Keringat bercucuran di kening Listi. Sudah beberapa penjuru rumah sakit ia datangi, tapi gadis itu tetap saja tidak menemukan keberadaan Regar. Di mana lelaki itu?
Ini hari terakhir bagi Listi untuk menyelesaikan semua masalahnya. Besok sudah tidak ada waktu, karena sekolah sudah libur. Terlebih lagi, Regar sudah lulus dari SMA.
Sesekali berlari sambil menyerukan nama lelaki itu. Pandangannya ia edarkan ke sekeliling berharap sekelebat bayangan Regar dapat ia tangkap. Listi sudah tak peduli lagi jika Sefita akan marah-marah di parkiran karena terlalu lama menunggunya, yang terpenting sekarang adalah bertemu Regar.
Hampir saja Listi menyerah, tapi niat itu ia urungkan saat melihat tubuh tegap seorang lelaki yang kini tengah duduk lesehan di rerumputan belakang rumah sakit. Segera saja ia mendekat. Menyentuh punggung Regar hingga membuat lelaki itu menoleh dengan tatapan terkejut saat sebuah serangan mendadak diberikan oleh Listi.
Mata Regar membola. Dengan segera ia memandang Listi yang kini tengah tersenyum ke arahnya. Apa yang gadis itu lakukan tadi? Sengaja atau tidak?
"Lo kemarin udah nyium gue banyak banget! Sekarang gantian gue yang nyium lo!"
Regar terdiam. Ia dengan segera membawa tubuh Listi ke dalam pelukannya. Ia merasa sangat bersalah. Ia gagal mempertahankan ibu gadis itu untuk tetap bersama sang suami. Ia gagal mewujudkan kebahagiaan gadis malang yang kini ada di dalam pelukannya. Dan pada akhirnya, ia yang selalu menjadi penyebab penderitaan dari gadis itu.
"Gara, jangan nyalahin diri lo lagi, ya. Lo nggak salah. Meskipun gue tinggal serumah sama Ayah, Mama ... tapi gue tetep nggak bisa wujudin harapan gue. Gue tetep ngerasa semua usaha gue itu cuman sia-sia."
"Maaf ... maafin Gara, maafin Gara, maafin Gar—."
"Hei! Udah Tian bilang kan ... Gara tuh nggak salah ... coba lihat ijazahnya Gara." Listi memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan saja, ia lama-lama tak tega melihat keadaan Regar yang sangat hancur seperti ini, melebihi dirinya.
Lelaki itu melepaskan pelukan, memberikan map cokelat muda yang tengah ia genggam kepada Listi. Lalu badannya ia rebahkan bersamaan dengan kepalanya yang mencari kenyamanan di atas paha gadis itu.
"Bagus, Gar. Otak lo encer juga ya."
Regar tak menyahut, justru lelaki itu malah semakin membenamkan wajahnya di depan perut Listi. Jika tidak mengingat Regar yang berstatus sebagai cinta pertamanya, sudah pasti Listi akan langsung menendang kepala pria itu hingga tersangkut di atas pohon mangga yang berdiri kokoh di hadapan mereka saat ini. Biarkan saja.
Dengkuran halus terdengar sampai ke telinga Listi. Sepertinya pria itu sudah tertidur, pulas sekali.
"Maafin gue ya, Gar. Gara-gara kehadiran gue, lo jadi kesiksa kayak gini."
Usapan halus ia berikan di atas kepala Regar. Menyalurkan sedikit kenyamanan agar pria itu dapat tertidur dengan tenang.
Bagaimana kehidupan gadis itu selanjutnya? Apakah cintanya akan tumbuh kembali? Apakah ia akan menjadi saudara dengan prianya? Menjadi adik dari seorang lelaki yang masa kecilnya pernah mengukir cinta?
Kacau!
Pikiran Listi kusut dan buntu. Belum juga masalah Listi dengan kedua orang tuanya selesai, masalah baru sudah timbul lagi. Tapi Listi paham. Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba—Nya. Ya, Listi percaya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰
DiversosSahabat itu penting, di saat keluarga tidak menyisakan ruang sahabatlah yang pertama kali memberi peluang. Mereka merengkuh ketika rapuh, menopang ketika tumbang, dan menemani ketika sendiri. Tapi bagaimana jika salah satu dari mereka pergi tanpa pa...