" jadi rencana Lo selanjutnya apa Ra?" Tanya Rahma yang sudah berdiri dengan kedua telapak tangan bertumpu pada meja Kira dan Diba.
" Gue nggak tau. Pikiran gue lagi buntu," ucap Kira lesu sambil menyandarkan punggungnya pada kursi.
Untuk sekarang, Kira ingin libur dulu pada urusannya dengan Renan. Yang sedang Kira pikirkan saat ini adalah ketika dirinya terbangun tadi pagi, Kira merasakan ada tangan mungil yang melingkar di perutnya dan ternyata itu adalah tangan Keyra. Yang Kira bingungkan adalah sejak kapan Keyra tidur disampingnya. Karena seingatnya Kira, dia tertidur pukul setengah 12 malam dan sebelum itu dia sudah memastikan kalau Keyra sudah terlelap di kamarnya. Dan yang lebih membuat Kira heran adalah bulu mata keyra yang terlihat basah seperti habis menangis.
Kira takut kalau adiknya itu mendengar pertengkarannya dengan Bagus semalam. Dia tidak ingin Keyra menjadi sedih. Walaupun tadi pagi Kira melihat kalau Keyra tampak ceria seperti biasanya tapi tetap saja ada perasaan khawatir dalam diri Kira. Terkadang Keyra begitu pandai menyembunyikan kesedihannya dari Kira.
Diba menjentikkan jarinya didepan wajah Kira membuat Kira tersadar dari lamunannya. " Mikirin apa sih, ngelamun aja."
Kira kembali menegakkan tubuhnya lalu tersenyum ke arah Diba dan Rahma. " Enggak kok. Enggak mikirin apa-apa."
" Ra, kalau berdasarkan pengamatan gue beberapa hari ini sih, cuma ada satu cara supaya kak Renan mau kenalan sama lo."
Diba dan Kira kompak menatap Rahma dengan alis bertaut.
" Apa coba?" Tanya Kira dengan nada meremehkan.
" Selama ini nggak ada satupun cewek yang bertahan lama ngejar kak Renan cuma untuk kenalan tapi berbeda dengan Kira yang pantang menyerah," ucapnya bak seorang detektif.
"Caranya gimana?" Kali ini Diba yang bertanya.
" Otomatis selama ini kak Renan udah terbiasa dengan kehadiran Kira di hidupnya." Rahma melipat tangannya di dada dengan satu jari telunjuknya di ketuk-ketukan di dagu.
Kira dan Diba yang mulai kesal dengan Rahma yang terlalu bertele-tele. " Intinya," kata mereka kompak karena sudah malas mendengar omongan Rahma.
" Dan gue yakin cuma cara ini yang paling ampuh buat bisa kenalan sama kak Renan dan gue jamin ini nggak bakal gagal seperti cara-cara yang Kira lakukan sebelumnya itu terlalu main-"
Tiba-tiba Diba menghadang jalan rahma yang sudah keluar dari kelas dan kini mereka berada di dekat tembok pembatas. Diba dan Kira sudah enggan mendengar omongan Rahma yang terlalu muter-muter dan tidak langsung pada intinya. Belum lagi Diba dan Kira harus mengikuti langkah Rahma yang pelan karena suara cewek itu juga ikut memelan.
" Langsung aja ke intinya deh Ma, atau Lo mau gue jorogin ke bawah," ancam Diba.
Rahma segera menurunkan tangannya dan menatap Diba sedikit takut. " Jangan sadis gitu dong Dib, tega banget Lo sama temen. Gua kan nggak mau gentayangan kalau gue mati. Emang Lo berdua mau setiap malam gue gentayangin?"
"Tinggal gue gentayangin balik kalau perlu gue teror sekalian," ucap Diba masih kesal.
Kira sudah terbahak ditempatnya. Dua sahabatnya ini terkadang memang sangat konyol. Apalagi kalau satu diantara mereka ada yang membuat jengkel pasti ya, jadinya akan seperti sekarang ini.
" Jadi cara yang ampuh menurut penelitian lo itu apa Ma?" Tanya Kira.
Rahma menatap Kira. " Lo yakin mau pake cara dari hasil penelitian gue, Ra?"
" Selama itu nggak aneh-aneh, why not, gue pasti lakuin."
" Oke, caranya adalah Lo harus Deket lagi sama cowok lain biar-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Dare ( Completed)
Ficção Adolescente" mulai sekarang Lo jadi cewek gue. Meski gue nggak pernah menginginkan ini." Ditembak oleh seorang cowok terpintar dan terpopuler disekolah mungkin akan sangat membanggakan bagi seorang cewek. Tapi berbeda dengan kirania, cewek yang satu ini justru...