Reina melepaskan cekalan arka, menatap wajah arka yang tanpa ekspresi sama sekali. "Lo bisa setenang ini? Banyak korban dari diamnya lo! Banyak orang yang makin ngusik lo kalo lo gini! " emosi reina menguap entah mengapa mungkin rasa perih masih terasa.
"Gue harus ngomong panjang lebar? Bullshit! " reina menatap tajam arka, mungkin dirinya sungguh marah kali ini. Sudah cukup dirinya dikatakan tidak-tidak oleh siswa lain. Tanpa sepatah kata reina meninggalkan arka, apa memang arka tidak punya hati dan perasaan? Dirinya dimaki oleh kakak kelasnya dan bukan melerai namun malah membiarkan saja. Bukan ingin dibela namun apa rasa peduli sekitar sudah hilang.
Pikiran reina berkecamuk dirinya melihat taksi dan mencegatnya, biarkan saja dirinya bolos empat pelajaran dan ranselnya akan diminta nanti oleh luneta.
Reina merebahkan tubuhnya di kasurnya, rumah sepi mungkin bundanya sedang pergi.
Sudah empat jam reina terlelap dirinya keluar kamar dan melihat rumah yang sepi. Apa bundanya tak pulan? Ah reina turun ke dapur dan membersihkan sudut bibirnya dirinya lupa dan sudah merasa lelah hingga melupakan kondisinya.
Saat mendekati kulkas, reina melihat sticky note yang tertempel 'maaf bunda nemenin ayah keluar kota lima hari. Maaf dadakan nanti kasih tau abang rei!
Bunda. '
Reina mendengus kesal, bunda dan ayahnya pergi sudah diyakinkan dirinya berdua dengan ethan dan di pastikan lagi dirinya akan menjadi pembantu yang di suruh sana-sini oleh ethan. Reina duduk di depan ruang TV dan mengaca bibirnya sedikit sobek, namun reina menghiraukan hingga ketukan pintu membuat reina berjalan ogah-ogahan.
"Iya bentar! Ribut banget! " reina membuka pintu dan terlihat arka yang menenteng tas monokrom reina. Reina menatap arka datar "makasih udah bawain" reina mengulurkan tangannya untuk menerima ranselnya namun ranselnya tak diserahkan oleh arka.
"Maaf" reina mendengus kesal sama saja arka dengan ethan, "ya. Maaf di terima " arka menyerahkan tas reina dan tetap berdiri di depan pintu.
"Di rumah cuma ada gue, lo duduk di depan aja" seakan tau maksud arka yang bergeming, reina kembali ke dalam meletakkan tas nya dan membuat minum dan camilan untu arka, dirinya masih menghargai orang.
"Di minum" arka mengangguk pelan namun matanya tetap melihat rumah di depan reina. "Nyokap lo mana? " reina melirik sekilas arka "nemenin keluar kota" arka manggut-manggut paham.
"Maaf" reina menatap arka jengah, "lo boleh bahas apa aja asal jangan maaf muak gue" reina menutup wajahnya dengan kedua tangannya rambut sebahunya juga ikut terjatuh.
"Gue balik! Di kira gue apa-apa in lo" reina menggeleng pelan "sono! " usir reina. Arka tersenyum miring "awas di rumah sendiri gue bisa liat" reina menatap arka datar "lo kan punya mata! "
Arka tersenyum tipis "gue serius " reina berjalan mendekati arka hanya beberapa langkah "gausah bercanda, gak lucu! " arka mengacak rambut reina "udah gue usir, dia suka sama lo. Gue gak rela" reina mengerjapkan matanya tersadar saat pipinya memanas.
"Dasar! " gerutu reina yang di dengar arka. "Gue balik. Maaf" dengan segera reina masuk membersihkan dirinya.
Reina menepuk pipinya mengingat kalimat arka membuatnya memerah, reina memasak telur ceplok dan tumis jamur untuk makan malam reina dan ethan.
Ethan sudah pulang mungkin sedang membersihkan diri setiap hari ethan selalu pulang jam tujuh malam, meski aurellia dan argatama tak menuntut ethan lulus mendapatkan nilai tinggi namun itu adalah kemauan ethan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINARKA ✔
Teen Fictionbertemu nya dengan pria dingin dan tak peduli membuat gadis periang berkuncir kuda selalu menahan kesal jika mereka bertemu dan sedikit berinteraksi. kekesalan gadis membuat perasaan tersebut terombang-ambing di kala mereka bisa dikatakan bersama s...