Mereka berjalan beriringan menuju tempat perkebunan teh "eh itu kan anak kecil yang kamu teriak dikira hantu kan? " arka menatap yang dimaksud reina dan mengangguk "samperin yuk! " arka menggeleng pelan, "nanti di tinggal mereka" reina menarik tangan arka hingga di depan gadis kecil itu."Hei? " gadis yang merasa terpanggil menoleh "eh? Teteh yang teriak? " reina tersenyum canggung dan mengangguk pelan.
"Kamu sendiri? " gadis di depannya mengangguk "ikut mau gak? " gadis di depannya menggeleng "yaudah kalo gak mau, kita duluan dah" reina melambaikan tangannya dan segera mengikuti arka yang menarik nya.
"Apaan sih? " arka mengulurkan jaket pada reina "pake" reina menggeleng pelan "aku gak dingin, ini siang arka" arka mendengus dingin, banyak lelaki yang menatap wajah reina secara terang-terangan meskipun umur mereka entah seumur atau tidak.
"Baju kamu kebuka rei" reina melihat penampilan nya yang tertutup, "gak ada kancing baju arka" arka mengikatkan jaketnya di pinggang reina.
"Rok kamu kependekan " reina mengerucut kesal "terserah kamu" arka menggengam jemari reina menuju teman-teman mereka yang bertanya kepada orang yang memetik teh.
"Nak nu Jakarta? Kasep na geulis pisan "
Reina mendengar suara bisikan dari remaja yang lewat pun hanya tersenyum "halo? "
"Iya. Ngambekan lu"
"Sok sibuk sih lo"
Arka menatap reina yang asik menelepon sesorang dengan tertawa kecil, menyenggol lengan luneta "lagi telfon siapa sih dia? " luneta mendengus kesal "tanya, punya mulut kok gak digunakin"
"Pulang sekarang yuk! " raihan dan rafa yang sedang bermain ps menghentikan aktivitasnya sama dengan luneta dan kia yang memainkan ponsel "cepet banget? Ada urusan? " arka menggaruk tengkuknya tidak gatal.
"Yaudah kamu aja yang pulang" reina memakan snack dengan santai, sesekali mengetik sesuatu di ponselnya.
"Kalau ada urusan gak papa" arka menatap rafa yang ingin bertanya lebih lanjut namun arka langsung menunduk "Zamora besok ulang tahun, kalau besok kita pulang gak sempet ke sana" mata mereka membulat tidak dengan reina yang asik memainkan ponselnya.
"Segitu berharga nya" sindir luneta dan kia bersamaan "yaudah kita pulang juga yuk! Gue lupa lusa juga nganter abang ke bandara" kia dan luneta menatap arka tajam.
Reina memasukkan kopernya di mobil rafa "rei, kamu ikut mobil rafa? " reina mengangguk pelan "sekalian, satu arah. Kamu pasti capek kalau nganter aku" reina masuk ke mobil rafa di belakang sendiri.
"Rei tengah aja deh" reina menggeleng pelan "gue mau tidur, besok lusa abang harus pergi gue gak mau inget" reina mencari jalan untuk mengalihkan perhatian untuk tidak mengingat arka yang rela pulang demi zamora.
Beberapa jam berlalu, reina kini meringkuk di dalam selimut meski tubuhnya sudah tersiram air dingin namun hatinya masih panas "rei? Kok sakit sih. Gue jadi gak tega pergi kan!? " reina mendudukan dirinya "lebay lo, gue cuma capek"
"Beneran capek? Gak kenapa-napa sama arka kan? " reina tersenyum kecut dan menggeleng pelan "sana siap-siap besok pergi kan lo? " ethan mengecup kening reina sekilas "padahal gue mau ajak lo jalan berdua" mata reina berbinar cerah "yaudah yuk " ethan menggeleng pelan, ethan tau reina punya masalah dengan arka.
"Bun! Reina sama abang mau jalan" reina dan ethan memarkirkan mobilnya dan menggandeng tangan reina "mau beli apa? " reina menaikkan satu alis nya "katanya jalan, kok beli? " ethan menyengir tidak jelas.
Reina merogoh sling bag nya karena getaran ponselnya, ethan melirik ponsel reina.
Arka
Dimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
REINARKA ✔
Teen Fictionbertemu nya dengan pria dingin dan tak peduli membuat gadis periang berkuncir kuda selalu menahan kesal jika mereka bertemu dan sedikit berinteraksi. kekesalan gadis membuat perasaan tersebut terombang-ambing di kala mereka bisa dikatakan bersama s...