Bab 12 | Pasar Malam

131 12 0
                                    

     Tiga pasang mata kini terperangah tanpa berkedip saat melihat es krim yang tengah digenggam oleh seseorang itu telah habis hanya dalam jangka waktu beberapa detik. Gila saja, bahkan es krim yang mereka pegang kini baru termakan seperempatnya, dan gadis itu ... ah sudahlah.

     Suasana di pasar malam terbilang cukup ramai, mungkin karena bertepatan dengan malam Minggu, sehingga banyak para remaja yang memilih berkencan di pasar malam daripada di mall ataupun tempat-tempat lainnya.

     Seperti halnya dengan keempat gadis itu, niat awal mereka ingin pergi ke bioskop, namun karena melihat bianglala yang berkelap-kelip membuat salah satu dari mereka histeris layaknya orang kesetanan. Dan orang itu sama dengan orang yang baru saja menghabiskan es krimnya dalam hitungan detik tadi, dia Listi.

     "Mwukha loh kwenapa khust gituh, Nad?"

     "Kalo ngomong ditelen dulu setan!" kesal Nadia saat ia tidak berhasil menangkap maksud dari ocehan Listi. Bukan hanya Nadia, Sefita dan Vina pun sama kesalnya dengan gadis itu, namun mereka memilih untuk menahan amarah. Buang-buang energi saja jika menghadapi Listi dengan segala kebobrokannya.

     Listi yang ditegur oleh Nadia pun memilih cepat-cepat menelan es krimnya lalu kembali berucap. "Muka lo kenapa kusut gitu?"

     Barulah mereka paham akan ucapan Listi. Vina dan Sefita langsung menoleh ke arah Nadia yang kini tampak menghela napas lelah. Kenapa gadis itu? Tidak biasanya dia terlihat dingin seperti ini.

     "Woy malah diem, kenapa?"

     "Apanya?"

     "Muka lo?"

     "Kenapa?"

     "Semongko!"

     Listi emosi, ia pun memilih beranjak pergi meninggalkan teman-temannya dan berlari mendekati penjual permen kapas. Makan saja yang ada di otak gadis itu. Sedangkan Vina dan Sefita kembali menatap Nadia dalam-dalam, mereka sungguh penasaran. "Kenapa muka lo kusut?"


     "Lupa gue setrika tadi sore."

     Sebuah jawaban tidak masuk akal yang diberikan oleh Nadia membuat Vina dan Sefita jengah. Apa susahnya sih berbicara jujur? Toh mereka tahu sikap asli Nadia meskipun gadis itu berusaha keras menutupinya. "Lo bener nggak mau cerita?"

     Nadia hanya diam tidak merespon. Bukannya dia tidak mau berbagi cerita kepada sahabat-sahabatnya, masalahnya gadis itu juga tidak paham akan keadaannya saat ini. Cemburu? Apa rasa kesal bisa disebut sebagai ciri-ciri orang yang sedang cemburu? Nadia pikir ... bukan.

     Vina lebih mendekatkan diri ke arah di mana Nadia duduk. Sedikit mengelus pundak gadis itu dan tersenyum samar. "Lo tahu ada kita, Nad."

     Setelahnya fokus mereka beralih kepada Listi yang datang dengan empat bungkus sate dan juga satu botol air mineral. "Ti, lo tadi ngajak ke sini karena mau naik bianglala, 'kan? Tapi kenapa lo dari tadi malah makan terus?"

     Listi terlihat tidak peduli dengan pertanyaan yang baru saja Sefita lontarkan. Mau bagaimana lagi, perutnya selalu bereaksi saat melihat makanan yang tampak menggoda di setiap sudut tempat itu. Dan untuk masalah bianglala, dia bisa menaikinya nanti jika sudah puas makan.

Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang