part 10

53.5K 2.7K 31
                                    

Kira langsung menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Hari sudah hampir memasuki waktu Maghrib dan Kira baru saja tiba di rumah. Terlalu banyak bercerita saat berada di rumah Diba membuat Kira lupa waktu. Cukup lama Kira duduk sambil memejamkan mata tapi dia sama sekali belum mendengar suara Keyra, adik perempuan satu-satunya.

Kira membuka matanya dan memanggil manggil nama Keyra tapi tidak ada jawaban sama sekali. Mata Kira mulai menjelajah ke sekelilingnya untuk menemukan keberadaan Keyra yang mungkin tidak mendengar panggilan Kira hingga akhirnya pembantu rumah tangannya datang menghampiri Kira.

" Key mana bi?" Tanya Kira.

" Belum pulang dari tadi non."

Mendengar itu Kira segera menegakkan punggungnya menatap ke arah bibi. " Ini kan udah Maghrib dan pameran batik harusnya sudah tutup dari jam 4," ucap Kira pelan.

" Kalau papa mana bi?"

" Belum pulang juga non."

Rasa khawatir mulai mendera Kira. Adik perempuannya masih berada di luaran sana sendirian. Kira memperhatikan jam di dinding sebentar. Dan tanpa pikir panjang Kira segera berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil. Yang ada dipikiran Kira saat ini hanyalah dia yang harus segera menyusul Keyra sebelum hal yang tidak Kira inginkan terjadi pada adiknya. Terlebih lagi Keyra tidak membawa ponsel itu makin membuat Kira bertambah khawatir. Pantas saja seharian ini Keyra tidak memberinya kabar apapun atau hanya sekedar memberitahu keberadaannya pun tidak.

Kira berlari ke luar rumah begitu saja bahkan panggilan dari bibi tidak dia hiraukan. Kira mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, meskipun dia dalam keadaan panik Kira harus tetap bisa mengendalikan diri dan mengutamakan keselamatannya sendiri. Meski sebenarnya dia belum terlalu mahir, dalam artian masih ada rasa takut ketika harus mengendarai mobil sendiri, tapi ada alasan lain sampai akhirnya Kira memilih memakai mobil adalah langit yang mulai menghitam pertanda akan turun hujan lebat. Kira tidak mau kesehatan Keyra jadi menurun ketika dia memilih membawa motor saat turun hujan nanti.

Kira terus melaju membelah jalanan ibu kota yang saat itu sedang tidak terlalu padat sehingga Kira tidak memerlukan waktu terlalu lama utuk sampai ke gedung tempat pameran batik berlangsung. Kira memarkirkan mobilnya di depan sebuah gedung yang tampak sudah gelap tidak ada cahaya sama sekali kecuali cahaya dari lampu taman kecil di depan gedung. Lama Kira memperhatikan sekiranya dari dalam mobil tapi dia tidak menemukan siapapun di depan gedung. Kira memilih segera turun utuk lebih memastikan karena hujan sudah turun lumayan deras. Kedua tangannya Kira posisikan di atas alisnya untuk menghalau air hujan masuk ke mata dan akan menghalangi pandangannya.

" Kak Kira!"

Panggilan itu membuat Kira yang tengah celingukan langsung menoleh ke sumber suara. Kira melihat adiknya tengah berteduh di pinggiran gedung sebelah kiri. Kira segera berlari menghampiri Keyra. Dia berjongkok di hadapan Keyra dan langsung memeluk erat adiknya itu. Tak peduli lagi kalau tubuh Keyra juga akan ikut basah dan tanpa bisa dicegah pula air mata Kira mengalir bercampur dengan tetesan air hujan. Kira benar benar takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Keyra mengingat adiknya itu masih terlalu kecil untuk berada di luar sendirian.

Keyra adalah janji Kira pada almarhum mamanya. Kira sudah berjanji untuk selalu menjaga Keyra dan semenjak kepergian mamanya, Kira semakin dekat dengan Keyra. Tidak ada malam yang terlewatkan tanpa sebuah kecupan di kening. Kira selalu mengecup kening Keyra sebelum tidur begitupun sebaliknya. Kebiasaan itu memang sudah Kira terapkan semenjak kepergian mamanya. Meski sekarang mereka tertidur di kamar yang berbeda tapi kebiasaan itu tidak pernah terlewatkan.

Sama halnya dengan Keyra yang selalu menganggap Kira adalah kakak ter- the best- nya.

" Kakak kenapa hujan-hujanan?"

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang