14. Reinarka

3.7K 157 2
                                    


Pukul enam pagi, mereka sudah ada di taman komplek rumah reina, dengan langkah malas kia mengikuti reina dan luneta yang menarik nya padahal saja yang tidur lebih awal kia tapi yang bersemangat adalah luneta dan reina.

"Kalian tu tidur jam berapa? Gue masih ngantuk" reina menghiraukan ucapan kia tetap menarik tangan kia.

"Eh rei, tu ada arka " reina mengedarkan pandangan dan memang ada arka yang duduk bersama rafa dan raihan.

Kia yang semula malas kini berjalan semangat dan menarik tangan reina dan luneta "hai semua!! " raihan menutup telinganya "aduh toa masjid kok kesini sih? " kia yang tidak terima menendang lengan raihan karena kia berdiri dan raihan duduk di rumput.

"Eh kalian, jogging nih? " reina mengangguk pelan dan ikut duduk di rumput bersebelahan dengan rafa dan luneta.

"Eh ada rencana habis kenaikan main kemana gitu? Kelas dua belas kita gak tau sekelas lagi kan? " mereka mengiyakan ala yanh di katakan kia "betul, apalagi nanti pada sibuk" sahut raihan.

"Pantai gimana? " usul rafa yang langsun di jawab oleh luneta "udah biasa deh" reina mencoba mencari tempat yang pas untuk liburan "gimana kalo ke Bandung ke tempat yang jauh dari kota, kita bisa istirahat sebentar buat refresh pikiran" luneta mengangguk menyetujui usulan reina.

"Iya, bener nanti kita bisa hirup udara di kebun-kebun teh gitu. Kita sewa villa terus buat barbeque gitu" mereka mengangguk paham "soal villa punya om gue aja" arka sedari tadi hanya diam menyimak "pikir besok lagi, masih satu bulan" mereka mengangguk.

"Net anterin gue pipis bentar ya? " luneta mengangguk, mengantar kia yang kebelet.
"Eh rei, lo jadi habis lulus? " reina tersenyum simpul entah apa yanh ditanyakan rafa membuat nya sedikit sensitif  "masih setahun raf" mereka mengobrol dengan lelucon yang kadang di lontarkan raihan.

"Eh maen yuk" kia yang baru saja datang menyerukan suaranya "tod aja gimana? " mereka menyetujui.

"Oke gue yang puter, " kia memutar botol air mineral yanh kia bawa setelah balik dari acara kebeletnya. Ujung tutup botol menunjuk pada rafa namun kia yang girang "oke raf, truth or dear? " rafa menatap datar kia, jika kia pasti sudah habis riwayatnya.

"Truth " kia berdecak kesal karena rafa tak memilih dear "ah cupu lo" rafa tersenyum kemenangan "pernah ada rasa sama anak baru? " rafa terdiam sebentar berbeda reina yang bingung siapa yang di maksud anak baru, zaflan? Tidak mungkin bukan.

Rafa melirik arka kemudian melirik reina "pernah, dia orang yang gue kenal tapi dia punya sesuatu lebih" reina kini tau siapa yang dimaksud tidak lain adalah dirinya sendiri.

"Oke, sekarang giliran gue yang puter" rafa memutar botol tersebut dan tepat yang diinginkan rafa. Arka. Arka mendengus dingin sudah dipastikan dirinya akan dipaksa memilih dear. "Dare or dare? " benar bukan? Sudah arka tebak namun arka hanya mengedikkan bahunya.

"Cium reina " reina membulatkan matanya, apa tadi? Cium? Oh tidak akan reina tidak mau. "Ogah! Kok gue? " cepat reina.

"Udah pernah" reina menatap tajam arka yang menatap penuh kemenangan "what!?! Seriusan rei? Bagian mana? " reina meringis pelan apa arka harus mengatakannya? Apa tidak punya belas kasihan sedikit pada reina? "Intinya pernah, kasihan dia pipi nya merah " reina menatap arka semakin tajam.

Memang benar pipinya memerah karena terasa panas namun malunya kini berubah menjadi kekesalan karena semua mentertawakan reina "lanjut ah" kini arka memutar botol dan tepat tawa kecuali arka dan reina semakin keras bisa saja botol itu menujuk ke arah reina.

"Truth or dare? " reina menimang apa yang akan didapatkan jika memilih truth dan memilih dear "truth aja" arka tersenyum kemenangan reina memilih apapun arka punya semua nya.

REINARKA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang