Bab 11 | Hari Sial Untuk Listi

105 11 0
                                    

~Jika kita dibenci, bukan berarti kita buruk. Bisa saja mereka tidak suka karena tidak bisa!~

Suara derap kaki yang begitu cepat menggema di sepanjang koridor. Listi, entah mengapa gadis itu merasa ada yang mengikutinya sejak ia mulai memasuki area sekolah. Tak jarang ia juga menoleh ke belakang untuk memastikan apakah dugaannya itu benar atau hanya perasaannya saja.

Merasa semakin panik, Listi akhirnya memutuskan untuk berhenti di depan mading. Ia berpura-pura melihat informasi bersama dengan beberapa orang yang juga tengah mengamati papan putih itu. "Pagi, Lis."

"Listi!"

"Ha? Eh iya pagi, gue duluan ya." Listi langsung pergi dari sana tanpa memedulikan orang tadi yang bahkan tidak ia kenal. Terserah mereka ingin berpikiran seperti apa mengenai Listi, yang penting gadis itu tidak lagi merasa cemas.

Ia mengumpat sepanjang jalan, sedikit menyesali letak kelasnya yang berada di lantai dua, sedangkan dirinya baru mendapat separuh koridor lantai dasar untuk sampai di tangga penghubung, benar-benar sial!

Tak berselang lama, suara langkah kaki mulai terdengar di telinga Listi, itu bukan suara langkah kakinya, suara itu terdengar di belakangnya. Ia takut, benar-benar takut, mengingat kejadian di rumahnya beberapa hari yang lalu membuat dirinya sering merasa paranoid, apalagi ini di sekolah, sekolah yang sempat mengedarkan rumor bahwa tempat itu bekas pabrik daging.

Bukan masalah jika pabrik yang dimaksud adalah pabrik daging hewan, yang menjadi masalah yaitu pemikiran Listi. Ia berpikir kalau pabrik itu adalah pabrik daging manusia yang memperjual belikan organ-organ tubuh seperti di novel-novel yang pernah ia baca, percayalah itu mengerikan.

Karena Listi terus saja memikirkan berbagai rumor tidak jelas di dalam kepalanya, alhasil ia tidak fokus dan terguling menuruni tangga saat sebuah tangan sempat mendorongnya. Sejak kapan gadis itu menaiki tangga? Ah tidak penting. Yang terpenting sekarang adalah keadaan Listi dan siapa pelaku yang sudah mendorongnya tadi.

Ia tidak pingsan, buktinya ia dapat merasakan tubuhnya yang diangkat oleh beberapa orang ke suatu tempat. Listi tidak tahu siapa orang-orang itu, pikirnya ia akan dibawa ke UKS untuk mendapat pertolongan pertama, setidaknya itu yang ada di dalam otak Listi sebelum akhirnya ia benar-benar tidak sadarkan diri.

°°°

Kelas 11 IPA 2 tampak ricuh, bukan hal mengejutkan, justru mengherankan jika kelas yang diisi penuh dengan anak berandal itu senyap seperti kelas-kelas lainnya. Namun tiga gadis yang duduk di belakang kelas itu nampak khawatir, siapa lagi jika bukan Sefita, Nadia, dan Vina. Mereka khawatir karena Listi belum juga datang, padahal gadis itu tadi sudah memberi pesan sebelum akhirnya ia berangkat sekolah.

"Di mana sih tuh bocah?!" Vina terlihat kesal, dia yang biasanya berangkat bersama Listi, tapi tadi ia memutuskan untuk berangkat duluan karena Fandi yang pagi-pagi buta sudah menjemputnya untuk berangkat sekolah bersama. Tentu saja Vina langsung setuju, kapan lagi dijemput pacar seperti cerita di novel-novel.

Saking senangnya, gadis itu sampai tidak ingat jika Listi sering kehabisan bensin di jalan, apa mungkin dugaannya benar? Tapi ... tidak mungkin, seingatnya Listi sudah mengisi bensin bersama dengannya kemarin. Jadi, kemana gadis itu?

"Apa mungkin dia nggak jadi berangkat?" tanya Nadia yang langsung mendapat respon gelengan dari Sefita. "Kalo dia nggak berangkat pasti ngabarin kita, dan dia tadi juga udah ngomong kalo mau jalan kan?"

Alasan masuk akal dari Vina membuat mereka kembali bimbang. "Apa tuh anak bolos?" Kini giliran Sefita yang bertanya, tentu saja mereka langsung menghela napas. Listi memang gadis yang sering terlambat, tapi entah mengapa dia selalu bisa masuk ke dalam kelas meskipun pada akhirnya akan mendapat hukuman. Dan jika dia tidak masuk kelas, sudah pasti gadis itu berbelok arah ke warung pinggir jalan yang menjual berbagai makanan rumahan.

Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang