SILENT READERS TOLONG MENAMPAKKAN DIRI YUHUUU
Tata berjalan ke arah balkon kamar hotel yang ditempatinya saat ini sambil menggenggam ponsel, "Hmm," Tata menjawab dengan gumaman.
Hubungan yang buruk membuatnya malas meladeni orang yang menelfonnya saat ini.
"Iya,"
"Udah,"
"Mungkin lusa,"
"Iya,"
"Udah ya," jeda lima detik, "aku mau makan, Ma."
Tata langsung memutus sambungan telepon itu sambil menghembuskan nafas kasar.
Lusa dia harus kembali masuk kuliah. Padahal baru tadi dia sampai di Milan.
Tata juga belum mendapatkan laporan apapun tentang Vika dan Grace.
Tata melangkah keluar kamar. Saat akan masuk ke lift untuk turun ke lobby hotel, Tata mendengar suara percakapan di sebuah kamar sebelum lift.
"Baik Tuan. Saya dan cucu Anda baik-baik saja. Disini aman. Selama identitas saya terjaga dengan baik, kami akan baik-baik saja."
Suara perempuan itu membuat Tata mengerutkan keningnya, "Identitas palsu?" batin Tata lirih.
"Saya minta uang untuk membeli susu untuk Vika. Uang yang tuan transfer kemarin sudah menipis. Lagipula kami harus berpindah-pindah agar tidak terlacak putri anda."
Ini apa-apaan sih? Kok Vika Vika segala? Batin Tata gusar.
"Iya tuan. Ini saya akan turun untuk membeli makanan dan susu untuk Vika dan mengambil uang di ATM. Uang cash saya habis."
Kenapa Vika lagi sih anjir?
"Baik tuan. Besok pagi saya akan pindah hotel lagi,...... baik."
Check out? Tata segera berlari mengambil dompetnya dan mengambil benda kecil warna hitam.
Saat sampai di depan kamar tadi, kebetulan perempuan pemilik kamar baru saja keluar dan akan menutup pintu.
Tata segera berjalan cepat dan menabraknya dengan sengaja, "Maaf, saya sedang buru-buru," kata Tata sambil menampakkan wajah menyesal.
"Ah tidak apa-apa,"
"Terima kasih. Saya duluan ya," kata Tata sambil segera melangkah cepat.
Setelah sampai lift Tata tersenyum tipis, "Lo nggak akan bisa lari dari gue,"
Sebuah panggilan masuk ke ponselnya, kali ini dari Justin.
"Lo tungguin gue di basemant aja. Ini gue lagi di lift. Nggak usah ngebacot, oke?" sahut Tata yang langsung memutuskan sambungan telepon itu.
Sesampainya di basemant Tata langsung masuk ke mobil Justin, "Ayo ketemu sama tim lo sekarang!"
"Kenapa?"
"Ada kerjaan buat tim lo. Udah ayo!"
Justin mengangguk dan menjalankan mobilnya.
***
Marissa tersenyum pedih sambil menjauhkan ponselnya dari telinga.
Tata masih bersikap skeptis dengannya.
Tapi dia juga tidak bisa protes, itu adalah konsekuensi dari keputusannya untuk berpisah dengan Tommy dulu.
Terdengar ketukan pintu diikuti dibukanya pintu dibelakangnya, "Klien sudah menunggu untuk rapat, Mrs. Marissa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl And Bad Boy
Teen FictionApa lagi yang lebih sakit dari penghianatan orang yang kau beri kepercayaan? Apalagi jika orang itu sangat kau sayangi, rasa kecewa itu seakan membunuhmu secara perlahan. Keluarga yang berantakan membuat Tata memilih lari menjauhi keluarganya. Apaka...