part 8

55.4K 2.6K 40
                                    

" ini sih gila Ra, kalau Lo serius terima tantangan dari kak Renan," kata Rahma seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar dari mulut Kira.

Kira mengangguk dengan mata yang masih terus menatap layar ponselnya. " Memangnya kenapa? Dia juga nggak akan bisa. Dia kan bisanya cuma pegang pulpen sama kertas doang."

Diba menghela nafas berat. " Rupanya pencarian info Lo tentang kak Renan waktu itu cuma sampai sifatnya aja, Lo belum tau dia yang sebenernya."

Kira meletakkan ponselnya lalu menatap Diba. " Siapa bilang gue belum tau dia. Gue tau. Dia itu sombong, sok ganteng, blagu pokoknya banyak banget sifat jelek dia yang nggak bisa gue ungkapin," kata Kira sambil menerawang semua sifat Renan yang menyebalkan baginya.

" Bukan itu Ra. Kayaknya bener deh, Lo emang belum kenal kak Renan yang sesungguhnya," ucap Diba.

" Jadi secara nggak langsung Lo mau bilang kalau dia bisa gitu main basket?"

Diba menatap Rahma dan memberi kode untuk menjelaskan secara detail kepada Kira.

" Gini ya Ra, kak Renan emang nggak pernah gabung bareng tim basket tapi bukan karena dia nggak bisa. Justru kemampuannya itu melebihi dari ketua tim basket sekarang. Kayaknya satu sekolah juga udah tau dan nggak ada yang meragukan lagi kecuali Lo karena Lo kudet. Bahkan sekolah lain juga udah pada tau. Dan itu juga yang menyebabkan gue bangga bisa sekolah disini, salah satunya karena kita punya Renan yang pintar baik di akademis maupun non akademis," jelas Rahma panjang lebar.

" Ra, jadi orang tuh makanya jangan cuek-cuek banget lah, Lo nggak mesti kenal kok tapi seenggaknya lo tau hal-hal yang membanggakan di sekolah." Terkadang Diba juga geram sendiri dengan kecuekan Kira yang menurutnya keterlaluan.

Kira meneguk ludahnya susah payah. Fakta yang mengejutkan, membanggakan sekaligus menakutkan bagi Kira. Sepertinya mulai dari sekarang dia harus mempersiapkan fisiknya dengan baik.

" Tapi kemarin gue denger, dia bilang mau fokus sama olimpiade dan nggak tertarik buat jadi bagian dari tim basket," kata Kira lagi.

" Karena Lo nantangin dia makanya dia jadi ikut tertantang. Dan karena cuma lo yang meragukan kemampuan kak Renan," kata Diba yang membuat Kira langsung bungkam.

" Kenapa Lo nggak bilang dari awal sih, kalau Lo berdua udah tau segalanya tentang kak Renan," kata Kira pelan. Dia jadi menghawatirkan nasibnya yang sedang terancam. 100 kali skod jump itu bukan hal yang mudah.

" Santai aja Ra, semoga dewa keberuntungan sedang berpihak sama lo. Tapi yang gue yakin sih kak Renan bakalan menang," ucap Rahma yang membuat Kira makin pesimis.

Kira mendengus sebal. Kalau sudah begini tidak akan ada dewa keberuntungan yang akan berpihak pada Kira. Yang ada hanya malaikat maut yang menghampiri Kira.

"Anyway Ra, makasih banget ya, berkat Lo gue jadi bisa ngelihat kak Renan main basket lagi. Gue kanget banget lihat dia keringetan terus menyugar rambutnya ke belakang lalu dia kibaskan. Sumpah, itu buat gue meleleh." Rahma menerawang sambil menirukan gaya Renan seperti yang dia ucapkan tadi.

Kira menoyor dahi Rahma. " lebay Lo, nggak seganteng itu juga kali."

" Lo aja yang belum lihat. Tanya aja Diba," pandangan Rahma beralih menatap Diba sambil menaik-turunkan alisnya.

Diba mengangguk membenarkan lalu mereka berdua melakukan high five.

" Emang ya Lo berdua nggak pernah setia kawan sama gue," Kira mengerucutkan bibirnya.

" Ra, tapi Lo masih bisa ambil kesempatan ini buat kenalan sama kak Renan, Lo kasih dia perhatian disaat dia latihan siapa tau dengan cara itu juga dia bisa mempertimbangkan lagi hukuman buat Lo," ucap Diba tiba-tiba.

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang