Bab 39 | Pada Akhirnya

12 3 0
                                    

Detak jantung kian melemah, membuat para perawat sekaligus Regar yang tengah berjuang di dalam ruangan serba putih itu panik bukan main. Di sepanjang koridor, suara derap langkah kaki terdengar sahut-menyahut seperti tengah berlomba. Keringat menetes di pelipis setiap manusia itu, air mata tak henti-hentinya turun mengalir mengiringi langkah lebar nan cepat.

"Bertahan, bertahan demi kita!" ucap Regar dengan kedua pipi basah akan air mata. Seorang perawat yang melihat air mata Regar terus mengalir pun dibuat bimbang, haruskah ia mengelap wajah pria itu? Tapi dirinya sangat canggung.

Suara pintu digebrak-gebrak membuat beberapa perawat menoleh bersamaan. "LISTI! LO NGGAK BOLEH MATI! KITA DATENG BUAT LO! KITA MAU LIAT LO KETAWA LAGI, KITA RINDU SAMA LO, LIS."

Regar melemas, terlihat sekali jika dirinya sangat kewalahan menangani Listi. Memang, berulang kali Reza-dokter yang membantunya-sedari tadi sudah menyarankan untuk memindah Listi ke rumah sakit yang lebih bagus, namun Regar selalu menolak dengan berbagai alasan. Alhasil, membutuhkan waktu lama untuk menolong Listi dari komanya dan sampai sekarang belum membuahkan hasil.

Regar menunduk, mendekatkan kepalanya ke kepala Listi. Reza yang sempat mencegahnya pun tak dihiraukan sama sekali. "Kamu nggak mau lihat usahaku, hmm? Kamu nggak mau ngelap pipiku? Aku nangis, aku nangis Sayang ...."

"Aku nangis, temen-temen nangis, nangis gara-gara kamu, Baby. Bangun yuk, aku janji nggak akan marah sama kamu, aku nggak akan marah karena kamu tinggalin aku, yang penting kamu bangun aja aku udah seneng."

Sayangnya jalur cerita Regar tidak seperti cerita pada umumnya, Listi sama sekali tidak ada respons, gadis itu tetap tertidur lelap seolah tak menghiraukan kegaduhan di luar sana.

"Regar, kali ini dengerin gue! Kita keluar dulu, biar ganti Zico sama Abas yang ke sini. Kita nggak bisa nanganin Listi dengan keadaan yang kacau kayak gini. It's okey, kalo lo nggak mau jauh dari Listi, lo bisa nunggu di luar, yang penting orang yang nanganin Listi harus ganti. Kali ini gue mohon lo berpikir dewasa kayak biasanya, Gar. Kasihan Listi."

Cukup lama Regar terdiam sebelum akhirnya Reza memilih untuk menyeret Regar keluar. Di depan pintu sudah ada ayah Listi, Vina, dan Hara yang menunggu. Regar langsung roboh di pelukan Marta dengan jas dokternya yang dibanting setelah sebelumnya sempat dilepas. "Pak Marta, karena waktu sudah cukup lama, kami memutuskan untuk berganti tugas dengan teman kami. Kami akan melakukan yang terbaik untuk Listi agar keadaannya lekas membaik."

Marta yang sedang mencoba menenangkan Regar pun hanya bisa mengangguk menanggapi ucapan Reza dan membiarkannya pergi untuk memanggil dokter lainnya. "Regar nggak becus jaga Listi, Yah. Regar bukan dokter yang baik. Regar malu sama Ayah ...."

"Kamu anak Ayah, Gar. Kamu dari kecil udah jagain Listi, kamu yang selalu gantiin Ayah buat ngelindungin Listi. Kamu udah berhasil buat Ayah bangga, jadi jangan ngerasa bersalah kayak gini."

Regar mengangguk dalam pelukan. Ia sampai tidak memedulikan teman-temannya yang juga menangis di sana. Sampai akhirnya Abas dan Zico datang ingin mengganti tugas Reza dan Regar. "Gue ikut kalian."

Zico langsung memberi kode pada Fandi, Eksa, dan Angga untuk mencegah Regar agar tidak ikut masuk ke dalam, dan mereka pun paham. Ketiganya langsung maju menghalangi pintu agar Regar tidak jadi masuk. "Guys ...."

"Di sini aja, Gar. Biar mereka yang ngobatin Listi," titah Angga tak terbantahkan. Regar pun akhirnya luluh dan hanya bisa duduk termenung tanpa suara. Ia sungguh merasa bersalah pada Listi. Sudah berapa kali ia menyakiti gadis itu? Sudah berapa kali Regar gagal mempertahankan kebahagiaan gadis manisnya? Sudah berapa kali dirinya egois kepada Listi?

Sekutu Garis Keras (Sudah Terbit) PART BELUM DIHAPUS 🥰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang