambil menempelkan ponselnya ke telinga mencoba menghubungi salah satu dari Rahma dan Diba. Tapi tak ada satupun dari mereka yang menjawab panggilan Kira. Makin lama Kira makin terdesak oleh kerumunan yang makin merapat ke panggung karena acara yang sudah dibuka. Karena kerumunan yang makin padat dengan rusuh Kira segera mematikan sambungan ponselnya. Senggolan pada tangannya membuat ponsel Kira terjatuh. Dia sempat berdecak lalu menunduk untuk mengambil ponselnya itu sebelum terinjak orang. Kira menemukan ponselnya terlempar hingga terjatuh di belakang kakinya, Kira memutar tubuh dan kembali menunduk untuk mengambil ponselnya.

" Terima kasih buat semua para tamu yang sudah hadir malam ini," suara Renan mulai terdengar yang membuat Kira seketika mematung ditempatnya tanpa mau berbalik badan untuk melihat ke arah panggung.

" Malam ini adalah malam yang sangat spesial untuk saya dan keluarga saya. Dan tak lupa juga malam yang sangat spesial untuk gadis disebelah saya."

Kira makin menegang ditempatnya. Bahkan genggamannya pada ponselnya begitu erat. Entah harus bagaimana Kira selanjutnya. Memilih tetap diam ditempat hingga acara selesai atau pergi sesegera mungkin dari tempat ini.

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang