Chapter 31 ㅣPacar?ㅣ

1.8K 64 6
                                    

"Percaya atau tidak, kita harus lebih berhati-hati dengan orang terdekat kita."

-Hendra-

🍇

Hendra ikut pusing memikirkan siapa sebenarnya yang menjebak dirinya, bisa-bisanya Bagus menuduhnya merusak properti sosialisasi mereka, bahkan Hendra tidak tahu mereka membuat properti apa. Hendra akui sangat mengakui bahwa ia sangat membenci Bagus dan malam itu ia benar-benar kehilangan akal sehatnya, itu yang membuat hubungan mereka semakin memanas, tapi Hendra tidak pernah berpikiran untuk merusak properti mereka. Dan saat Mamanya mengatakan Hendra yang merusak properti milik mereka itu membuat Hendra semakin jengkel dengan semua ini.

"Ma, Hendra mau tanya," kata Hendra langsung. Kerti yang lagi sibuk membuat canang hanya berdehem dan menunggu pertanyaan apa yang akan dilontarkan oleh anaknya.

"Siapa yang bilang Hendra memukul Bagus?"

Kerti mengangkat kepalanya, melihat anaknya yang sedari tadi hanya diam di depannya tidak membantu sama sekali.

"Dari Febri, Febri juga yang bilang kalau kamu merusak properti mereka," jawab Kerti dan kembali melanjutkan kegiatannya tanpa melihat wajah anaknya yang terkejut sekaligus tidak percaya.

Hendra segera bangun dan langsung menuju ke kamarnya, ini harus segera di luruskan sebelum semuanya menjadi kacau dan nama Hendra semakin buruk sehingga Bagus akan berpikir Hendra bersaing tidak sehat.

Hendra langsung mengambil ponsel dan kunci motor Febri, gadis itu belum juga mendatanginya untuk mengembalikan motornya yang menginap di rumah gadis kurus itu.

Hendra tanpa pamit meninggalkan rumah membuat Kerti menggeleng heran, karena wajah Hendra begitu serius saat meninggalkan rumah. Hendra menahan rasa kesalnya, bisa-bisanya Febri melakukan itu padanya.
Hendra mengetuk beberapa kali pintu pagar besi di depan rumah Febri yang gelap, sambil menunggu seseorang membuka pintu untuknya Hendra mengirim pesan ke salah satu temannya untuk memecahkan masalah ini.

"Hendra? Ada apa?"

Febri nampak terkejut melihat Hendra mendatangi rumahnya malam-malam, Hendra menutup ponselnya dan menatap Febri.

"Kita harus bicara," kata Hendra langsung, Febri mengedipkan kedua matanya bingung. Namun ia tetap menyuruh Hendra untuk masuk terlebih dahulu, karena angin malam yang semakin kencang.

"Tunggu sebentar, aku buatkan teh hangat," kata Febri dan langsung menuju ke dalam rumah. Hendra menghela napas, padahal dirinya tidak mau lama-lama di sini.

Duduk di teras rumah Febri sambil membalas pesan temannya yang akan membantunya nanti untuk memecahkan masalah. Tidak lama Febri datang membawa teh hangat untuk Hendra.

"Kue keringnya dimakan ya, aku yang buat sendiri," kata Febri sambil meletakkan teh dan juga kue kering di atas meja, Hendra hanya mengangguk kemudian memasukkan ponselnya kembali dan kini menatap Febri dengan tajam.

"Ada apa?" tanya Febri melihat wajah Hendra yang tak biasa.

"Aku langsung saja …." Hendra menjeda sebentar kalimatnya membuat Febri menaikkan satu alisnya bingung, "siapa yang memberitahumu kalau aku memukul Bagus?"

Febri sedikit terkejut mendengar pertanyaan Hendra, ia pikir ada hal penting yang akan di
sampaikan oleh Hendra, semacam menyadari perasaannya kalau Hendra juga mencintainya, atau sesuatu yang membuat hati berdebar.

"Soplo," jawab Febri langsung dengan malas.

"Soplo? Kapan? Dimana?" tanya Hendra membuat Febri jengah.

MY DESTINY-[Romance] End✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang