Bab 14 | Awal Masalah Nadia

117 12 4
                                    

     Embusan napas terdengar mengalun lambat di dalam kamar milik Listi. Sekarang baru pukul 20.00 p.m dan dirinya sudah tertidur. Untung saja hari ini bukan malam Minggu, jadi dia tidak harus membuat alasan jika diajak oleh sahabat-sahabatnya jalan keluar.

     Namun, di tengah mimpi indahnya, Listi harus rela bangun karena mendengar suara dering ponsel yang sedari tadi terus menggema ke seluruh penjuru ruangan.

    Dengan malas Listi mulai meraba-raba nakas di sampingnya, sesekali tangan mungil itu menyenggol barang hingga jatuh, namun ia tak peduli. Setelah dirasa dapat ia kemudian membawa ponsel itu ke samping telinganya dengan mata yang masih terpejam.

     "Halo ...."

     "Halo Lis, lo tau nggak di mana Nadia?"

     "Ini siapa?"

     "Buset lo nggak kenal gue? Kebangetan lu ya jadi orang, gue Zena, Lis gue Zena."

     Listi berdecak kesal saat mengetahui hanya manusia macam Zena yang berani meneleponnya. Jika tahu kalau hanya lelaki itu, Listi tak akan sudi mengangkat telepon dan memilih melanjutkan tidurnya yang jauh lebih penting. "Paan sih lo telepon gue segala?"

     "Heh bakwan cikampek, gue tadi kan udah bilang Nadia di mana?"

     "Itu nanya kampret!"

     "Doamat, Lis elah, pusing gue ngomong sama lo. Sekarang lo tau nggak di mana Nadia?"

     "Kagak. Orang gue masih tidur."

     "Lha itu udah bangun."

     "KAN LO TADI NELPON GUE PUSER MARMUT! Udah deh jangan ngomong mulu, gue mau lanjut tidur!"

     "Ehh bentar dulu taik. Iye iye maaf, minta tolong ya tanyain ke Nadia."

     "Minti tiling yi tinyiin ki Nidii. Ngerepotin aja lo bisanya, ntar gue tanyain."

     Listi dengan sepihak langsung mematikan sambungan telepon itu. Kadang ia heran, ada saja manusia macam Zena yang masih sanggup dibudidayakan setelah mengalami eliminasi manusia tidak layak hidup di muka bumi ini.

     Namun Listi sedikit merasa jika ada yang janggal ... dari mana Zena mendapatkan nomornya? Teringat akan permintaan dari Zena tadi, Listi pun langsung mencari kontak bertuliskan nama Nadia.

Listi
Nad, di mana?

Nadia
Gak di mana-mana Lis

Listi
Jangan bohong lo! Mau gue kutuk jadi keong burik hah!

Nadia
Setan! Gue lagi jalan sama Angga.

Listi
Zena nanyain lo ke gue! Kalo mau selingkuh pinteran dikit dong!

Nadia
Kenapa Zena nanyain gue? Bukannya dia udah punya cewek?

Listi
Mana gua tau, bukan urusan gue juga. Udah ah lo kabarin aja tuh orang, gue mau lanjut bobok!

Nadia
Iya nanti gue kabarin.
Read.

     Listi pun melanjutkan tidurnya yang tadi sempat tertunda, merasakan nyamannya suasana gerimis yang tengah mengguyur bumi di luar sana.

     Perlahan mata itu terpejam mencoba menjemput mimpi, namun belum sempat mimpi itu hadir, kedua bola mata Listi kembali terbuka saat lagi-lagi ponselnya berbunyi pertanda pesan masuk.

     Dengan lemas ia merangkak mendekati nakas lalu meraih ponsel hitam itu yang kini sudah menyala memaparkan sebuah foto dirinya yang sedang tersenyum ke arah kamera.

Vina
Turun lo! Lupa kalo sekarang ada les musik?

     Listi menghela napas pasrah, tidak bisakah ia tidur saja? Les musik bukanlah keinginannya, ia ikut les juga karena Lintang yang memaksa. Jika tidak dipaksa mana mau gadis seperti Listi mengikuti les semacam itu.

     Ia pun segera turun tanpa mengganti pakaian ataupun merias diri, baginya penampilannya saat ini sudah pantas untuk dipandang.

     Sampai di ujung anak tangga teratas, Listi sudah dapat melihat Vina yang duduk manis di sofa dengan sebuah gitar di gendongannya. "Udah siap?"

     Listi mengangguk saja. Di tempat les, Listi hanya berlatih tarik suara, jadi tidak perlu membawa alat musik.

     "Listi, Mama sama Papa mau pergi ke rumah Kakek, kamu nanti nginep di rumah Vina aja ya?"

     "Iya, Ma." Setelahnya Listi kembali ke kamar untuk mempersiapkan atribut sekolahnya, tidak lama, karena selang beberapa menit gadis itu sudah kembali dengan tas sekolah dan sepatu sekolah yang ditentengnya.

     Vina yang melihat Listi sudah siap pun lantas berdiri dan menyalimi Lusy untuk berpamitan, begitu juga dengan Listi. Setelah berpamitan akhirnya mereka berangkat.

Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang