34. gembira

1.5K 272 5
                                    

Pagi ini Ayesha terbangun lebih cepat dari biasanya. Hal ini membuat seisi rumahnya heran, karena biasanya Ayesha sangat malas untuk bangun dan mandi sepagi ini.

"Pagi, Ma, Pa, Yang!" sapa Ayesha dengan riang, sambil duduk di meja makan.

Papanya menatap anak satu-satunya dengan ekspresi heran. "Tumben udah bangun? Biasanya sampe Papa berangkat, kamu masih di kamar," komentarnya.

Ayesha tersenyum riang. "Sekali-kali dong, Pa. Ayes pengen jadi rajin nih," jawabnya.

Yangyang menyenggol lengan Ayesha dengan sikutnya. "Kak," panggilnya.

Ayesha menoleh pada sepupunya, "apa, Yang?" sahutnya.

"Riang banget hari ini, semalem pulang jam berapa? Sampe Yangyang tidur aja, Kak Ayes belum pulang," tanya Yangyang sambil menatap wajah Ayesha.

"Jam sepuluhan, tumben aja kamu jam segitu udah tidur," jawab Ayesha.

Yangyang menganggukkan kepalanya. "Kemaren aku ngantuk banget, sih. Kak Ayes kemaren beneran jalan sama Kak Sicheng?" tanya Yangyang.

"Sicheng? Bos kamu itu, Yes?" sela mamanya yang baru saja kembali dari dapur sambil membawa hasil masakannya ke meja.

Ayesha dan Yangyang sontak menoleh pada mamanya. "Iya, Ma. Sicheng bosnya Ayes," jawab Ayesha sambil mengangguk.

Mamanya tersenyum. "Mama mau deh kalo punya menantu kayak dia, anaknya baik banget. Sopan lagi," ujarnya.

"Pfft—" Yangyang langsung menutup mulutnya setelah mendengar ucapan tantenya yang kelewat santai, berusaha menahan tawanya.

Sedangkan Ayesha sudah berwajah merah padam mendengar perkataan mamanya. "Ma! Apa, sih?! Jangan gitu dong," protes Ayesha.

"Emang mama pernah ketemu sama Sicheng-Sicheng itu?" tanya papanya sambil menoleh pada mamanya.

"Pernah, waktu itu dia ke sini mau jemput Ayesha coba, Pa. Padahal dia bosnya loh," jawab mamanya dengan antusias.

"Mampus Kak Ayes!" bisik Yangyang, membuat bibir Ayesha semakin mengerucut.

"Udah, ah! Malah jadi gosipin aku! Mending sarapan aja, keburu telat, lho!" sela Ayesha sambil mengambil porsi makan untuk dirinya sendiri. Membuat semuanya tersenyum geli, dan akhirnya memulai sarapan mereka.

Tersisa Ayesha dan Yangyang di rumah ini, lima belas menit yang lalu, kedua orang tua Ayesha telah berangkat kerja.

"Kak Ayes, hari ini girang banget, beneran deh. Ada apa sih, Kak?" tanya Yangyang penasaran.

Ayesha menggelengkan kepalanya, "nggak ada apa-apa, Yang."

Yangyang menatap Ayesha dengan penuh selidik. "Bohong, ya? Semalem Kak Sicheng ngapain Kak Ayes?" tanya Yangyang.

"Ih apa sih kok nanyanya gitu?" kilah Ayesha dengan wajah memerah. Pasalnya, kini Ayesha mengingat kejadian dimana Sicheng memujinya di rooftop itu.

"Kok mukanya Kak Ayes merah, sih? Wah, ada apa-apanya, ya?" selidik Yangyang.

"Enggak!"

Drrrt.....drrrt....

Yangyang dan Ayesha sontak melihat ke arah ponsel Yangyang yang berada di sofa tempat mereka duduk.

"Bukan hape Yangyang, berarti hape Kak Ayes," ujar Yangyang sambil menunjukkan ponselnya.

Ayesha segera mencari ponselnya, ketika sudah ditemukan, di layar ponselnya sudah tertera nama Sicheng.

"Angkat, Kak," ujar Yangyang sambil menunjuk ponsel Ayesha dengan dagunya.

Ayesha akhirnya mengangkat telepon dari Sicheng tersebut. "Halo, Koh?"

"Aku udah di depan rumah kamu," ujar Sicheng. Membuat Ayesha membelalakkan matanya sambil mengecek jam di rumahnya.

09.20

"Kan belum jam sepuluh?" tanya Ayesha. Ia ingat jelas bahwa kemarin, Sicheng mengatakan kalau ia akan menjemputnya pada pukul sepuluh.

"Ya, emangnya nggak boleh?"

Ayesha memutar bola matanya, lalu beranjak menujur pintu rumahnya. Berniat mengajak Sicheng masuk terlebih dahulu. "Tunggu sebentar," perintahnya.

Ketika membuka pintu, Ayesha bisa melihat Sicheng yang berdiri menghadap ke arahnya sambil tersenyum. Ayesha, mau tak mau ikut menyunggingkam senyumnya, lalu berjalan mendekati Sicheng. "Katanya mau jemput gue jam sepuluh. Ini masih jam sembilan." Ayesha menyuarakan protesnya pada Sicheng.

"Aku cuma pengen liat Ayesha lebih cepet aja," ujar Sicheng santai.

"Sicheng—"

"Jangan ngucapin kata-kata yang bikin aku berharap lebih," potong Sicheng. "Pasti mau ngomong itu, ya?" lanjutnya.

Ayesha menghembuskan napasnya dengan kasar. "Ayo masuk dulu," ajak Ayesha.

Sicheng menggeleng, "ayo langsung pergi aja, temenin aku," balasnya.

"Mau kemana dulu?" tanya Ayesha bingung.

"Makan. Aku belum sarapan," jawab Sicheng.

Ayesha baru saja akan menawarkan untuk sarapan di rumahnya, namun ia teringat bahwa sarapan tadi pagi sudah habis tak bersisa. "Yaudah tunggu sebentar, gue pamit ke Yangyang dulu."

Dengan segera, Ayesha berjalan menuju rumahnya, dan berpamitan pada Yangyang.

"Dek, gue berangkat ya," pamit Ayesha setelah mengambil tas yang sudah ia siapkan.

Yangyang memutar kepalanya, "oh, udah dijemput kokohnya nih?" goda sepupunya itu.

Ayesha memutar bola matanya. "Diem gak lo! Udah ah, gue berangkat, ya? Dah Yangyang!"

Setelah berpamitan, Ayesha segera berlari kecil menuju mobil Sicheng. Ternyata Sicheng telah menunggu di dalam mobilnya.

Sicheng mengisyaratkan Ayesha untuk masuk, setelah itu mereka langsung berangkat menuju suatu tempat makan pilihan Sicheng.

•••

Halo, besok lebaran, nih! Minal aidin wal faidzin ya semuanya, mohon maaf lahir dan batin🙏 Selamat hari raya idul fitri bagi yang menjalankan!💕

[✔] Overboard『winwin au』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang