part 46

45.9K 3K 613
                                    

Kira menatap sebentar papanya yang hanya diam dengan tatapan kosong. Kira harap keterdiaman papanya itu untuk memikirkan apa yang sudah dia lakukan itu salah. Kira kembali melangkah tapi baru 3 langkah menjauh Kira kembali memutar tubuhnya menatap Bagus.

"Pa, tolong bantu aku wujudin satu keinginan Keyra. Dia pengen banget papa kecup keningnya dan elus rambutnya. Udah cuma itu aja pa," air mata yang sempat lolos segera Kira hapus dengan cepat. Dia berlari keluar rumah untuk segera kembali ke rumah sakit.

Kini Kira rasanya menjadi kakak yang tidak berguna karena tidak mampu mewujudkan keinginan Keyra bertemu dengan orang yang dia inginkan. Kira berhenti di teras rumahnya karena deringan ponsel dari dalam sakunya.

" Hallo bi kenapa?"

" Keyra kritis lagi, keadaannya semakin melemah."

" Secepatnya Kira kesana bi."

Panggilan terputus dan Kira segera berlari menerobos hujan menuju motornya yang terparkir di halaman rumah. Tak ada payung ataupun jas hujan yang akan melindungi Kira sepanjang jalan. Tapi rasa khawatirnya terhadap keyra lebih besar.

Kira melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Berbahaya memang mengingat kondisi jalan yang licin akibat diguyur hujan. Kira melaju membelah jalanan yang sedang sepi. Sampai di rumah sakit Kira segera berlari menuju ruang rawat Keyra dan melihat bibi tengah duduk di depan ruangan sambil menangis.

" Bi," panggil Kira pelan. Langkahnya memelan saat sebentar lagi dia akan sampai ke hadapan bibi. Air matanya ikut mengalir deras ketika melihat bibi yang juga menangis. Kira tak bertanya apapun. Dia langsung masuk ke dalam ruangan yang kini dipenuhi oleh dokter dan suster.

" Keyra," panggil Kira. Dia segera menerobos kerumunan dokter hingga kini dia bisa melihat keadaan Keyra.

Dokter dan suster perlahan mundur memberi ruang untuk Kira. Kira mengecup kening adiknya itu dan sebelah tangan Keyra dia tempelkan ke pipinya. " Kakak yakin kamu kuat key, kalau kamu sembuh, kita bakal liburan di Jogja. Kamu mau kan?"

Keyra membuka pelan matanya. Dia menatap Kira dengan sendu. " Key, sayang kakak," ucapnya begitu pelan.

" Kakak juga sayang Keyra," berkali kali Kira mengecup punggung tangan Keyra. " Kamu harus sembuh key. Jangan tinggalin kakak. Kakak nggak mau kamu pergi." Tangis Kira makin pecah.

" Kakak jangan nangis key nggak mau lihat kakak sedih." Katanya lagi dengan suara yang makin melemah dan terputus-putus.

Kira menatap satu persatu dokter dan suster yang hanya diam menunduk dibelakangnya. " Dok tolong! Tolong adik saya, jangan diem aja."  Teriak Kira tapi mereka semua hanya bisa menggeleng pelan. Seperti tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain pasrah.

" Key kakak mohon bertahan demi kakak." Kira terus memeluk Keyra dan menangis dipundak adiknya itu. Tak pernah Kira bayangkan kalau dia harus kembali kehilangan orang yang dia sayang. Kira tak pernah mau hal itu terjadi tapi kenapa sekarang Allah menakuti Kira akan kehilangan Keyra.

" Cukup Mama yang pergi dari hidup kakak key, jangan kamu," Lirih Kira. Pelukannya semakin erat pada tubuh Keyra. Dia benar benar tak ingin merasakan kehilangan unyuk kali kesekian.

" Keyra," suara itu membuat semua orang yang berada di dalam ruangan menoleh menatap seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

" Papa!" Ucap Keyra meskipun matanya setengah tertutup. Kira melepas pelukannya dan mendongak menatap Bagus.

" Iya nak, papa disini," Kira mundur memberikan ruang untuk bagus berbicara dengan Keyra.

" Key, sayang...papa.."

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang