Tiga hari kemudian.Reina melangkahkan kakinya menuju kelasnya namun di luar dugaan, banyak pasang mata yang menatap nya dengan pandangan meremehkan "kenapa?" reina bergumam sendiri dan merasa tidak peduli saja.
"Heh cabe! " reina menghentikan langkahnya dan menatap Clara dengan empat dayangnya yang bertambah satu, Zamora. "Lo ngomong sama gue? " Clara tertawa remeh.
"Bagus, udah putus sama arka. Sayangnya sekarang lo sama rafa? Keren juga lo, arka gak bisa temennya juga bisa ya? " reina menatap dengan bingung.
"Emang kenapa? Lo pacar nya rafa? " Clara menatap tajam wajah reina, kini semua anak kelas 12 menatap dengan seksama namun tidak berani mengerubungi "temen gue yang bakal jado calon nya! " reina menggelengkan kepalanya.
"Baru calon, calon juga belun pasti di terima " reina meninggalkan Clara cs.
Namun sebuah tangan mencekal dengan kencang "dasar gak tau diri! " plak! Sebuah tamparan mengenai pipinya membuat memerah.
Reina menatap dengan datar "gue? Apa yang lo mau?! " reina menahan air matanya saat tiba-tiba tangan yang akan melayang menuju pipi Zamora di tahan oleh arka.
"Udah gue bilang! Jangan pernah hubungin semua ini sama Zamora! " reina menegang dan menatap arka dengan pandangan sulit di artikan, "lepas! " setelah arka melepaskan cengkramannya, reina segera pergi menuju kelasnya.
"Dasar bodoh! " itulah umpatan yang reina sedari tadi membuat luneta menggeram kesal.
"Astaga! Bu, saya mau ijin ke kamar mandi" setelah guru tersebut mengangguk luneta menarik tangan reina.
"Gue sumpel juga tu mulut! " reina menundukkan kepalanya, luneta membawanya di taman belakang sekolah. "Pusing gue" reina memijit pelipisnya pelan.
"Lupain arka. " reina memandang rumput di bawah nya "besok" luneta menghela nafas.
"Ayo udah bel" reina mengikuti luneta yang menarik nya, bisikan-bisikan sekarang sudah tidak seperti bisikan nyata nya mereka seperti berteriak.
"Gila! Pho banget. "
"Simpanan aja mau! "
"Keluarin aja! "
Reina mencekal tangan luneta yang akan menghampiri siwi yang berbisik-bisik "udah ke kelas aja" saat di kelas reina melihat rafa, raihan, dan arka yang duduk tepat di belakang kursinya.
"Habis darimana rei? Ke toilet lama amat, kebelet apa? " reina menenggelamkan kepala nya dirinya tidak terusik dengan ocehan rafa.
"Rei,, lo kenapa? " reina mendongak saat zaflan memegang tangannya "gue gak papa, pusing dikit" reina tersenyum simpul.
"Nyokap ngundang lo buat ke rumah" reina tersenyum, dirinya sudah lama tidak berkunjung "besok deh, nanti gue ada acara" zaflan mengacak rambut reina membuat reina mendengus kesal.
"Oh iya, neta mana? " reina baru sadar jika neta tidak di samping nya. Zaflan menunjuk segerombolan di belakang nya "pantes! Ketemu " zaflan terkekeh pelan.
"Nanti pulang sama siapa? " reina terdiam sejenak, "sendiri" zaflan tersenyum lebar "sama gue mau gak? " reina mengangguk setuju.
Reina dan zaflan asik berbincang hingga tak sadar jika sedari awal reina tiba di kelas arka menatap dengan intens "tuh mata mau copot " arka mendengus dingin, hari-hari nya sekarang hanya belajar dan menatap dari jauh.
"Makanya jangan kepincut sama omongan nenek lampir" arka mengedikkan bahunya, matanya enggan melepaskan pandangannya dari reina.
"Panas hati gue! Han hati gue kebakar air han! " rafa mengucapkan kalimat tersebut dengan dada yang di pukul-pukul. "Emang air bikin kebakaran? " ucapan luneta membuat rafa mendengus kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINARKA ✔
Teen Fictionbertemu nya dengan pria dingin dan tak peduli membuat gadis periang berkuncir kuda selalu menahan kesal jika mereka bertemu dan sedikit berinteraksi. kekesalan gadis membuat perasaan tersebut terombang-ambing di kala mereka bisa dikatakan bersama s...