21. confession?

1.8K 311 4
                                    

Ayesha mencolek pundak Taeyong yang masih memimpin jalan.

"Iya, Yes?" Taeyong menghentikan langkahnya, laly menoleh pada Ayesha.

"Lo mau ajak gue kemana?" tanya Ayesha.

Taeyong tersenyum lembut. "Saya mau ajak kamu ke backstage sebentar, beresin barang dulu sekalian pamitan sama yang lain."

"Pamitan? Kita mau kemana?"

"Saya mau ajak kamu ngerayain konser perdana band saya tahun ini," tutur Taeyong.

"Berarti yang lain ikut?" tanya Ayesha.

Taeyong menggeleng. "Enggak. Cuma saya sama kamu aja," jawabnya.

"Loh? Yang konser kan lo sama grup lo, kok yang diajak ngerayainnya malah gue?" tanya Ayesha, kaget dengan alasan Taeyong.

"Saya bosen ngerayain sama mereka, lagian pasti udah pada langsung pulang tuh mereka. Jadi saya mau ajak kamu aja. Ayesha keberatan nggak, saya ajak?" tanya Taeyong dengan binar penuh harap terlukis di matanya. "Saya harap kamu nggak keberatan, sih," lanjutnya pelan.

Ayesha bimbang, bukannya ia ingin menolak ajakan Taeyong. Tetapi, Ayesha teringat pada sepupunya yang ia yakin sedang menunggunya.

"Gimana? Kamu keberatan?" tanya Taeyong, menunggu jawaban Ayesha.

"Bukan keberatan, sih. Tapi, Yangyang-"

Ucapan Ayesha terpotong karena ponselnya tiba-tiba berbunyi. Ia menatap Taeyong, mengisyaratkan untuk mengangkat teleponnya. Yang tentu saja dibalas oleh anggukan Taeyong.

"Halo, dek?"

"Kak Ayes, kata Kak Yuta, nanti pulangnya Kak Ayes nebeng sama Kak Taeyong aja. Yangyang pulang duluan, nih, dianterin sama Kak Yuta."

Ayesha mengerutkan keningnya. "Yuyu bukannya bawa mobil?"

"Katanya, nanti mobil Kak Yuta dibawa sama Kak Doyoung."

"Hmm, yaudah kalo gitu. Hati-hati. Bilangin Yuyu jangan ngebut bawa mobilnya, nanti ajak Yuyu makan dulu, ya?" pesan Ayesha pada Yangyang.

"Siap Kak Ayes!"

Dan setelah itu sambungan telepon dimatikan. Ayesha kembali berjalan mendekati Taeyong.

"Taeyong, gue nebeng lo pulangnya nanti, gapapa?" tanya Ayesha.

Taeyong menahan agar senyumnya tidak terlalu lebar setelah mendengar pertanyaan Ayesha. "Nggak papa, nanti Ayesha saya anter sampai rumah."

"Makasih loh, Taeyong," ujar Ayesha.

"Gak masalah, Ayesha." balas Taeyong. "Jadi gimana? Mau kan Ayesha nemenin saya?" lanjutnya.

Ayesha menganggukkan kepalanya, membuat Taeyong tidak bisa lagi untuk menahan senyuman lebarnya.

"Wah, bagus nih restorannya! Romantis! Kalian selalu ke tempat romantis buat rayain kesuksesan konser kalian?" ujar Ayesha sambil melihat-lihat sekelilingnya dengan kagum.

"Ya enggak, dong. Sama mereka ngapain romantis-romantisan? Hari ini kan spesial, saya rayainnya sama Ayesha, jadi harus romantis," balas Taeyong.

"Kalo sama gue harus romantis? Gue kan bukan pacar lo," celetuk Ayesha.

Taeyong tersenyum miris. "Ah, iya. Pacar Ayesha kan Sicheng, ya?"

Ayesha tidak mengiyakan, tidak juga menyangkal. Membuat kemungkinan Taeyong salah paham pada hubungannya dengan Sicheng semakin besar. Dalam hatinya ia juga memang berdoa siapa tau ia bisa benar-benar menjadi pacar Sicheng.

Melihat respon Ayesha, Taeyong tahu, tidak ada lagi harapan untuk mendekati Ayesha.

"Ehm, jadi, Ayesha mau pesen apa?" Taeyong berdeham, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Suasana di dalam mobil Taeyong kali ini sangat hening. Bukan dalam arti sebenarnya, karena terputar dentingan suara piano dari playlist musik milik Taeyong. Namun, kali ini, Ayesha dan Taeyong sama-sama terdiam. Tidak ada yang mencoba untuk membuka suara, seolah dipaksa untuk menikmati alunan instrumen dari Beethoven yang menenangkan.

Ayesha memang memilih untuk menjatuhkan fokusnya pada jalanan di luar sana, namun ia dapat menangkap pergerakan tangan Taeyong dari sudut matanya, yang sesekali terlihat seperti mencoba untuk meraih tangannya.

Namun Ayesha memilih untuk berpura-pura tidak tahu.

Ketika mobil Taeyong berhenti, Ayesha segera melepaskan sabuk pengamannya dan menganggukkan kepalanya pada Taeyong. "Makasih, Yong."

Taeyong menjawabnya dengan anggukkan, tanpa suara. Membuat Ayesha segera keluar dari mobil Taeyong dan berjalan menuju rumahnya.

"Ayesha, tunggu!" Namun baru beberapa langkah, Ayesha mendengar Taeyong memanggilnya.

Ayesha menghentikan langkahnya, lalu berbalik menghadap Taeyong. "Iya? Ada yang ketinggalan?"

Taeyong tidak menjawab, namun tiba-tiba memeluk Ayesha. Membuat Ayesha membulatkan matanya. "Taeyong," panggil Ayesha.

"Saya suka sama kamu, Ayesha."

Kepala Ayesha terasa pusing, otaknya masih belum bisa memproses kata-kata Taeyong. Terlebih, Taeyong mengatakannya sambil memeluknya, dengan bisikan, tepat di telinga Ayesha, dan dengan suara lirih.

Taeyong melepaskan pelukannya, namun daripada melihat ke arah Ayesha, lelaki itu memilih untuk menatap ke sembarang arah.

Berbeda dengan Taeyong, Ayesha justru menatap Taeyong dengan tatapan tak percaya.

"Gimana," jeda Ayesha sambil menghela napasnya, "gimana bisa, Taeyong?" tanya Ayesha dengan terbata.

Kini, Taeyong memberanikan diri untuk menatap Ayesha. Pandangan mereka bertemu. "Saya nggak tau. Saya udah suka Ayesha dari lama, dari pas Ayesha masih pacaran sama Yuta."

"Gak mungkin." Ayesha memejamkan matanya. "Kita gak pernah berinteraksi banyak, Taeyong."

"Nggak berinteraksi banyak bukan berarti saya nggak bisa suka sama kamu," ujar Taeyong.

"Terus apa?" tanya Ayesha. "Apa yang bikin lo suka sama gue, Taeyong?"

Taeyong menelan ludahnya dengan susah payah. "Saya suka kamu, karena kamu itu Ayesha."

"Klasik," ujar Ayesha.

"Kepribadian kamu yang bikin saya suka sama kamu," balas Taeyong.

"Taeyong, lo terlalu nyaris sempurna. Kenapa gue? Kenapa bukan salah satu dari deretan penggemar lo, yang selalu ada buat lo?"

"Saya nggak tau. Lagian, siapa yang bisa nyegah datangnya perasaan ini?" Taeyong hampir lepas kendali. "Saya cuma mau confess, Ayesha gak perlu bales perasaan saya. Mending sekarang kamu masuk rumah, udah malem. Saya pamit pulang," lanjutnya sambil berjalan cepat menuju mobilnya, dan segera melajukan mobilnya tanpa menunggu Ayesha masuk.

Ayesha menghela napasnya dengan gusar. Lee Taeyong itu, kenapa? Kenapa dia tiba-tiba menyatakan perasaannya? Kenapa dia bisa menyukai Ayesha?

Ayesha tersentak ketika seseorang menepuk bahunya.

"Kenapa nggak masuk? Udah malem."

"Yuyu?"

Yuta ada di sini? Jangan bilang tadi dia sempat melihat.....?

Yuta menunjukkan senyum manisnya. "Masuk, yuk?"

Dengan ajakan Yuta, Ayesha akhirnya masuk ke dalam rumahnya. Dengan pikiran yang masih bertanya-tanya.

•••

Loh????

[✔] Overboard『winwin au』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang