part 37

46.8K 2.4K 91
                                    

" ayo lah Ra, ngajak Lo ke kantin berasa ngajak Lo organisasi tau nggak, susah banget," Kesal Rahma.

" Apa, Lo mau bilang bawa bekal lagi?" Potong Diba saat Kira hendak membuka mulutnya.

" Nggak ada, pokoknya Lo harus ikut kita ke kantin, biasanya juga kita bertiga terus," Kata Rahma lagi seolah enggan terbantahkan.

Mereka berdua terus berbicara seolah tidak membiarkan Kira melakukan pembelaan diri. Diba bangkit begitu juga Rahma. Mereka kompak menarik kedua tangan Kira. Dan Kira hanya bisa menghembuskan nafasnya pasrah. Ditarik terus sepanjang perjalanan ke kantin membuat Kira serasa anak kecil yang dipaksa mandi oleh ibunya. Setibanya di kantin hampir semua bangku telah penuh.

" Tuh penuh kan, mendingan beli makanan aja terus makan di kelas. Ya? " Kira sudah hendak berbalik pergi ke arah pintu keluar setelah memberi solusi yang menurutnya terbaik namun Rahma mencegahnya.

" Kata siapa penuh ada kok yang masih kosong," Katanya sambil tersenyum jahil.

" Dimana?" Tanya Kira meremehkan karena yang dia lihat semua bangku sudah penuh bahkan ada yang sampai berdesakan.

" Tuh," Rahma menunjuk dengan dagunya. Mata Kira mengikuti arah yang Rahma tunjukan hingga akhirnya matanya membelalak saat melihat bangku kosong yang Rahma maksud itu adalah tempat Renan berada.

" Nggak, nggak. Lo lihat disana udah ada kak Renan dkk, emang Lo nggak malu apa buat gabung apalagi disana cowok semua?"

Kira sudah melepaskan tangannya dari cekalan Rahma dan Diba. Ide Rahma ini gila benar-benar gila. Tapi di satu sisi wajar saja kalau Rahma mencetuskan seperti itu karena mereka memang belum tau tentang hubungan Kira dan Renan yang sebenarnya. Tapi jika Kira mengiyakan untuk bergabung disana tentu akan terasa sangat canggung mengingat beberapa hari ini Kira sudah tidak lagi mengejar ataupun berhubungan dengan Renan seperti yang biasa dia lakukan.

" Kenapa harus malu kan ada Lo yang bakal jadi tameng kita," selanjutanya Kira tak bisa lagi memberontak lagi karena Rahma dan Diba sudah kembali menariknya. seberapa keras Kira menahan kakinya agar tidak melangkah, 2 lawan satu tentu Kira yang akan kalah.

" Hai kak, boleh gabung nggak, semua bangku penuh nih?"

Renan yang tengah bermain ponsel segera mendongak dan tatapannya langsung beradu dengan Kira yang tampak kikuk.

" Boleh dong dedek-dedek manis," Jawab Aldi. Rahma dan Diba langsung duduk di samping Aldi, sedangkan Kira memilih memaksakan duduk di samping Diba meski bangkunya sudah penuh karena hanya muat untuk tiga orang saja.

" Ra, ini bangku itu cuman muat buat tiga orang, Lo pindah di dekat kak Raka aja tuh," titah Rahma.

Kira melirik bangku kosong di sebelah Raka. Beruntung Renan duduk di sebelah Raka sehingga kalau Kira pindah ke sebelah Raka pun tidak akan terlalu canggung dan Kira tidak akan berinteraksi dengan Renan. Kira menghembuskan nafas pelan lalu berpindah tempat duduk. Baru saja Kira akan duduk, Raka justru bangkit dan bertukar tempat duduk dengan Renan, hal ini sontak membuat Kira ingin segera pergi dari kantin sekarang.

" Nan, kok Lo cuek cuek aja, disebelah kan cewek lo, nggak ada romantisnya Lo jadi cowok," cibir Aldi sambil tertawa.

Renan mempause gamenya lalu melirik Kira di sebelahnya yang hanya diam lalu kembali fokus pada gamenya. " Gue udah putus sama dia," katanya santai.

" Waduh jadian nggak bilang, putus nggak pamit, kayak dedemit Lo berdua," Kata Aldi.

Semua orang yang ada di meja itu kaget. Begitu juga Rahma dan Diba yang langsung menatap Kira intens meminta penjelasan. Kini mereka tau kenapa beberapa hari ini tingkah Kira sangatlah aneh. Namun ada juga rasa kesal yang mendera karena Kira tidak segera menceritakannya, padahal selogan persahabatan mereka adalah keterbukaan dalam hal sekecil apapun.

Truth or Dare ( Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang