9. terlambat

2.1K 366 35
                                    

"TERIMA KASIH CINTAAAAA~ UNTUK SEGALANYAAAA~"

Ayesha mendelik tajam pada seseorang di dekat jendela yang baru saja menyenandungkan sebuah lagu dengan suara kerasnya.

"Apa?!" gerutu Ayesha pada orang itu.

"Galak banget yang baru dianterin mas pacar, Yangyang bilangin Tante ah!"

"Apaan sih?! Sok tau!" protes Ayesha sambil mengerucutkan bibirnya.

Yangyang menghampiri Ayesha, "Wah apa tuh?" tanyanya sambil menunjuk plastik berisi makanan yang tengah ditenteng Ayesha.

"Makanan," jawab Ayesha.

Yangyang mengambil plastik tersebut dari tangan Ayesha. "Ih happy meal! Kak Ayes beliin buat aku ya?" tanya lelaki itu setelah melihat isi plastiknya.

"Enak aja! Punya gue!" ujar Ayesha sambil merebut kembali plastik tersebut.

Yangyang mengerucutkan bibirnya, "Yah kirain oleh-oleh buat aku."

Melihat adik sepupunya tampak muram, Ayesha akhirnya menarik Yangyang menuju sofa dan mengajaknya duduk.

Yangyang memperhatikan kakak sepupunya yang sedang mengeluarkan happy meal dari plastik itu dengan tatapan penuh harap.

"Nih, buat lo," ujar Ayesha sambil memberikan kotak happy meal dan minumannya.

Yangyang terlihat sumringah, "Buat aku?"

Ayesha menganggukkan kepalanya, "Buat Yangyang."

"Makasih Kak Ayes!"

"Nah gitu dong, akur." Sebuah suara membuat Ayesha dan Yangyang sontak menoleh ke arah suara tersebut.

"Mama!" pekik Ayesha sambil menghambur menuju mamanya.

Mamanya tersenyum sambil mengelus punggung anak tunggalnya itu.

"Tante, Kak Ayes bawain ini buat Yangyang!" ujar Yangyang sambil menunjukkan kotak happy meal di tangannya.

Mamanya tersenyum. "Ayes beli itu buat Yangyang?" tanya Mamanya pada Ayesha.

"Eh, itu sebenernya dibeliin sih, tadinya buat Ayes. Tapi Ayes dibeliin itu sama cheese burger, jadi itu Ayes kasihin sama Yangyang aja," jawab Ayesha.

"Dibeliin siapa?"

"Pacarnya Kak Ayes, Tante! Tadi dianter sampai sini juga!" adu Yangyang sambil membuka kotak happy meal-nya.

"Pacar Ayes, Yuta?" sebuah suara lain terdengar.

"Ih Papa! Bukan! Ayes kan udah nggak sama Yuta lagi," protes Ayesha pada Papanya.

Keluarga Ayesha memang mengetahui hubungan Ayesha dan Yuta, mereka juga bahkan sudah mengetahui jika hubungan Ayesha dan Yuta sudah kandas. Namun, Papa dan Mamanya masih sering menganggap Yuta dan Ayesha belum putus.

"Bukan Kak Yuta, Om! Itu tadi yang lagi booming akhir-akhir ini loh!" sahut Yangyang.

Ayesha mendelik tajam pada Yangyang. "Ssstt! Yangyang diem!"

"Siapa, tuh?" tanya Mamanya.

"Itu Tante, pencipta lagu yang ganteng itu!" jawab Yangyang semangat.

"Beneran, Ayesha?" tanya Mamanya penasaran.

Ayesha mengangguk, membuat Papa dan Mamanya memekik senang. "Iya tadi Ayes dianter Sicheng, tapi Sicheng bukan pacar Ayes! Sok tau aja tuh si adek!"

Ayesha memang memanggil Yangyang 'adek' atau 'adik', karena Ayesha anak tunggal dan Yangyang senang dipanggil adik. Yangyang sudah seperti keluarganya sendiri.

"Terus kok dia mau anter kamu kesini?" tanya Papa Ayesha bingung.

"Ayes kerja sama Sicheng, Pa. Ayes asistennya Sicheng!" jawa Ayesha bangga.

"Kak Ayes kayak ngerti musik aja," celetuk Yangyang.

"Yangyang, Ayes smack down mau?!"

Pagi ini Ayesha bangun kesiangan. Gadis itu mandi dengan terburu-buru dan baru mengecek ponselnya.

Sicheng
Kerja hari ini jam 9 ya.
06.12

Sicheng
Ayesha?
09.02

"Gimana ini anjir kalo gue dipecat?!" sesal Ayesha sambil keluar dari kamarnya.

Matanya membulat ketika melihat seseorang yang sedang mengobrol bersama mamanya.

"NGAPAIN DISINI?!" tunjuk Ayesha pada Sicheng.

Sicheng berhenti berbincang dengan mamanya, dan melihat ke arah Ayesha.

"Coba lihat sekarang jam berapa?" tanya Sicheng sambil menunjuk jam tangannya.

.......09.48

Ayesha mengusap tengkuknya sambil menunjukkan cengirannya, "Hehe kesiangan."

"Udah sana berangkat! Kamu nih anak gadis kok bangunnya siang banget!" ujar mamanya.

"Ayes belom makan, Ma," balas Ayesha.

"Beli, lah. Gih, berangkat!" seru mamanya.

Ayesha mengerucutkan bibirnya, lalu berpamitan pada mamanya. "Ayes berangkat ya!"

Mamanya mengangguk. "Hati-hati!"

Ayesha dan Sicheng berjalan beriringan keluar dari rumah Ayesha, menuju mobil Sicheng.

"Untung aku tau rumah kamu," ujar Sicheng.

"Gue gak dipecat kan?" tanya Ayesha.

Sicheng tergelak. "Ya enggak, lah!"

"Siapa tau aja gitu, kan gue telat. Sampe disusulin segala lagi."

"Udah buruan naik, kita cari makan dulu," ujar Sicheng sambil membuka pintu mobil penumpang.

"Padahal lo bosnya, tapi makasih." Ayesha tersipu oleh perlakuan Sicheng.

Sicheng tersenyum manis mendengar ucapan Ayesha. "Iya, sama-sama."

Sicheng kemudian naik di kursi pengemudi dan menyalakan mobilnya.

Di perjalanan, Ayesha hanya terdiam sambil melihat keluar kaca mobil sambil mendengarkan Sicheng menyenandungkan sebuah lagu dengan gumaman.

"Lagu apa tuh?" Ayesha tidak tahan untuk tidak bertanya pada Sicheng.

Sicheng menoleh pada Ayesha, karena lampu lalu lintas sedang berwarna merah. "Yang kemaren aku buat. Enak nggak?" tanya Sicheng.

Ayesha membalas tatapan Sicheng, "Iya, bagus tuh. Seperti yang diduga, Komposer Win!" pujinya.

Sicheng tertawa pelan, matanya kembali melihat jalanan di depannya karena lampu sudah berubah menjadi hijau. "Jangan manggil gitu ah, kan semuanya udah tau aku namanya Sicheng. Jangan panggil aku Win lagi," ujar Sicheng.

"Iya deh, Komposer Sicheng," koreksi Ayesha.

"Sounds better hehe."

Ayesha sedikit tersentak ketika merasakan jemari Sicheng di lengannya. "Sicheng!"

"Hehe maaf Ayes, abis tadinya aku mau manggil cuma males ngomong, jadi pegang aja hehehe maaf ya. Tapi Ayes, jam segini udah nggak ada bubur. Kita makan makanan berat aja ya?" tawar Sicheng. Matanya tak lepas dari jalan di depannya, namun satu tangannya masih berada di lengan Ayesha.

"Gue ngikut lo aja deh," balas Ayesha.

Sicheng menganggukan kepalanya, "Oke kalo gitu."

•••

[✔] Overboard『winwin au』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang