Chapter 48 ㅣHarapan?ㅣ

882 56 7
                                    

"Bertahan dalam kegelisahan yang membuat batinku semakin tersiksa."

-Hendra-

🍇

"Lepas, Hen!"

Febri terus meronta agar Hendra cepat melepaskan cengkraman di pergelangan tangannya, namun laki-laki tinggi itu seakan tidak peduli dan terus menarik dirinya sampai ke tempat sepi.

"Hen!"

Febri menghempaskan tangannya dengan kuat, memandang Hendra tajam dengan napas memburu. Mencoba melihat sekeliling untuk mencari Gayatri yang tak ada di samping Hendra, padahal jelas-jelas mereka sedang berkencan di pantai ini.

"Ini aku kembalikan, kami tidak berkencan!" tungkas Hendra tegas dan mengembalikan kue coklat itu.

"Dan satu lagi. Aku tidak lagi menyukai Gayatri," lanjut Hendra lalu membalikkan badannya. Hendra benar sudah gila, bersikap seolah dirinya harus memberitahu Febri tentang perasaannya dan memberikan Febri harapan.

"Lalu? Untuk apa kau memberitahuku? Agar aku bisa berharap lagi, begitu?!" teriak Febri bertanya. Sudah cukup sandiwaranya selama ini. Febri sudah tidak tahan lagi menahan semuanya sendiri. Semakin dirinya ingin melupakan Hendra, batinnya semakin tersiksa. Hendra membalikkan badannya, melihat wajah Febri menahan amarah.

Hendra melakah, tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung memeluk Febri. Memejamkan kedua matanya, mencoba untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya, sesaknya itu terasa terangkat seiring eratan pelukannya pada tubuh Febri yang mematung. Febri memejamkan kedua matanya dan bersamaan juga air matanya terjatuh, entah kenapa hatinya terasa semakin sakit dan menyesakkan dada.

"Maafkan aku," bisik Hendra dan semakin erat memeluk Febri, seakan tidak mau melepaskannya.

"Hen, aku tidak bisa bernapas," lirih Febri, tapi Hendra tidak melepaskan Febri, ia malah memeluk Febri dengan tenang. Di bawah langit jingga Hendra mulai menyadari satu hal, bahwa hatinya kini telah berpaling.

"Maaf membuatmu menangis waktu itu," ujar Hendra pelan. Febri mengangkat kepalanya, ia akui pelukan Hendra terasa hangat dan tidak mau terlepas dari dekapannya, katakan ia egois karena ia sangat menginginkan Hendra saat ini.

"Feb, apa aku masih ada kesempatan untuk memiliki hatimu?"

Febri diam menatap Hendra sambil mengedipkan kedua matanya tidak percaya.

"Aku sedang tidak bermimpi, kan?" tanya Febri bodoh, membuat Hendra terkekeh kemudian mencubit hidung Febri gemas.

"Aw! Sakit!" ringis Febri sambil melepas tangan Hendra di hidungnya.

"Sakit?"

Febri mengangguk sambil mengelus hidungnya sambil tersenyum dalam diam, apa ini akhir dari penantiannya?

"Peluk lagi," kata Hendra dan kembali memeluk Febri, desiran aneh menjalar ke tubuhnya saat pelukannya di balas oleh gadis yang seharusnya Hendra pertahankan. Mungkin cinta tidak bisa saling memiliki, tapi di sini Hendra dapat mengerti bahwa cinta itu bisa saling melengkapi. Di saat cintanya tak terbalaskan dirinya masih membutuhkan Febri. Sejak ciuman itu ia tidak bisa mengjilangkan Febri dari ingatannya dan sekarang ia tahu bahwa dirinya mencintai Febri tanpa ia ketahui. Bodoh.

MY DESTINY-[Romance] End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang