8. dianter sicheng

2.3K 397 25
                                    

Ayesha tak henti-hentinya berdecak kagum dalam hati.

Sicheng memang memiliki dedikasi yang tinggi di bidang musik.

Lelaki itu benar-benar mempunyai studio sendiri di rumahnya, dan bahkan lebih bagus daripada studio di ruangan kerja Sicheng biasanya.

"Ayesha, sini!" panggil Sicheng dari dalam ruangan yang berisi alat yang sama dengan alat di ruangan kerjanya.

Ayesha segera menghampiri Sicheng. "Wah, Sicheng. Studio ini lebih bagus dari yang di tempat kerja tadi!" puji Ayesha.

Sicheng tertawa, "Iya, makanya aku gak pernah ngajak orang ke sini. Takut rusak."

"Loh, gue juga kan orang?" protes Ayesha.

"Bukan, kamu dedemit," canda Sicheng.

"Ih gue disamain sama dedemit dong! Sialan!" gerutu Ayesha sambil memukul bahu Sicheng

Sicheng tertawa keras, "Ampun, ampun," ringisnya. "Aku ajak kamu kan kamu asistenku," lanjutnya.

Ayesha berhenti memukul Sicheng, dan mencari tempat untuk duduk.

"Gue duduk di sini?" tanya Ayesha.

Sicheng menoleh pada Ayesha, lalu menganggukkan kepalanya. "Iya kamu di situ aja."

Ayesha memperhatikan Sicheng yang sekarang mulai bekerja. Sicheng terlihat sangat serius, dan itu membuatnya semakin tampan. Ayesha menahan dirinya untuk tersenyum. Karena, aneh kan jika Ayesha sedang tersenyum-senyum lalu Sicheng menangkapnya?

Ayesha tidak mengerti bagaimana sulitnya pekerjaan Sicheng, namun melihat bagaimana Sicheng berkali-kali menulis sesuatu lalu tiba-tiba meremas kertasnya dan menggantinya dengan kertas baru, Ayesha tahu ini bukan pekerjaan mudah.

"Ah! Akhirnya!" pekik Sicheng senang.

Ayesha ikut tersenyum mendengarnya. "Udah selesai?"

Sicheng menggeleng, "Belum, tapi akhirnya aku nyelesain satu kertas full ini!" ujar Sicheng sambil menunjukkan satu kertas berisi tangga nada yang Ayesha tentu saja tidak paham.

Ayesha membulatkan matanya. "Dari tadi? Cuma segitu?"

Senyum di wajah Sicheng menghilang, berganti dengan ekspresi datarnya. "Kamu bilang cuma? Padahal aku dari tadi berjuang mati-matian buat ini, dan ini termasuk salah satu yang selesai cepet, tau!"

"Eh, maaf, maaf. Gue gak tau, soalnya gue gak ngerti susahnya kayak gimana," sesal Ayesha sambil menundukkan kepalanya.

Sicheng menghela napasnya, "Iya, lain kali jangan ngegampangin suatu pekerjaan. Kamu gak tau aja hasil yang kamu bilang 'cuma' itu dikerjain kayak apa sama yang bikin."

"Iya, maaf," Ayesha menundukkan kepalanya, merutuki dirinya sendiri karena berkomentar sembarangan.

Sicheng beranjak dari kursi tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri Ayesha.

Lelaki itu berlutut di depan Ayesha, tangannya memegang lengan Ayesha. "Maaf juga ya, kalo kata-kata aku barusan nyakitin kamu. Ayo aku anter pulang?" ujarnya sambil memberikan senyum manis pada Ayesha.

Ayesha mengangguk, dan tiba-tiba pipinya terasa terbakar. Ini baru hari pertamanya bekerja pada Sicheng, dan jantungnya sudah sulit untuk dikontrol. Mari berdoa agar di hari-harinya kedepan, ia masih bisa bekerja dengan profesional.

Sicheng menepuk pelan kepala Ayesha dan sekilas mengelus kepalanya.

Membuat Ayesha semakin salah tingkah.

Sicheng bangkit dan mengambil kunci mobilnya. "Ayo, rumahmu di mana?" tanya Sicheng.

"Nanti gue tunjukkin deh," jawab Ayesha sambil berusaha menetralkan detak jantungnya.

[✔] Overboard『winwin au』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang