Reina duduk di ruang makan dengan menunduk, selain menghindari ocehan bundanya, reina tak ingin membuat mereka khawatir. "Sayang tumben kamu. Kenapa? " reina mendongak dan menggeleng menampilkan senyum lebarnya."Kamu sakit? Pucet banget. Gak usah sekolah badan kamu panas " reina menggelengkan kepala jika tidak ingat dengan kuis maka reina rela tidak berangkat. "Ada kuis bun, buat nambah nilai" reina memakan sarapan nya dengan santai.
"Tumben arka gak jemput kamu" reina hanya tersenyum canggung "hari ini rei mau di anterin sama ayah aja" argatama mengangguk pelan dirinya tau putrinya sedang dalam keadaan tidak baik.
Reina berjalan di koridor dengan cepat, hari ini reina datang lebih pagi pukul enam saja reina sudah sampai, reina langsung menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan, kepalanya berkedut membuat reina merasa tidak enak.
Kelas mulai ramai tapi reina masih menenggelamkan kepalanya "rei? Tumben udah berangkat " reina mengangkat kepalanya menatap wajah luneta dengan malas.
"Kepala gue pusing! Gausah ribut! " mata luneta membelalak kaget melihat reina yang pucat, dengan kantung mata yang menghitam.
"Lo kenapa? " reina menggelengkan kepalanya "gak papa tapi pucet gitu, tell me " reina tersenyum lebar dan menggandeng tangan luneta.
"Daripada di hukum ayo ikut" luneta menatap reina khawatir dari geraknya saja sudah sangat tidak baik, luneta teringat dengan ucapan arka semalam dan luneta menyimpulkan bahwa reina sakit karena arka.
Reina sangat-sangat malas karena dirinya lupa jika jam olahraganya sama dengan jam olahraga 12 Ipa 1,kelas arka. "Lari keliling lapangan tiga kali !" reina lari di samping luneta yang sedari tadi mengoceh tentang keadaan reina.
Hingga tak sengaja saat Zamora melewatinya Zamora menyenggol bahu reina dengan kencang membuat reina terjatuh "sorry gue gak sengaja! Jangan pelan dong" reina bangkit dan hanya tersenyum melanjutkan larinya yang tinggal dua kali.
"Zamora!! Lo sengaja kan?! Dasar mata lo itu buta atau apa?! " reina kembali terjatuh yang kedua kalinya saat zamora melewatinya.
Mata reina memanas, kepalanya sangat berat apalagi sekarang lututnya tergores karena terjatuh. Dengan susah payah reina melerai luneta yang sudah di pegang oleh kia "maafin neta. Suka gak waras dia" reina melanjutkan larinya ya g tinggal sekali namun malah reina jatuh tak sadarkan diri.
Reina melihat langit-langit ruangan yang asing, namun bau ruangan ini membuat reina tau jika ini adalah rumah sakit "alhamdulillah, kamu sadar sayang" reina memijit pelipisnya pelan merasa kepalanya masih memberat.
"Yang bawa kesini siapa ma? " Aurellia menghembuskan nafasnya "kamu lagi ada masalah sama arka? " reina menghela nafas kasar.
"Dia ada di depan. " reina menghiraukan ucapan Aurellia reina hanya ingin fokus pada satu hal, ujian saja.
"Bun, hp reina mana? " Aurellia menyodorkan ponsel reina pada reina, dengan cekatan reina menghubungi seseorang "abang!! Pulang dong! " Aurellia terkekeh pelan melihat reina yang menelfon ethan.
"Dimana lo? Rumah sakit, kenapa? Allahumma reina udah gue bilangin jangan kecapean. Bandel lo!! " reina tersenyum lebar, reina akan melupakan sejenak.
"Rei, bunda mau ambil baju kamu dulu" reina mengangguk pelan dan fokus pada ponselnya.
"Gak tidur berapa hari lo? " reina mengangkat tiga jarinya membuat ethan membulatkan matanya.
"Gara-gara siapa? Arka?! Besok abang pulang, udah gue jadiin perkedel dia" reina meringis pelan, dirinya memang ingin bercerita kepada ethan. Jika pada luneta atau kia reina pastikan mereka tidak hanya marah tapi kalian sudah taulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINARKA ✔
Teen Fictionbertemu nya dengan pria dingin dan tak peduli membuat gadis periang berkuncir kuda selalu menahan kesal jika mereka bertemu dan sedikit berinteraksi. kekesalan gadis membuat perasaan tersebut terombang-ambing di kala mereka bisa dikatakan bersama s...