Bab 9 | Jomblo Mah Jomblo Aja

114 15 0
                                    

Setelah melakukan aksi pahlawan kesiangan di lapangan tadi, Listi kini memilih berjalan ke UKS untuk menemui Vina yang dibawa pergi oleh Fandi. Listi sangat yakin jika mereka ke UKS, tidak mungkin kan orang sakit diajak ke kantin? Sebenaranya mungkin-mungkin saja sih, tapi Listi tidak berpikir sejauh itu.

Perlahan ia membuka pintu yang semula tertutup rapat, kepalanya ia sembulkan terlebih dahulu untuk mengecek apakah Vina dan Fandi ada di sana. "GUE NGGAK LIAT!" teriak gadis itu yang langsung kembali menutup pintu dengan kasar, jantungnya berdetak luar biasa, bahkan dia hanya melihat, tidak melakukannya. Oh Tuhan, sucikan kembali mata Listi.

Tak lama setelah itu pintu kembali terbuka dan menampilkan sosok Fandi yang terlihat khawatir, pikirnya Listi pasti salah paham. "Lis-."

"Beneran, Fan, gue nggak liat. Gue nggak liat beneran, tenang aja." Listi nampak gugup. Melihat Fandi yang membungkukkan badan ke arah Vina tadi sungguh membuat otak bobroknya memikirkan hal yang tidak-tidak. Seperti ... kalian pasti paham.

"Lo ngomong apa sih? Gue tadi cuman niupin matanya Vina yang kelilipan, nggak ada niatan juga buat ngelakuin yang begituan, ada sih tapi belum."

"HEH!"

Fandi terkekeh, Listi melotot. Cukup lama gadis itu terdiam, sebelum akhirnya ia berucap, "rumah lo ada cangkul?" Perasaan tidak enak mendadak menyergap Fandi, apa maksud dari ucapan gadis itu? Ia jadi membayangkan jika Listi ini adalah cucu dari kakek cangkul. "Eng-nggak ada, Lis, em-emang kenapa?"

Listi menepuk bahu Fandi membuat lelaki itu semakin merinding, ia melihat sekitar ... sepi. "Lo beneran nggak punya cangkul?" Fandi hanya bisa menggeleng kecil, jantungnya kini berdetak cepat menandingi detakan saat ia tengah jatuh cinta.

"Padahal kalo lo punya, gue mau minjem. Mau ngubur diri gue sendiri karena kelamaan jomblo." Listi terkekeh sebelum akhirnya masuk ke dalam UKS meninggalkan Fandi yang menghela napas lega. Ternyata Listi bukan cucu dari kakek cangkul. Ia pun berbalik badan dan kembali masuk ke dalam UKS menyusul Listi.

Di sana, Vina terbaring dengan kaki kanan yang terlapisi oleh perban, mungkin kaki gadis itu terkilir. Listi yang melihat raut wajah tidak enak dari Vina pun memilih terkekeh, ia tahu apa yang dipikirkan oleh gadis itu ... pasti masalah yang tadi.

"Maaf tadi gue salah paham." Akhirnya Vina dapat bernapas lega saat mengetahui jika Listi tidak lagi salah paham terhadapnya dan juga Fandi. Sebelumnya gadis itu sempat was-was saat melihat kedatangan Listi yang menurutnya tidak tepat waktu, ia takut hubungannya dengan Fandi yang belum lama itu akan kandas di tengah jalan hanya karena kesalah pahaman.

Melihat Listi yang terus saja menatap kaki kanannya membuat Vina diam-diam menyunggingkan senyuman. "Jangan terlalu khawatir kali Lis, gue nggak apa-apa kok," ucap Vina membuat Listi kini mengalihkan pandangan berganti menatapnya.

"Tapi, Vin ...." Vina tambah senang saat Listi semakin terlihat khawatir dan juga sedih, melihat gadis itu yang hendak menyentuh perbannya membuat ia menahan mati-matian rasa terharu yang mendadak muncul. "Lo beneran nggak pa-pa?"

Vina mengangguk dengan senyuman tulus, ia ingin menangis, sungguh. Memang baru pertama kali ini Vina melihat Listi yang menampilkan wajah sedih, sebelum-sebelumnya, gadis itu selalu ceria.

Namun kegembiraan di hati Vina tak berselang lama saat kaki kanannya mendadak berdenyut sakit. Sangat sakit. Ia melihat tangan mungil yang tertempel di kakinya itu meremasnya dengan sangat tidak wajar, tangan siapa lagi jika bukan milik Listi.

Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang