"Hati menangis seperti hujan.
Dingin menusuk melukai hati.
Apa aku salah karena hati ini menginginkannya?"-Gayatri-
🍇
Keheningan malam membuat dua insan yang sedang duduk di tangga balai desa tidak berkutik sama sekali. Semakin malam hujannya semakin deras.
Empat teman Bagus sudah tertidur dengan lelap di dalam balai desa, sedangkan dirinya hanya diam di samping Gayatri melihat ribuan anak hujan yang menghantam bumi.
Bagus seakan menghitung berapa anak hujan yang turun karena dirinya hanya diam di dalam keheningan yang mencengkam.
Benerapa kali Bagus dengar Gayatri menguap di sampingnya, tapi tak mengeluarkan sepatah katapun, sudah hampir tiga puluh menit mereka hanya duduk di tangga dalam satu selimut, dan untungnya Gayatri tidak protes, karena malam ini benar-benar dingin karena hujan dan angin malam yang menjadi saksi bisu keheningan mereka.
"Huwaaheem."
Gayatri menutup mulutnya saat menguap begitu lebar, cairan bening keluar dari ujung matanya. Mengusap-ngusap tangannya lalu meletakkan di depan wajahnya agar tidak mengantuk sekaligus menghilangkan rasa dingin di wajahnya, meskipun tidak menghangatkan.
"Dingin?"
Bagus yang memperhatikan Gayatri sejak tadi akhirnya membuka mulutnya untuk bertanya. Gayatri yang awalnya menoleh kemudian dengan cepat membuang wajahnya lagi seakan tidak mau menatap kedua mata Bagus.
Bagus menghela napas panjang, percuma kalau dirinya bertanya tidak di tanggapi, lebih baik ia diam saja.
Gayatri menarik sedikit selimutnya sambil memeluk tubuhnya, bohong memang kalau dirinya tidak merasakan dingin, karena ini sangat dingin apalagi sekarang Gayatri sangat mengantuk.
Membayangkan hujan-hujan seperti ini enaknya tiduran di atas tempat tidur yang empuk dan berada di dalam selimut yang hangat, bukan di tempat seperti ini, apalagi di samping Bagus.
"Sial," batinnya mengumpat dan terus menggosokkan tangannya.
Bagus jadi lelah sendiri melihat gerakan tangan Gayatri, ia pun menggosokkan tangannya sebentar, kemudian meniupnya dan langsung menarik wajah Gayatri secara paksa. Menangkup kedua pipi Gayatri dengan kedua tangannya yang besar. Gayatri diam memandangi wajah Bagus yang sangat dekat dengan wajahnya. Dilihatnya memar luka bekas pukulan Hendra di bawah pelipisnya, ada rasa tidak terima Hendra melakukan itu kepada Bagus, jelas-jelas masalahnya hanya pada dirinya, lalu kenapa Hendra ikut campur?
Ingin rasanya Gayatri meniup luka itu, tapi dalam situasi seperti ini Gayatri tidak bisa berkutik, bahkan bernapas pun tak bisa dengan benar. Ini terlalu mendadak bagi Gayatri, belum lagi keheningan yang mencengkam mereka.
Gayatri masih tidak terima Bagus menyuapi Dewi, sudah sangat jelas terlihat seakan Gayatri disini hanya sebuah mainan desa yang cupu.
"Astaga! Jantungku," gelisah batin Gayatri. Antara sesak dan gugup Gayatri rasakan, mereka baru kenal dua hari, tapi rasa suka itu perlahan ada karena cap perjodohan, hanya saja mereka belum menyadari itu dan perlu waktu yang lama untuk menyadari isi hati mereka masing-masing.
"Kalau dingin bilang, kita bisa pindah ke dalam," ujar Bagus lembut membuat Gayatri menelan salivanya kuat-kuat.
Mereka saling memandangi satu sama lain, pandangan mata Gayatri berbeda membuat hati Bagus menghangat.
Bagus memejamkan kedua matanya dan lebih mendekatkan wajahnya membuat Gayatri ikut terpejam, dapat di rasakan hembusan napas Bagus menerpa permukaan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DESTINY-[Romance] End✔
General FictionWaring 21+ 🔞(Cover by : @azaraco05) CHAPTER MASIH LENGKAP!! Belum ada BONCHAP (Segera Terbit) [#3 hidup on 190119 #1 mydestiny on 230219 #1 Novelcinta on 250219 #1 Noveldewasa on 250219 #2 teenlite on 270219 #188 Romance dr 237 ribu, cerita on 1303...