Chapter 23 ㅣYou, it's not youㅣ

2.2K 92 4
                                    

"Bisakah aku berkata lebih jujur lagi?"

-Gayatri-

🍇


Ketika sang rembulan berpulang, kini sang mentari akan kembali menyinari bumi, seakan tidak ada bosan-bosannya matahari akan tetap ada pada porosnya, bertugas menyinari bumi dan memberikan kehidupan untuk mahkluk hidup di bumi.

Namun kali ini matahari bersinar di balik awan gelap, gumpalan awan yang siap akan menjatuhkan ribuan anak hujan. Sebagai sumber yang paling berharga, air hujan juga bisa membawa bencana. Khususnya untuk orang-orang yang akan melakukan kemah di area sekolah SD dua.

"Hujannya belum mau berhenti juga, bagaimana, dong?" gelisah Dewi sambil mengulurkan tangannya ke depan, sehingga air yang jatuh dari genteng membasahi telapak tangannya.

"Jangan main terus, nanti sakit."

Bagus langsung menarik tangan Dewi, agar gadis bandel itu tidak melakukan hal yang akan membuatnya sakit.

Yang lainnya masih istirahat di dalam balai desa, karena sebentar lagi mereka akan berangkat ke sekolah, tetapi hujan sejak tadi pagi belum juga mereda.

"Aku harus menjemput Gayatri, aku sudah janji akan mengajaknya ikut kemah," kata Bagus sambil mengetatkan jaketnya.

"Hujan-hujanan?"

Bagus berdehem dan langsung berlari menuju motornya yang sudah basah karena air hujan, dari balai desa ia akan langsung menjemput Gayatri, tanpa menggunakan jas hujan, Bagus belum sempat membelinya larena sibuk. Menerobos hujan yang deras, sesekali Bagus akan mengusap kaca helmnya dan melaju dengan hati-hati karena jalannya yang licin.

Senyumnya merekah, tidak sabar bertemu dengan Gayatri, sudah dua hari mereka tidak bertemu dan sekarang ia sangat merindukan gadisnya yang bekerja keras di toko Bibinya.

Bagus dapat melihat Gayatri berdiri di depan toko tempatnya bekerja, tersenyum sebentar dan menancap gas lebih cepat agar ia cepat sampai, Gayatri melihat langit yang masih menyisakan cahaya matahari meskipun sudah turun hujan, wajahnya yang di tekuk membuat Bagus gemas nelihatnya.

Namun beberapa menit kemudian Gayatri menoleh kebelakang lalu tersenyum saat seseorang keluar dari toko itu membuat jantung Bagus bergemuruh mengalakan suara guntur.

Bagus menghentikan motornya tepat di depan toko itu, dimana dua orang juga ada disana. Gayatri sangat terkejut, tubuhnya membeku melihat Bagus datang dalam kondisi hujan seperti ini.

Sedangkan Hendra tidak mau tahu dan menyentuh bahu Gayatri pelan. "Aku pulang duluan." Hendra menatap orang yang ia kenal di depannya sedang kehujanan, kemudian tersenyum dan meninggalkan mereka.

Semua butuh waktu, dan memang harus seperti itu untuk merelakan Gayatri bersama Bagus, tapi hati kecilnya masih berharap Gayatri bisa memilihnya suatu saat nanti, meskipun sudah jelas kalau Gayatri itu sudah milik Bagus seutuhnya.

Kini hanya suara hujan yang mengisi dua orang masih beridiam diri di tempatnya. Bagus masih duduk di atas motor dengan tubuh di guyur hujan, sedangkan Gayatri masih mematung di depan toko menatap takut ke arah Bagus, Gayatri tidak tahu harus berkata apa, menjelaskan apa kepada Bagus, Gayatri yakin Bagus pasti sangat marah melihatnya bersama Hendra.

Karena Gayatri masih diam saja, Bagus jadi kesal sendiri dan langsung membalikkan motornya, meninggalkan Gayatri yang masih syok dengan semua ini. Menambah kecepatannya menembus air hujan, membuat kaki Gayatri terasa lemas dan langsung berjongkok.

"Bagus."

Hati Bagus sakit, dirinya rela hujan-hujanna hanya untuk menjemput Gayatri. Berharap banyak saat ia tiba di rumah Rahayu akan di manjakan oleh calon istrinya, tapi apa yang dia lihat beberapa menit yang lalu, membuat dadanya terasa sesak, dingin pun tak terasa lagi, padahal tumbuhnya sudah menggigil. Bagus tidak tidak ingin bertemu dengan Gayatri, ia tidak mau nanti memarahi gadisnya dan menuntutnya ini dan itu, Bagus tidak mau Gayatri takut padanya dan lebih memilih Hendra. Bagus tidak bisa membayangkan jika itu benar-benar terjadi.

Bagus melihat motor Hendra di depannya, ingin rasanya Bagus menghajar anak kepala desa itu, tapi ia tidak bisa, bagaimanapun juga ia berada di wilayah Hendra, kalau Bagus membuat kesalahan sedikit saja, bisa-bisa Hendra menjadi-jadi.

Bagus mempercepat laju motornya dan menyalip Hendra yang ada di depannya, menambahkan kecepatannya untuk melampiaskan rasa kesal dan amarah yang sudah memuncak.

Hendra tidak menanggapi, ia hanya berjalan dengan kecepatan normal, kalau dia menanggapi dirinya di salip dengan cara begitu, bisa-bisa jalanan yang licin ini membuat motornya oleng dan dirinya terluka. Bohong kalau Hendra tidak cemburu, bohong kalau Hendra suka melihat Gayatri tersenyum dan tertawa bersama Bagus, hati Hendra teriris melihat mereka berdua.

Apalagi ciuman malam itu yang tak sengaja ia lihat, lebih baik Hendra tidak melihatnya daripada dirinya melihat secara langsung, itu sama saja membuka emosinya, bisa-bisa ia menyakiti Gayatri lagi, Hendra tidak mau itu terjadi.

Hendra menghela napasnya panjang, memikirkan Gayatri saat ini. Bagaimana wajah terkejutnya tadi saat Bagus datang, bahkan ucapanya tadi tidak di respon oleh Gayatri. Pasti sangat sulit bagi Gayatri untuk menghadapi situasi seperti itu.

Hendra langsung mengingat sesuatu. "Bukannya Bagus datang untuk menemui Gayatri, lalu kenapa Bagus balik lagi?" Hendra langsung menepi dan menghentikan motornya, berpikir sejenak lalu cepat-cepat berputar arah untuk melihat Gayatri.

Perlahan motor Hendra menepi, melepas helm dan juga jas hujannya, menghampiri Gayatri yang berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya di sela lututnya.

Hendra kembali menghela napas panjang dan ikut berjongkok di depan Gayatri. "Di sini dingin, masuk ke rumah Bibi Rahayu." Gayatri mengangkat kepalanya.

Tersenyum miris melihat Hendra yang datang menghampirinya, di sini siapa yang salah sebenarnya?

Hendra sangat terkejut melihat wajah Gayatri yang basah karena air mata. Menangis dalam diam bagi seorang wanita itu pasti sangat menyakitkan.

Hendra tahu, tangis tanpa suara itu lebih menyakitkan daripada tangis yang tersedu-sedu. Hendra merasa bersalah saat melihat Gayatri menangis seperti ini. Ia melepas jaketnya dan di letakkannya di punggung Gayatri. Berdiri kembali untuk mengambil jas hujan yang ia letakkan di atas jok motornya.

"Ayo," kata Hendra. Gayatri mengangguk dan ikut berlindung di bawah jas hujan saat mereka mulai menyebrang.

"Apa aku tidak menemui Gayatri dulu? Aku tidak mau Gayatri merasa tertekan akan hal ini. Apa yang harus aku lakukan?"

Gayatri diam, entah apa yang ada di pikirannya Hendra tidak tahu, sampai akhirnya mereka sampai di depan rumah Rahayu.

"Hen, untuk sementara jangan temui aku lagi," lirih Gayatri tanpa melihat wajah Hendra.

Ingin rasanya Hendra menertawakan dirinya sendiri. Ia sangat tahu ini yang akan terjadi. Tiba-tiba tenggorokannya terasa kering, bibirnya kelu menahan sakit hati, untuk apa ia kembali jika pada akhirnya dirinya diabaikan seperti ini.

"Kamu tenang saja, aku tidak akan menemuimu untuk sementara waktu."

Sakit. Rasanya sangat sakit mengatakan hal itu, semuanya tidak akan seperti ini jika saja Bagus tidak hadir di antara mereka.

Gayatri tidak menjawab, perlahan ia melepas jaket Hendra yang melekat di punggunya. "Ini jaket kamu, terimakasih." Hendra menatap wajah Gayatri. Pandangan Gayatri seakan kosong. Hendra pun menerima kembali jaketnya dan langsung memakainya serta memakai jas hujan. Berjalan pelan mendekati motornya yang ada di sebrang.

"Kapan hujan ini akan berhenti?" Batin Hendra dan kembali menuju rumahnya untuk menghangatkan tubuhnya.

🍇

Wow!!! 1K 🎊🎉

Terimakasih semuanya yang sudah menyempatkan diri untuk menekan bintang ⭐ yey!! Thanks yaa

MY DESTINY-[Romance] End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang