34. Reinarka

2.2K 90 21
                                    

Luneta melihat Rafa dan Arka yang duduk di foodcourt, Luneta hanya kesal karena Eeina seakan menyembunyikan lukanya dan tidak ingin berbagi "gue bete! " Arak dan Rafa menatap dengan heran.

"Bukannya kamu tadi sama Reina? " Luneta mengangguk pelan "gue udah cerewet dia cuma diem kaya patung! Sebel gue" Luneta menatap Arma yang menundukkan kepalanya.

"Lo beneran bakal tunangan sama temen kerja papa lo? " Arka mengedikkan bahunya acuh. "Melisa? Senior kita yang suka pake baju keliatan perut nya itu? " Arka mengedikkan bahunya "Melisa Caramoy yang limited edition katanya Deni itu?! "

Luneta menggelengkan kepalanya tanda dirinya tidak percaya "bego" Arka hanya bergeming tanpa ekspresi.

"Gue merasa bersalah sama Reina" Luneta menatap Rafa dari samping "gue tadi emosi karena dia malah diem bukan jelasin gitu. Gue gak sengaja bilang dia ngeggoda" mata Luneta membulat dan mencubit lengan Rafa.

"Woy! Pada diem-diem bae, ngopi ngap--muka kalian kenapa? " Raihan datang dan duduk di samping Arka entah apa alasan Raihan bisa berkunjung ke Bandung.

"Arka mau kawin! " Raihan yang meminum asal gelas tersedak hingga mengenai wajah Luneta "WHAT THE FUCK! ANJI---" sebelum Raihan membuat malu sendiri, Arka menyumpel dengan sendok.

"Lo gak waras?! Reina mau lo kemanain?! " Raihan menggelengkan kepalanya tak habis pikir "gue tadi liat mobil Reina di bawa sopir, dan gue liat Reina malah naik taksi. " Luneta menatap Raihan kaget.

"Gue udah tau kalo kalian nyudutin Reina kan? Yang lo sudutin harusnya samping gue nih! " Raihan mengeluarkan ponselnya dan menempelkan pada telinganya.

"Kemana dia pak? " semua mata menatap Raihan penuh tanya.

"Paspor? Gak bawa koper? " Raihan mendengus gusar.

"Makasih pak" Raihan menatap dengan sinis.

"Tunggu dia balik aja" Raihan meninggalkan ketiga orang yang menundukkan kepalanya "gue salah, malah pergi saat dia sedih" Rafa merengkuh tubuh Luneta dan Arka meninggalkan Rafa dan Luneta.

Arka mengendarai motornya diatas rata-rata, matanya berkabut amatah. Yang sakit bukan hanya Reina namun juga dirinya namun disini juga yang cukup bersalah adalah dirinya yang hanya mengangguk tanpa tau apa "gue mohon lo masih nunggu gue Rei"

Setelah sampai di bandara, Arka langsung berlari mengedarkan pandangannya untuk melihat Reina "gue mohon Rei" Arka menggelengkan kepalanya.

Reina melihat Arka yang mengacak rambutnya asal, Reina ingin menghampiri Arka dan mendengar penjelasannya namun entah apa Reina malah masih disana tetap bersembunyi.

"Gue gak bermaksud buat gak ngasih tau Rei" Reina mulai mendekat dan memejamkan matanya erat.

"Gue juga gak bermaksud tau kok" Arka yang duduk di sebuah kursi mendongak menatap dalam Reina yang menampakkan wajah datar nya.

"Rei, gue gak tau alasan bokap bilang acara dan ternyata gue udah dikenalin Rei" Reina tersenyum sinis.

"Selamat, lo gak berniat undang gue? Minggu depan ya? Gue belum ke Bandung lagi" Reina bangkit dan merapikan bajunya, semula Reina memakai piyama kini sudah berganti dengan celana jeans dan kaos putih.

"Sorry ya, tapi gue usahain" Reina tersenyum manis, hatinya mengatakan untuk menangis tapi Reina bisa menahannya.

"Gue duluan" baru Reina berbalik, tangan yang melingkar di perutnya dari belakang membuat air matanya turun "jangan pergi! Gue mohon gue sayang sama lo. Gue gak mau tunangan Rei! " Reina terdiam dan mengglengkan kepalanya.

REINARKA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang