part 45

47.1K 2.4K 83
                                    

Entah sudah berapa kali Kira menghapus setiap tetes air mata yang keluar dari matanya disaat pelajaran sedang berlangsung. Semua yang sedang guru terangkan di depan nampaknya tidak ada satupun yang masuk ke dalam otak Kira. Pikirannya terus saja dipenuhi oleh kejadian kemarin. Kejadian dimana dia sendirian merasa dalam keadaan yang sangat takut. Bagaimana dia melihat dengan mata kepalanya sendiri dokter menempelkan alat pacu jantung ketubuh Keyra hingga adiknya itu terguncang hebat. Tangis Kira makin pecah ketika melihat mesin EKG sempat menampilkan garis lurus dan bunyi yang sangat panjang.

Kira hampir saja kehilangan Keyra. Semua itu terasa mengerikan bagi Kira. Dulu saat mamanya menghembuskan nafas terakhir Kira tidak seperti ini karena mamanya langsung menutup matanya dengan damai tanpa harus diguncang tubuhnya oleh sebuah alat. Dan Kira juga tidak tau kalau pada saat itu mamanya sudah meninggalkannya untuk selamanya.

Berbeda dengan sekarang, rasa kehilangan Keyra itu sangat terasa nyata  bagi Kira. Benar benar nyata didepan matanya. Beruntung Allah masih memberi Kira kesempatan untuk melihat hembusan nafas Keyra lagi dari embun yang tercipta pada alat bantu pernafasan. Dari situ Kira sadar bahwa Allah bisa kapan saja mengambil Keyra dari sisinya. Kesembuhan Keyra hanya perkiraan dokter saja. Semua itu tidak mampu menjamin, hanya sebuah kata penenang untuk Kira.

Mungkin dengan adanya kejadian ini Allah ingin memberi kesempatan kepada Kira untuk bisa mempertemukan Keyra dengan orang orang yang selama ini dekat dengannya. Terutama papanya. Satu keinginan Keyra dari Bagus yang Kira tau, hanyalah sebuah kecupan di kening dan elusan dirambutnya. Sepele memang tapi sangat sulit Keyra dapatkan mengingat Bagus yang begitu membenci Keyra. Sedangkan Renan adalah sosok cowok yang akhir akhir ini terbilang cukup dekat dengan Keyra. Kehadiran Renan memberi arti di hidup Keyra. Kehadiran sosok laki laki yang selalu Keyra mimpikan beberapa tahun ini semenjak bagus tak lagi memberinya kasih sayang.

" Selamat siang anak anak," seorang guru baru saja mengakhiri jam pelajaran dan Kira juga baru saja tersadar dari lamunan panjangnya.

" Ra Lo kenapa sih, Bu Ira dari tadi merhatiin Lo terus tau," kata Diba.

Kira tersenyum tipis. " Nggak papa kok," dia lalu bangkit dan keluar dari kelas. Bahkan panggilan kedua temannya saja tidak dihiraukan.

Tujuannya kali ini adalah menemui Renan. Kira harus bisa membujuk cowok itu agar mau menemui Keyra, agar adiknya itu merasa sedikit terhibur. Kelas dan kantin sudah Kira singgahi tapi Renan belum juga dia temukan dan kini Kira membawa langkahnya menuju lapangan basket. Benar saja, Renan tengah berada disana sendirian sambil memantulkan bola basket.

" Kak!" Panggil Kira membuat Renan menghentikan aksinya memasukkan bola.

" Ngapain Lo kesini, gue rasa kita udah nggak ada urusan lagi," kata Renan ketus.

Kira berjalan mendekat ke arah Renan. " Aku yang punya urusan sama kakak."

" Urusan apa? Lo mau ngadain taruhan lagi." Sindir Renan.

" Bukan kak. Aku kesini bukan mau ribut sama kakak. Aku cuma mau minta tolong sama kakak buat jenguk Keyra, dia pengen ketemu kakak. Tolong kak, aku janji setelah ini aku nggak akan temui atau ganggu kakak lagi."

" Bukannya udah ada Nandan."

" Tapi Keyra mau ketemu kakak."

" Gue nggak mau ketemu dia. Pokoknya gue nggak mau lagi berurusan sama apapun yang ada hubungannya dengan Lo."

" Aku tau kak, kata maaf mungkin nggak akan pernah cukup untuk Nebus rasa sakit hati kakak karena ulah aku. Tapi untuk kali ini aja aku mohon sama kakak, tolong temui Keyra."

Bukannya tidak tau. Renan tau kalau Keyra masih berada dirumah sakit sejak terakhir kali dia melihat wajah gadis itu. Renan Memang belum kesana lagi sejak terakhir kali dia melihat Keyra masih menutup matanya. Sempat terbersit di pikirannya untuk kembali menjenguk Keyra tapi setelah Renan melihat Kira selalu bersama Nandan, dia kembali mengurungkan niatnya itu.

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang