Pagi-pagi Reina sudah berkutat di dapurnya, tapi saat tepat selesai suara bel membuat kening Reina mengerut "pagi-pagi buta gini" namun Reina merasa ada yang mengganjal dan tidak enak.Hingga ponselnya berdering seakan menjadi penolong bagi Reina.
Zaflan
Arka ada didepan. Please jangan keluar, dia kabur dan mau ajak lo.Gue udah maki-maki dia, tapi emang dia bebal. Kalo dia telfon ngomong aja lo lagi di rumah temen.
Dua pesan yang menjawab rasa takut Reina, hingga benar ponselnya berbunyi di layar ada nomor tidak dikenalnya dengan gugup Reina mengangkatnya "halo? "
"Rei? Lo dimana, gue ada di depan apart lo" Reina menatap pintu apartemen nya dengan perasaan takut.
"Gue nginep di rumah temen gue, Ka. Sayang banget " Reina mati-matian menahan rasa gugupnya.
"Rumah temen lo mana? Gue mau ketemu sama lo, penting" Reina meneguk saliva nya dengan kasar.
"Habis ini gue kuliah Ka. Gabisa. jadwal gue hari ini padet, ada yang nyewa kafe jadi gue harus dateng lebih awal" terdengar helaan nafas panjang.
"Habis lo kerja gimana? " Reina gusar sendiri, dirinya takut jika Arka tidak terkendali.
"Reina gak ada kan?! Ngeyel sih lo, udah lo aja sendiri udah ditakdirin sendiri juga. Kasian anak orang Ka---berisik ah lo. Rei? " Reina menghela nafas lega, setidaknya Zaflan tepat waktu.
"APA DIR? IYA BENTAR, eh Ka gue duluan bye" Reina mematikan ponselnya, dengan perlahan mendekati pintu dan menempelkan telinganya ke pintu.
"Lo kasih tau dia? " Reina mendengar dengan seksama.
"Enggak. Gue anter aja lo ke Rafa ya? " Reina meringis kala Zaflan mencoba membujuk Arka.
"Gue itu perginya mau sama Reina. Keras banget sih, udah nanti gue kesini lagi buat ajak Reina. Lo gak usah ikut-ikutan " Reina menggigit bibir bawahnya menahan rasa takut dan gelisah kala Arka tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat.
Suara sepatu lama-lama menghilang, Reina memberanikan membuka pintunya dengan pelan. Reina melihat Zaflan yang masih menatap kepergian Arka yang sudah menghilang "sst! Masuk cepet" Zaflan tersadar kemudian masuk ke apartemen Reina.
"Di-dia kenapa? " pertanyaan pertama yang terlontar saat mereka sudah duduk di meja makan "huft, gue gak tau. Ada yang beda tiba-tiba " ucap Zaflan merasa asing dengan sikap Arka yang baru.
"Kenapa dia mau ajak gue pergi? " Zaflan mengacak rambutnya frustasi, Zaflan dapat menangkap rasa takut dan khawatir dari mata Reina tapi rasa takut Reina yang mendominasi "semalem dia telfon gue buat jemput di komplek rumah dia. Dia kabur, dan nginep dirumah gue" Reina menatap Zaflan dengan serius.
"Gue semalem juga ke rumahnya Arka, gue kesana dengan alasan mau ketemu dia. Tante Dita malah nangis-nangis waktu gue dateng, dia bilang Arka kabur karena Om Adit sama Arka semalem sempet berantem" Reina menggigit bibir bawahnya, ada perasaan khawatir tentu saja.
"Gue ketemu Om Adit, dia bilang.."
***
Pekerjaan Reina terbengkalai begitu saja, perkataan Zaflan masih terngiang begitu jelas ditelinga Reina. Namun karena sedari tadi Dira menatapnya penuh curiga Reina mencoba untuk biasa saja dan tidak merasa dengan pura-pura tidak melihat Dira yang menatapnya dengan terang-terangan "awas terpesona sama gue" ucap Reina saat berpapasan dengan Dira.
Jam kerja Reina telah selesai dengan helaan nafas Reina terdengar sampai telinga Dira "lo kenapa sih? Butuh duit? " ucapan Dira yang seperti sindiran ini harus rela Reina dengar jelas di telinganya "gue gak semiskin itu Dir! " balas Reina dengan kesal yang dibalas kekehan kecil Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINARKA ✔
Teen Fictionbertemu nya dengan pria dingin dan tak peduli membuat gadis periang berkuncir kuda selalu menahan kesal jika mereka bertemu dan sedikit berinteraksi. kekesalan gadis membuat perasaan tersebut terombang-ambing di kala mereka bisa dikatakan bersama s...