epilog

76.9K 3K 190
                                    

Renan duduk di bangkunya dengan tidak bersemangat. Rambut yang acak-acakan seperti tidak pernah disisir. Bagaimana tidak? semalaman Renan terus mencoba menghubungi Kira tapi nomor cewek itu tidak aktif. Bahkan setelah acara selesai, Renan langsung pergi kerumah Kira tapi yang Renan dapatkan hanyalah berita kalau Kira tidak pulang ke rumah. Tentu ini semua membuat Renan gelisah dan khawatir, mengingat Kira pergi dalam keadaan menangis. Renan hanya takut terjadi sesuatu dengan Kira.

Semalaman Renan mencari keberadaan Kira hingga pukul 3 subuh, baterai ponselnya juga sampai habis hanya untuk menghubungi nomor Kira. Berpuluh-puluh chat Renan kirimkan tapi tak ada satupun yang dibaca ataupun dibalas.

Renan menghembuskan nafas. Riuh para murid yang sedang mempersiapkan upacara pun tidak membuat Renan merasa terganggu. Dia masih memikirkan Kira yang sampai saat ini belum bisa dihubungi dan ditemui.

" Woi Nan, Lo dicari pak guru tuh, disuruh persiapan buat acara penyerahan piala nanti. Semua anak olimpiade yang lain juga sudah pada kumpul dibelakang panggung," ucap Raka yang baru saja masuk ke dalam kelas dan langsung duduk diatas meja Renan.

" Hari ini Lo lihat Kira nggak?" Tanya Renan dengan topik lain.

" Ouh, rupanya pangeran masih mencari tuan putri yang semalam hilang. Apa perlu diadakan sayembara, Lo punya sebelah sepatu Kira nggak?"

" Lo pikir ini cerita Cinderella apa? Gue serius," kesal Renan.

" Lagian Lo terlalu segitunya banget sih, ntar Kira juga ketemu, gue jamin dia nggak bakal ilang."

Merasa malas mendengar ucapan Raka yang menurutnya tidak penting, Renan bangkit dan keluar dari dalam kelas. Dia terus berjalan melawan arus. Jika semua berbondong-bondong pergi ke lapangan karena 5 menit lagi upacara akan dimulai akan dimulai berbeda dengan Renan yang masih sibuk memasuki setiap ruang kelas yang dia lewati hanya untuk mencari Kira.

Pencarian Renan terus berlanjut hingga dia tiba di jajaran ruang kelas Kira dan bertemu dengan Rahma dan Diba.

" Lo berdua lihat kira nggak?"  Tanya Renan yang sudah menghadang jalan keduanya.

Rahma dan Diba saling pandang sesaat.

" Hari ini dia nggak masuk kak," jawab Diba.

Renan menghembuskan nafasnya kasar. Lagi lagi dia mendapatkan jawaban yang sangat jauh dari keinginannya. Renan akhirnya berbalik dan kembali ke lapangan.

Renan masuk ke dalam barisan dan mengikuti rangkaian upacara tanpa minta. Sesekali dia meneliti disetiap barisan berharap dia melihat Kira di dalam salah satu barisan. Hingga tibalah pada acara puncak yaitu adanya kepala sekolah dan penyerahan piala atas kemenangan tim olimpiade pada lomba kemarin.

" Bapak mengucapkan selamat sekaligus terima kasih karena kalian kembali menorehkan prestasi untuk sekolah kita."

Satu persatu anak olimpiade naik ke atas panggung untuk menerima kalung bunga serta piala.

Renan sebagai ketua olimpiade diberikan kehormatan untuk memberikan sepatah dua patah kata.

Renan maju selangkah dan mendekatkan bibirnya pada mic. Matanya terus saja menatap kesana kemari masih dengan tujuan dan harapan yang sama. Renan kembali menghembuskan nafas karena apa yang dia cari masih belum dia temukan. Renan berdehem pelan sebelum mengeluarkan kata-kata.

" Saya disini juga ingin mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu tim kami...."

Renan berhenti berbicara ketika pandangannya melihat seseorang yang memakai topi tengah berjalan di sepanjang barisan paling belakang. Meski terus berjalan tapi pandangan orang itu juga terus terarah pada Renan. Namun Renan tidak bisa melihat dengan jelas wajah orang itu karena tertutup topi. Mata Renan terus mengikuti kemana orang itu melangkah hingga keluarga lapangan upacara.

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang