41 Reinarka

3.8K 102 11
                                    

Pagi ini Reina mengemasi semua barang-barangnya. Reina tidak berniat kabur-kaburan lagi, Reina akan berdamai dengan dirinya. Salah satunya adalah kembali pada kedua orang tuanya, dan mungkin akan meminta ijin untuk menekuni cita-citanya.
Setelah semalam dirinya beristirahat total, Reina segera bangkit pagi tadi "gak baik sedih lama-lama" kalimat pertama saat dirinya baru bangun tidur.

Reina menggeret kedua koper besarnya, semua barang dibawa oleh Reina tak terkecuali "senyum Reina" Reina mengunci apartemen itu kemudian melangkah untuk menuju lobby dimana dirinya sudah memesan uber.

Senyum Reina merekah saat dirinya sudah duduk di mobil itu dengan nyaman "pindah karena apa neng? " Reina yang asik dengan ponselnya mendongak "kangen bunda pak" sang sopir terkekeh geli.

Tiga puluh menit, Reina turun lalu membuka gerbang dengan dua koper yang ternyata super ribet bagi Reina "tadi gak usah gue bawa semua" umpat Reina kesal.
"ARGA! Cepetan mandinya, nanti telat kerja kamu" teriak seseorang dari dalam, Reina yang mendengar itu tersenyum lebar tapi dirinya meringis saat tiba-tiba datang dan akan mengaggetkan mereka.

Reina mengetuk pintu itu dengan sangat pelan, tak ada sahutan sama sekali "itu pasti Raihan! MASUK AJA HAN! " Reina sedikit meringis mendengar teriakan Aurellia yang baru kali ini Reina dengar. Reina memasuki rumah yang beberapa waktu sudah Reina tinggal dengan geli "Han, kamu duduk dulu. Tante mau panggil om Tam--" Reina tersenyum canggung saat Aurellia menatap Reina kaget.

"ARGA! CEPETAN TURUN" Reina memegang kedua telinganya, mungkin jika dirinya menajdi sosok Ayahnya sudah dipastikan THT akan setiap hari dikunjunginya "kenapa teriak terus si Rel? " di tangga, Reina melihat sang ayah yang membawa tas dengan jas yang berada di bahunya macam pemuda yang baru menjabat menjadi direktur.

"Assalamualaikum Yah, Bun" salam Reina mencoba membuyarkan lamunan kedua orang tuanya.

"Gak suka Reina pulang ya? " Aurellia malah menghampiri Argatama yang masih berada di tangga "dia beneran Reina? " Argatama mengedikkan bahunya, sedangkan Reina sudah menghentakkan kakinya kesal "Ayah! Bunda, ini Reina. Masa kalian gak percaya" Reina mengerucutkan bibirnya kesal.

"Kalo ini baru anak Ayah" Reina memeluk tubuh Argatama yang sudah turun dan memeluk Reina "Maafin Reina, Yah" usapan lembut di rambutnya membuat Reina tak kuasa menahan tangis "anak ayah gaboleh nangis" Reina menyeka air matanya lalu beralih pada Aurellia yang berdiri di samping Argatama dengan kening mengkerut.

"Bunda gak percaya? " Aurellia terkekeh geli kemudian memeluk Reina dengan erat "maafin Reina ya Bun" Reina mengangkat kepalanya saat terdengar suara Aurellia yang menangis "bunda jangan nangis dong" Aurellia menggelengkan kepalanya.

"Yuk makan, kamu belum sarapan kan? " Reina menggelengkan kepalanya.

"Bun,yah? Rei mau minta ijin boleh gak? " ucap Reina setelah meminum segelas air putih di meja. "Ijin? Baru pulang mau pergi lagi kamu? " Reina menelan air ludahnya kasar mendengar nada yang dilontarkan Aurellia.

"Sebenernya, Reina kesini mau minta ijin buat wujudin cita-cita Rei" Reina menghirup udara di sekitarnya dengan rakus, bagaimana tidak wajah Aurellia dan Argatama sungguh tidak mengenakan untuk dilihat "Reina mau ijin kuliah di UGM. Reina dapet beasiswa" sambung Reina dengan suara sangat pelan.

"APA? UGM? " Reina meringis saat teriakan itu masuk ke gendang suaranya.

"Masa kamu pergi lagi sih? Ethan keluar negeri masa kamu keluar kota" Reina menundukkan kepalanya menghindari tatapan sedih Aurellia "ayah akan tetap dukung kamu" ucap Argatama yang membuat Reina mengakkan kepalanya "serius yah? " tanya Reina memastikan dan dibalas anggukan kepala oleh Argatama.

"Kalo ayah bilang 'iya' bunda bisa apa" Reina terkekeh mendengar nada yang diucapkan Aurellia terkesan seperti abak kecil "kan ayah sama bunda bisa berduaan terus" goda Reina dengan menaik turunkan alisnya "bener juga kamu Rei" ucap Argatama yang menyetujui ucapan Reina.

"Males" ujar Aurellia cuek.

"Males apa males, bun? " goda Reina dengan kekehan kecil keluar dari bibirnya, Reina menggelengkan kepalanya saat Aurellia malah menulikan pendengarannya "oh iya, Yah aku udah pilih indekos buat Reina" Argatama memicingkan matanya saat Reina menyengir lebar.

"Reina ambil beasiswa yang waktu itu dan masih bisa. Soal indekos, Reina pake uang tabungan dan uang tabungan Reina masih cukup buat setahunan" jelas Reina.

"Lagian Reina juga pengen mandiri, Reina bakal kerja juga. Belajar juga dapet uang" sambung Reina dengan mata menatap yakin pada Argatama.

"Iya, selalu kalah ayah sama kamu" Reina tersenyum lebar dengan cepat bangkit kemudian memeluk tubuh Argatama "makasih dan maaf Yah. Reina sayang Ayah" Argatama mencium singkat dahi Reina

"oke kalau cuma ayah doang" Reina terkekeh geli.

"Kayaknya Bunda hamil deh, manja gitu" bisik Reina pada Argatama lalu beralih pada Aurellia meninggalkan Argatama yang mengelus dadanya "inget umur Ga" gumam pelan Argatama.

"Jangan ngambek dong Bun, Reina minta maaf sama makasih. Reina sayang juga sama Bunda" ucap Reina dengan senyum manisnya "anaknya siapa sih, cantik banget" Reina terkekeh.

Reina tersenyum lebar di dalam pelukan Aurellia, Reina bisa melewati rintangan pertama. Rintangan selanjutnya sepertinya akan lebih sulit dan Reina sudah memikirkan caranya untuk bertahan. "Jika gue bisa melupakan, akan cepat pula gue sukses" ucap Reina dalam hati.

***

Setelah seminggu Reina kembali pada kedua orang tuanya, Reina kini berada di lobby UGM dengan perasaan gugup tali juga senang "calm Rei, gak usah buru-buru" ucap Reina menenangkan diri.

Selama seminggu itu pula sama sekali tudak mendengar kabar tentang Arka, dirinya sempat bertemu Zaflan dan itu tepat saat Reina akan berangkat menuju Yogyakarta dan itu bertemu di bandara. Reina sempat akan terpengaruh oleh rayuan Zaflan tapi dengan cepat Ethan yang memang dipaksa pulang itu menyadarkannya. Reina tersenyum geli saat mengingat wajah Zaflan yang memelas.

"Halo?" Reina tersenyum kecil mendengar nada yang dikeluarkan Zaflan.

"Pulang dong, gak baik cewek sendirian di kota asing" Reina terkekeh geli

"Iya gue pulang, kalo udah lulus" ucap Reina yang kini sudah menduduki bangku dikelasnya.

"Kok lo tega sama gue? Dari sini ke Jogja tu jauh! "  Reina mengedarkan pandangannya saat ada beberapa anak yang sudah masuk.
"Besok gue yang kesana, kalo liburan" ucap Reina dengan nada yang dipelankan karena sekitarnya sudah ramai.

"Jangan suka sama cowok disana ya? Gue mau lo tetep sama Arka" Reina menghela nafasnya panjang.

"Gue belum tau" Reina langsung mematikan sambungannya, dua hari yang lalu Zaflan juga menelponnya dan saat Zaflan sudah menyinggung tentang Arka maka Reina akan mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Reina tersenyum geli membayangkan wajah frustasi Zaflan. "Itu bangku gue" Reina mendongak saat seseorang yang berdiri di hadapannya "gak ada nama lo, bebas dong? " tanya Reina dengan heran.

"Pindah lo" Reina menggelengkan kepalanya.

"Mending lo pindah aja, sebelahan sama gue aja" ucap gadis itu dengan tatapan memohon, dengan terpaksa Reina berpindah tempat "kaya yang punya lo aja" cibir Reina kemudian baru berpindah.

Pria yang baru saja dicibir Reina menatap tajam wajah Reina yang kini fokus pada ponselnya "kalo emang punya gue gimana? " Reina yang asik membalas pesan dari Zaflan mendongak dengan wajah polosnya "terserah, gue gak peduli" ucap Reina seenaknya.

















#tbc
Siapa ya? Konflik datang lagi

REINARKA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang