Bab 20 | Kolam Renang

90 11 5
                                    

     Hari Minggu kali ini Nadia berencana untuk mengajak ketiga sahabatnya bermain di kolam renang baru yang berada di belakang rumah. Sengaja dirinya meminta dibuatkan kolam renang oleh sang ayah karena sejak dulu gadis itu memang sangat suka berenang.

     Nadia duduk di pinggiran kolam, menikmati dinginnya air yang bergerak pelan di sekitar kakinya. Dulu, gadis itu sempat mengikuti les berenang hanya karena ingin seperti tokoh sinetron yang pernah ia lihat. Manusia yang memiliki ekor sebagai pengganti kaki dan sering melakukan adegan berenang di dalam laut. Yah, putri duyung.

     "Ada dugong lagi berjemur."

     Hanya dengan mendengar suara aneh di belakangnya tadi mampu membuat suasana hati Nadia berubah drastis. Gadis itu lalu berbalik badan untuk melihat apakah mereka datang dengan membawa otak atau malah sebaliknya.

     "Widih gede banget kolamnya, lo ngegali sendiri, Nad?"

     Sepertinya mereka memang lupa membawa otak. Nadia mengernyit saat melihat Vina yang berlari mendekat ke arah kolam. Perasaan tidak enak pun mendadak muncul di hati mereka saat melihat salah satu kaki Vina sedikit bermasalah.

     "Awas, Vin nanti lo kece ...."

     "BYUR!"

     Dan benar saja. Vina terpeleset saat kakinya baru saja sampai di pinggiran kolam. Sialnya gadis itu tidak bisa berenang, mana badannya pendek lagi. "Tolongin gue woy!"

     "Apa gue bilang," kesal Nadia sambil menceburkan diri ke dalam kolam dan menghampiri Vina yang kini semakin hanyut ke tengah kolam itu.

     "Kok lo ikutan nyebur sih, Nad?"

     "Nolongin lo kampret! Lo mau mati?"

     Vina terkikik geli, tangannya pun mulai meraih pundak Nadia yang kini sudah berenang mendekati pinggiran kolam. Listi dan Sefita yang masih berada di atas pun dengan sigap meraih kedua tangan Vina setelah itu ganti menarik tangan Nadia.

     "Gue tadi tenggelam."

     "Udah tau!" balas Sefita tidak peduli dan memilih masuk ke dalam rumah Nadia saat mamanya Nadia memanggil menyuruhnya masuk.

     Nadia beralih menatap Listi yang kini sedang memperhatikan kolam di hadapan mereka. "Gimana lo kemarin waktu di Jogja?"

     Listi menoleh, memberikan senyuman singkat kepada Nadia lalu memokuskan pandangan kembali ke arah kolam. "Biasa aja, gue ketemu Rani."

     Nadia tahu bukan itu tujuan utama Listi pergi ke Jogja, tapi sepertinya gadis itu memang tidak mendapatkan apa yang sebenarnya dia cari. "Ardi ada?" tanya Vina yang tadinya akan Nadia tanyakan, ternyata dia kurang cepat.

     "Nggak, dia udah pindah."

     "Ke mana?"

     "WOY GUE BAWA SUSHI."

     "Nggak usah teriak, setan! Istrinya Pak Mus di rumah, mana bisa lo bawa ke sini!" Pintarnya Vina ini! Memang istri satpam sekolah mereka bernama Bu Susi, tapi yang Sefita maksud tentu saja bukan beliau, 'kan?

     Melihat Sefita yang kesulitan membawa makanan dan minuman membuat Listi tergerak untuk menghampiri gadis itu dan membantunya. Benar, Sefita memang membawa delapan potong sushi dan juga beberapa camilan dalam satu nampan, sedangkan nampan satunya lagi berisi empat gelas jus jeruk.

     "Emang sushi enak ya?"

     "Lambung gembel mana paham."

     Listi mengerucutkan bibirnya kesal saat mendengar ejekan Vina yang terasa menjatuhkan harga dirinya sebagai kaum 'miskin' itu, tapi memang benar sih.

Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang