Hari ini Reina telah usai melewati kuliahnya ia sedang bersantai di kafe yang ia tempati kerja ya tentu di bagian belakang kafe "Rei, lo tinggal di apartemen tapi kerja serius buat kuliah? " itu adalah pertanyaan yang sama dan yang kesekian kalinya dari mulut Dira."Iya, gue kerja. Gue anak mandiri bukan? " Dira menyentil kening Reina, mereka sedang menunggu kafe buka dan itu masih 10 menit.
"Terus soal lo mantannya Arka bener? " Reina terkekeh geli, Dira ini sungguh kepo tapi enak jika diajak curhat serius "iya, kenapa? " Dira menggelengkan kepalanya sedikit tidak paham.
"Apa yang dia buat sampe lo putus sama dia Reina! " Reina bangkit, membenarkan letak celemek nya "takdir" Dira memutar bola matanya malas.
Reina membawa nampan untuk meja luar yang ternyata itu adalah meja Ethan dan seorang gadis yang kini sedang bercengkrama dengan hangat "permisi, maaf jika menunggu lama" Reina melirik Ethan dengan curiga.
"Apa lo lirik-lirik " Reina tersenyum canggung kemudian mengundurkan dirinya untuk kembali ke belakang.
Reina mengistirahatkan tubuhnya sebentar karena meja mereka telah terisi penuh dan otomati ia tidak mengantarkan pesanan.Reina melihat pergelangan tangannya dan jam kerjanya sudah habis, Reina menuju kamar mandi mengganti pakaiannya "Dira! Gue balik duluan" setelah mendapat anggukan kepala Dira, Reina meninggalkan kafe lalu menuju apartemennya.
Reina teringat jika bahan makanan untuk dirinya sudah habis "ke minimarket bentar aja deh" Reina melangkah menuju minimarket yang cukup dekat.
"Rei.. " Reina memejamkan matanya takut, berharap jika orang itu memanggil orang lain "tegang amat lo" Reina membuka matanya dengan dengusan kasar "lo pernah di buang ke rawa-rawa? " Dira menyengir tanpa dosa "lagian lo tegang amat cuma di panggil" Reina mencubit lengan Dira dengan kasar.
"Shh sakit bego! Lo mah selalu kasar sama gue" Reina mengedikkan bahunya acuh, lalu mengambil keranjang belanja membeli barang yang sudah habis di kulkasnya.
"Gue ke apartemen lo boleh? " Reina menolehkan kepalanya lalu mengangguk setuju "ya oke" jawab Reina.
Setelah mereka berbincang, membeli makanan, kini Dira dan Reina berada di ruang tamu dengan mangkuk berisi mie instant di depannya "alasan lo pisah sama orang tua, ada masalah keluarga? " Reina menggelengkan kepalanya lalu memasukkan mie ke dalam mulutnya.
"Gak ada, lebih tepatnya tu gue kabur" Dira membulatkan matanya, mie yang baru masuk ke mulutnya berhenti begitu saja "kabur? Dijodohin? " Reina menggeleng cepat, Reina melirik ponselnya saat ada pesan dari Zaflan.
"Gak, gue ditinggal nikah" Dira menganga lebar menatap gerak-gerik Reina yang akan membuka pintu "REINA?! " pekikan Dira membuat Zaflan dan Reina terperanjat kaget karena lengkingan suara Dira.
"Kecoa?! Rei kecoa lari!! " Reina menatap horor Dira, ia bersembunyi dibalik badan Zaflan "Zaf! Kecoa lari bunuh cepet! " Zaflan menatap Reina kemudian beralih menatap Dira "dia siapa? " Reina menatap Dira yang menaiki sofa "temen gue! Usir dulu" perintah Reina.
Setelah membuang kecoa, Zaflan duduk di karpet sedangkan Reina dan Dira duduk di sofa "ngapain Zaf? " Zaflan mendongakkan kepalanya namun kemudian menatap televisi.
"Zamora marah? Ada tugas kuliah? " Zaflan menggelengkan kepalanya kemudian menunduk "lo gak mau ketemu sama Arka? " Reina mendengus sinis tiba-tiba mood Reina jatuh begitu saja.
"Ya paling enggak nyokap sama bokap lo tau Rei" Reina menghela nafas panjang sebenarnya Reina juga ingin bertemu dengan bundanya dan membagi cerita tapi Reina sadar jika Ia harus dewasa "nanti Zaf" Dira merasa jika Reina dan Zaflan sedang berbicara serius dan Dira hanya mendengar saja.
"Lo gak berniat buruk kan Rei? " Reina terkekeh kecil "enggak" Zaflan menyentuh tangan Reina "cerita sama gue" Reina mengangguk pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINARKA ✔
Teen Fictionbertemu nya dengan pria dingin dan tak peduli membuat gadis periang berkuncir kuda selalu menahan kesal jika mereka bertemu dan sedikit berinteraksi. kekesalan gadis membuat perasaan tersebut terombang-ambing di kala mereka bisa dikatakan bersama s...