Bagian 51. Ilusi yang Nyata

1K 33 0
                                    



“Sebuah ilusi yang membawaku kembali pada dasar laut. Kembali jatuh cinta untuk kesekian kalinya kepadamu.”

-Gayatri-



***


Suara lembut dan terdengar khawatir itu membuat Gayatri mendongak melihat kedua mata Yudistira yang bersinar di bawah lampu di sisi tempat parkiran. Kata maaf yang terlontar begitu tulus membuat Gayatri tidak bisa bepikir dengan baik. Mengingat seseorang yang selama ini memenuhi hatinya.

“Pandu?”

Yudistira menaikkan satu alisnya bingung, kemudian tersenyum. “Aku tahu aku setampan Raja Pandu, tidak usah menatapku seperti itu,” ujar Yudistira dengan cengiran khasnya sampai terlihat deretan gigi putihnya yang rapi.

Gayatri langsung menarik tangannya, tersadar dengan apa yang baru ia rasakan. Membuang wajahnya yang pucat karena rasa takut akibat menonton film horror pun menjadi alasannya agar perasaan aneh yang tiba-tiba menghampirinya tidak disadari oleh Yudistira. Jantungnya kembali berdetak tak menentu begitu wajah Bagus kembali terlintas di keplanya. Gayatri merutuki dirinya karena tidak bisa sedikit saja membuang rasa cinta itu jauh-jauh. Gayatri semakin benci dengan rasa itu. Setelah mengatur detak jantungnya yang semakin memompa cepat darah, akhirnya Gayatri kembali mengangkat kepalanya untuk melihat Yudistira.

“Aku akan pulang sendiri,” ujar Gayatri dengan datar.
“Kamu marah sama aku? Aku minta maaf. Sini aku antar,” Yudistira kembali mengambil tangan Gayatri pelan, tidak melepas sedikitpun pandangannya pada kedua mata Gayatri yang berubah sendu.

“Aku harus pergi ke suatu tempat,” kata Gayatri menarik tangannya. Tidak menunggu tanggapan dari Yudistira, Gayatri membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Yudistira dengan perasaan kacau.

Gayatri kembali masuk ke Gedung tinggi itu untuk mencari toilet, membasuh wajahnya agar lebih segar dan tidak berhalusinasi lagi. Setelah merasa lebih baik, Gayatri kembali keluar sambil memesan gojek yang akan mengantarnya ke tempat yang ingin ia kunjungi selanjutnya. Menunggu sambil melihat langit malam yang sangat cerah dengan taburan bintang begitu banyak, meskipun bulan hanya terlihat sebagian, karena ini belum bulan purnama. Gayatri kembali mengecek ponselnya untuk melihat gojek yang akan mengantarnya sudah sampai dimana. Terlepas dari itu, Gayatri melihat pesan dari Riko serta panggilan masuk dari sepupunya yang sedang bersenang-senang di restoran bersama keluarga Sekar. Belum sempat Gayatri menghubungi Riko balik, ada panggilan masuk dari gojek yang Gayatri pesan.

“Saya di depan, Mas” ujar Gayatri, kemudian melambai saat melihat gojek yang sedang kebingungan di depannya. Sedikit berlari Gayatri menghampiri tukang ojek itu.

“Gayatri, ya?” tanya pengendara yang sudah memakai pakaian lengkap tim ojek online.

“Iya, antarakan saya ke Sungai Badung, Mas,” jawab Gayatri sambil menerima helm berwarna cerah itu lalu mulai naik ke atas motor.

Gayatri kembali melihat ponselnya, menghubungi Riko karena ia belum sempat membaca pesan sepupunya itu. Tidak menunggu deringan ketiga, Riko sudah mengangkat panggilan Gayatri dengan napas memburu membuat Gaytari mengerutkan kening.

“Ada apa, Kak?” tanya Gayatri bingung.

“Gayatri, kamu harus ke Nusa Dua sekarang, kamu harus ke Nusa Dua. Restoran Bali,” jawab Riko dengan panik. Pikiran Gayatri langsung tidak tenang. Memikirkan sesuatu hal yang terjadi pada Kakak sepupunya itu. Tetapi gojek tidak bisa masuk ke daerah itu membuat Gayatri bingung sendiri.

“Gayatri lagi naik gojek, enggak bisa ke sana, Kak,” kata Gayatri ikut panik.

“Naik taxi saja, pokoknya kamu harus datang ke sini!” ujar Riko mendesak. Gayatri dapat mendengar suara ribut-ribut di sebrang sana membuatnya semakin khawatir. Rencana awal yang ia rencanakan untuk menenangkan hatinya harus ia urungkan demi memenuhi keinginan Riko yang tampak gelisah di sebrang sana.

“Iya, Kak. Tunggu Gayatri,” ujar Gayatri akhirnya lalu mengakhiri panggilannya dan menghela napas panjang.

“Mas, maaf banget, ya. Saya harus ke Nusa Dua, bisa antarkan sampai ke perbatasan enggak?”

“Enggak jadi ke Sungai?”

Gayatri menggeleng merasa bersalah. “Bayarnya lebih juga engggak apa, Mas.”

“Baiklah,” kata tukang ojol itu dan akhirnya merubah haluan menuju perbatasan.

***

Gayatri berlari cepat setelah membayar tagihan taxi menuju Restoran yang dimaksud Riko. Jantungnya bergemuruh tidak karuan, perasaannya semakin gelisah saat lampu Restoran itu semakin terlihat. Dari kejauhan Gaytari melihat begitu banyak orang sedang berdiri sambil berbincang-bincang. Semakin dekat dengan tempat tujuan Gayatri, semakin pelan pun langkahnya, mengatur napasnya yang memburu serta menyeka keringatnya yang membasahi pelipisnya. Suasana hangat dapat Gayatri lihat dari kejauhan. Setelah napasnya kembali normal, Gayatri pun masuk kedalam Restoran.

Kaki semakin berat untuk melangkah saat dirinya sudah sampai di dalam Restoran Bali. Matanya bergetar dan tak bisa berkedip sampai terasa panas melihat sosok lelaki tinggi berpakaian rapi sedang berdiri di tengah-tengah kerumunan. Gayatri kembali mundur saat pandangan mereka bertemu. Gayatri menolak, Gayatri menghindar dan tak mau melihat ilusi yang membuat hatinya kembali berharap kalau orang yang selama ini ia rindukan hadir dalam hidupnya.

“Gayatri!”

Gayatri menoleh ke sebelah kanan, ia melihat Riko melambaikan tangannya. Namun, Gayatri tidak bisa berkutik dari tempatnya. Bernapas pun sangat sulit ia lakukan, saat ia kembali menoleh ke depan dan benar saja, lelaki yang sangat Gayatri cintai itu mulai melangkah mendekatinya.

“Aku panggil dari tadi,” kata Riko sedikit menepuk bahu Gayatri sampai akhirnya Gayatri tersadar meskipun wajahnya sedikit pucat.

“Ada …, ada apa, Kak?” tanya Gayatri gugup sambil meremas jemarinya yang berada di samping tubuhnya.

“Malam ini akan ada pesta kembang api, makanya Aku menyuruhmu harus datang ke sini,” jawab Riko cengengesan. Padahal dirinya tadi mengerjai Gayatri. Tetapi ia menyadari ada sesuatu yang aneh pada ekpresi Gayatri, “ada apa?” tanya Riko bingung.

“Kalian saling kenal?” celetuk seseorang dengan suara yang tak bisa Gayatri lupa selama ini. Gayatri menoleh dan memejamkan kedua matanya dengan perlahan, kemudian membukanya kembali. Namun, wajah lelaki itu tak berubah sedikit pun, hanya gaya rambutnya saja yang berubah, memperlihatkan dahinya seperti artis dan terlihat jauh lebih dewasa.

“Oh, Iya. Kenalkan ini adik sepupuku, namanya Gayatri,” kata Riko merangkul bahu Gayatri, “Gayatri, dia adik tingkatku di kampus, tapi dia sudah memiliki beberapa perusahaan di Bali, Namanya Bagus” lanjut Riko memperkenalkan adik tingkat di kampusnya.
Laki-laki itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum melihat Gayatri yang masih syok dengan apa yang ia lihat. Gayatri belum sepenuhnya sadar, ia masih beranggapan bahwa dirinya masih berhalusinasi dengan
sosok laki-laki di depannya saat ini.

“Senang bertemu denganmu, Gayatri,” ujar Bagus pelan tanpa memutus penglihatannya pada kedua bola mata Gayatri.

Riko merasa bingung, karena Gayatri tak kunjung membalas uluran tangan Bagus. Akhirnya Bagus menarik kembali tangannya lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Pandu! Sebentar lagi pembukaannya akan dimulai!” teriak seseorang dari kerumunan yang ada di tengah meja Restoran.

“Aku pergi dulu,” ujar Bagus sambil tersenyum meliht Riko sebentar, kemudian melihat Gayatri yang hanya diam sebelum meninggalkan Riko dan Gayatri.

“Apa seperti itu caramu balas dendam menyakiti aku?”

Langkah Bagus berhenti, kemudian membalikkan badannya melihat kembali Gayarti yang baru saja berujar dengan suara bergetar.

“Aku tahu aku salah. Aku tidak bisa melihat ada cinta yang tulus dan rasa sayang yang nyata ….,” ujar Gayatri pelan sambil menunduk. Kemudian menarik napasnya dalam-dalam, lalu mengeluarkannya secara perlahan seraya mengangkat kepalanya melihat Bagus yang berdiri tidak jauh darinya.

“Aku benci karena aku terlalu bodoh dan menyianyiakan cinta tulus itu sampai akhirnya aku jatuh sendiri, sakit sendiri sampai sekarang pun aku tidak bisa bangkit dan menyembuhkannya sendiri,” lanjut Gayatri. Matanya mulai terasa panas, menatap sendu kedua mata Bagus seakan tidak berkedip.

“Pandu cepat!” teriakkan memanggil nama Pandu kembali terdengar, namun Bagus mengabaikannya dan memilih untuk melangkah pelan.

“Aku bodoh karena aku tidak bisa melupakan laki-laki yang sudah aku sakiti, aku terlalu bodoh karena tidak bisa mengakui aku sangat merindukannya.”

Langkah Bangus semakin lebar lalu menghambur ke pelukan Gayatri. Riko sangat terkejut melihat apa yang terjadi antara Gayatri dan adik tingkatnya itu. Gayatri langsung menumpahkan tangisnya. Memeluk tubuh Bagus dengan erat seakan tidak mau melepaskannya sampai rasa rindu yang ia rasakan selama ini terobati.

“Kamu sudah berhasil membuatku menderita selama ini, Pandu ….” Lirih Gayatri parau. Rindu yang menyesakkan dadannya sedikit demi sedikit terobati saat Bagus mengelus kepalanya dengan lembut.

“Aku juga sangat merindukanmu,” bisik Bagus dengan senyum lega. Gayatri tersenyum dan semakin erat memeluk Bagus.

Bagus tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Gayatri di tempat ini. Awalnya ia tidak mengenal Gayatri karena rambut pendek dan wajah Gayatri semakin terlihat cantik dan manis. Meskipun wajah datarnya itu yang paling Bagus rindukan selama ini. Kalau tidak Riko memanggil Gayatri, mungkin Bagus mengira hanya ilusinya saja melihat wajah Gayatri di tubuh orang lain. Tetapi semuanya nyata dan bukan ilusi semata. Bagus pikir Gayatri sudah melupakannya saat Gayatri tidak mau memabalas uluran tangannya dan tak berujar sama sekali. Lagi-lagi Bagus merasa terjatuh saat Gayatri mengatakan masih menyimpan rasa untuknya. Tentu saja itu sebuah anugrah cinta yang selama ini Bagus inginkan.

“Bisa kalian jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?” celetuk Riko tidak tahan lagi melihat dua orang yang melepas rindu hanya berpelukan di tengah jalan tanpa berkata-kata lagi setelah ucapan rindu yang Bagus katakana.



***



MY DESTINY-[Romance] End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang